Homili Pesta Pemuliaan Salib Suci – 2015

Pesta Pemuliaan Salib Suci
Bil. 21:4-9 atau Flp 2:6-11
Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38
Yoh. 3:13-17

Aku akan menarik semua orang kepada-Ku!

imagePada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta Pemuliaan Salib Suci. Menurut St. Ambrosius, Uskup Milano, kayu salib Yesus ini ditemukan kembali oleh Ratu Helena, ibunda Kaisar Konstantinus. Kemudian salib itu dibagi-bagi menjadi potongan-potongan kecil untuk disimpan di dalam batu altar gedung-gedung Gereja di seluruh dunia sebagai reliqui. Pada abad ke-VII perayaan ini diterima di dalam Ritus Latin dan sekarang ini disebut Pesta Pemuliaan Salib Suci. Salib bagi orang Yunani dan Yahudi adalah tanda kehinaan dan kebodohan, namun Tuhan Yesus Kristus menerima Salib untuk menyelamatkan kita semua. St. Paulus dengan tepat mengatakan bahwa kita semua harus bermegah dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, pokok keselamatan, kehidupan dan kebangkitan kita, sumber penebusan dan pembebasan kita (Gal 6:14). Apakah kita berbangga karena mengalami dan memikul salib untuk mengikuti Tuhan Yesus Kristus dari dekat?

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Pesta ini membantu membuka mata dan hati kita kepada Tuhan Yesus Penyelamat kita. Saya mengingat sebuah semboyan berbunyi: “In Cruce salus et vita” (Pada salib ada keselamatan dan hidup). Bagi saya, semboyan ini sangat bermakna bagi kita semua yang mengikuti Tuhan Yesus Kristus dari dekat. Ketika kita memandang Salib Tuhan Yesus Kristus, kita melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Kita menemukan panggilan hidup kita yang sesungguhnya yaitu menjadi kristen, artinya menjadi Kristus kecil yang berziarah di dunia ini menuju kepada-Nya.

Penginjil Yohanes mengisahkan perjumpaan antara Nikodemus dan Tuhan Yesus Kristus pada malam hari. Malam adalah suasana gelap, pangalaman kegelapan dalam hidup manusia. Dalam perjumpaan itu terjadilah sebuah percakapan yang membuka mata Nikodemus dan kita semua yang membaca Injil atau yang mendengar Injil pada hari ini tentang jati diri Yesus Kristus. Yesus hadir dan memberi terang yang menerangi kegelapan hidup manusia. Ia berkata: “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.” (Yoh 3:13). Yesus menggunakan kata “naik ke surga” dan “turun dari surga” untuk menggambarkan saat “Penyaliban” dan “Penguburan”-Nya. Saat Penyaliban itu sangat penting karena merupakan saat keselamatan bagi manusia. Jadi, setiap orang yang memandang salib di mana Kristus bergantung akan memperoleh kehidupan kekal.

Mengapa saat memandang Yesus “naik ke surga” itu sangat penting? Karena ini merupakan saat manusia merasakan kasih Tuhan yang utuh. Yesus berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Cinta kasih Allah kepada manusia tiada batasnya. Ia memberikan Yesus Kristus Putra-Nya yang tunggal kepada kita dan mempersatukan kita dengan-Nya. Ia sendiri berkata: “Apabila Aku telah ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku” (Yoh 12:32). Tugas mulia Yesus tersalib adalah menarik semua orang kepada-Nya. Artinya kita juga mati dan bangkit bersama-Nya.

Dialog antara Nikodemus dan Yesus merupakan penggenapan akan peristiwa masa lalu. Di dalam Kitab Bilangan diceritakan bagaimana orang-orang Israel berdosa melawan Tuhan. Mereka bersungut-sungut soal makanan dan minuman, hati mereka keras dan tidak mau mendengar Sabda-Nya. Oleh karena itu mereka semua mendapat hukuman setimpal yakni dipagut ular tedung. Banyak orang Israel meninggal dunia karena dipagut ular. Mereka sadar diri dan memohon belas kasih Tuhan dengan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.” (Bil 21:7). Reaksi Musa adalah mendoakan bangsa itu.

Sebagai jawaban atas doa orang Israel dan doa Musa maka Tuhan meminta Musa untuk membuat patung ular tedung, meletakkannya pada sebuah tiang sehingga setiap orang yang dipagut ular tedung, dan jika orang itu melihat ke arah patung ular tedung itu maka ia akan hidup. Tentu saja bukan patung ular itu yang menyelamatkan atau memberi hidup tetapi kuasa ilahi yang menghidupkan. Kuasa Allah yang menyelamatkan. Pengalaman dalam dunia Perjanjian Lama menjadi sempurna di dalam dunia Perjanjian Baru. Setiap orang berdosa yang datang kepada Yesus, memandang salib-Nya akan memperoleh kehidupan kekal. Salib adalah saat Yesus sang Anak Manusia ditinggikan dari bumi. Saat Ia menganugerahkan cinta-Nya sampai tuntas kepada kita semua. Saya teringat pada Billy Graham, iapernah berkata: “Saya  akan pergi ke surga bukan karena saya telah berkotbah dan banyak banyak orang mendengarnya atau karena saya tekun membaca Kitab Suