Homili Hari Minggu Biasa XXIV/B – 2015

Homili Hari Minggu Biasa XXIV
Yes. 50:5-9a
Mzm. 116:1-2,3-4,5-6,8-9
Yak. 2:14-18
Mrk. 8:27-35

Mesias harus menderita!

imageSt. Yohanes Bosco mempunyai banyak pengalaman rohani yang mendidiknya bagaimana ia bertumbuh sebagai pengikut Kristus dan imam yang baik. Pengalaman pertama berhubungan dengan ibundanya. Margaretha Occhiena, ibunda St. Yohanes Bosco menasihatinya setelah selesai misa pentahbisan: “Sekarang engkau sudah menjadi imam, dan engkau mempersembahkan Misa. Oleh karenanya, engkau menjadi lebih dekat dengan Yesus Kristus.Tetapi ingatlah, mulai mempersembahkan misa berarti mulai menderita. Engkau tidak akan menyadari hal ini dengan segera tetapi sedikit demi sedikit engkau akan menyadari bahwa ibumu benar adanya. Saya yakin engkau akan berdoa bagi saya setiap hari, entah saya masih hidup atau sudah meninggal. Itu saja sudah cukup. Mulai sekarang engkau harus memikirkan hanya soal menyelamatkan jiwa-jiwa. Janganlah pernah risau tentang aku.”

Pengalaman rohani kedua adalah dalam mimpinya tentang bunga mawar. Ia bermimpi di antar oleh Bunda Maria untuk memasuki sebuah taman bunga yang berisi mawar-mawar yang indah. Bunda Maria menyuruhnya membuka sepatu dan mempersilakannya berjalan di bawah anjung-anjung mawar itu karena merupakan jalan yang harus ditempuhnya. Yohanes Bosco melepaskan sepatu dan dengan senang hati melepaskan sepatunya lalu mulai berjalan. Apa yang terjadi? Ternyata kakinya mulai menginjak duri-duri mawar yang tersembunyi. Kakinya berdarah dan ia kembali ke tempat semula untuk mengenakan sepatu yang terbaik. Ia pun masuk kembali dan berjalan di bawah anjungan bunga itu, perlahan namun pasti. Banyak orang mulai mengikutinya dengan gembira namun merasakan hal yang sama yaitu mawar berduri, sementara anjungan semakin sempit, kulit penuh goresan duri mawar dan berdarah, demikian juga kaki menjadi pincang.

Ada banyak orang yang berkata: “Don Bosco selalu berjalan di atas bunga mawar.” Mereka mengikutinya tetapi akhirnya mundur karena mawar itu berduri. Mereka mengatakan bahwa Don Bosco menipu mereka dengan keindahan mawar saja, padahal ada banyak duri yang tersembunyi. Don Bosco mendengar dan nyaris patah semangat. Tetap tiba-tiba datanglah para seminaris, imam-imam dan kaum awam dan berkata kepadanya; “Kami akan menjadi milikmu dan mengikuti engkau sekarang juga”. Mimpi Don Bosco tentang jalan dengan hiasan mawar indah dan berduri ini berhubungan dengan tugas panggilan Don Bosco sebagai Bapak, Guru dan Sahabat kaum muda. Dia harus menggunakan sepatu matiraga. Duri-duri melambangkan sikap senang dan tidak senang yang bisa mengganggu semangat pendidik orang muda. Jadi, duri berarti hambatan, kekecewaan dan penderitaan. Bunga mawar sendiri merupakan lambang cinta kasih. Maka dengan bermatiraga dan semangat untuk mangasihi bisa mengatasi setiap kesulitan dalam hidup setiap hari. Anda menderita? Kenakanlah matiraga dan cinta kasih kepada Tuhan dan sesama.

Saya menceritakan dua pengalaman rohani St. Yohanes Bosco untuk membantu kita memahami Sabda Tuhan pada hari Minggu ini. Setelah Yesus mengutus para murid-Nya untuk pergi berdua-dua ke kampung-kampung untuk mewartakan Injil, mereka akhirnya kembali dengan sukacita. Kuasa Yesus sungguh-sungguh menaungi mereka sehingga bisa melakukan semua pekerjaan-Nya dengan sempurna. Yesus membawa mereka ke daerah Kaisarea Filipi untuk beristirahat sejenak. Di saat itulah Yesus mencoba bertanya kepada mereka dengan pertanyaan ini: ”Kata orang siapakan Aku ini?” Pertanyaan ini tergolong gampang maka para murid mudah menjawabnya dengan menyebut nama Yohanes Pembaptis, nabi Elia dan salah seorang nabi tanpa nama. Mengapa Yohanes Pembaptis? Karena dialah suara yang menyiapkan jalan bagi kedatangan Yesus. Dia juga yang membaptis Yesus dan memperkenalkan-Nya sebagai Anak Domba Allah. Nabi Elia disebut karena menurut kepercayaan orang Yahudi, dialah yang akan datang mendahului Mesias (Mal 4:5).

Pertanyaan kedua dari Yesus menjadi sulit bagi para murid-Nya. Ia bertanya, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Hanya dengan bantuan Allah maka Petrus bisa menjawab: “Engkau adalah Mesias”. Mesias di mata Petrus adalah seorang Pembebas yang jaya, hebat dan dikagumi semua orang. Ternyata Petrus keliru dan harus ditegur dengan keras, bahkan disapa iblis oleh Yesus. Mesias dalam rencana Allah adalah “Dia harus menderita”. Dengan demikian setiap orang yang mengikuti Mesias harus serupa dengan-Nya. Syaratnya adalah menyangkal diri, memikul salib dan dengan demikian layak mengikuti-Nya dari dekat. Menjadi serupa dengan Kristus dalam segala hal adalah pintu untuk mencapai keselamatan.

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama sudah memiliki visi yang tajam tentang Mesias masa depan yang harus menderita. Dalam himne tentang hamba Allah yang menderita, Yesaya menggambarkan bagaimana hamba itu begitu setia, pasrah kepada kehendak Tuhan Allah. Apa yang dilakukan hamba Allah itu? Ia mengakui: “Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.” (Yes 50:6). Satu hal yang masih menjadi kekuatan sang Hamba adalah kehadiran Allah sebagai penolongnya sehingga ia tidak mendapat noda.

Nubuat Yesaya ini menjadi sempurna di dalam diri Yesus Kristus. Dialah Mesias yang harus menderita untuk bisa menyelamatkan manusia. Ia memikul salib, merelakan diri-Nya untuk disalibkan hingga wafat tanpa busana di atas kayu salib. Dari saliblah kita menimba kekuatan untuk hidup baru. Dari saliblah kita belajar bagaimana sang Mesias mengasihi manusia dengan kasih yang begitu besar. Keselamatan kekal menjadi harapan semua orang yang percaya kepada-Nya.

Apa yang harus kita lakukan?

Orang-orang yang dibaptis disebut orang Kristen. Orang Kristen berarti Kristus kecil yang sedang berada di dunia ini. Para Kristus kecil itu beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. St. Yakobus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa orang bisa dikatakan beriman kristiani kalau perbuatan-perbuatannya juga kristiani. Perbuatan-perbuatan kristiani adalah perbuatan baik yang kita lakukan kepada sesama manusia. Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Maka hal yang harus kita lakukan adalah:

Pertama, Bersyukur kepada Tuhan karena iman yang kita terima sebagai anugerah cuma-cuma dari Tuhan. Iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus membantu kita untuk bertumbuh sebagai Kristus-Kristus kecil di dunia ini.

Kedua, Kita menunjukkan iman kita sebagai pengikut Kristus dengan perbuatan-perbuatan baik kepada sesama kita. Yesus berkata: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di dean orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat 5:16). Di tempat lain Yesus berkata: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40). Perbuatan yang dimaksudkan adalah perbuatan kasih kepada sesama.

Mari kita menjadi murid Yesus di dalam Gereja saat ini, murid yang memikul salib dan rela kehilangan hidup dalam kasih dan pelayanan demi Kristus. Yesus Kristus tidak menghendaki kita untuk mengikuti-Nya sebagai Mesias yang jaya, yang mudah mengatasi semua musuh dan membentuk kerajaan-Nya di dunia. Yesus justru memanggil para murid-Nya untuk mengesampingkan pretensi-pretensi menyangkut kebesaran dan kuasa, supaya bisa memanggul salib, mengasihi dan melayani-Nya dan melayani satu sama lain. Mesias yang menderita adalah cermin bagi kehidupan kita. Apa kita bisa serupa dengan-Nya?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply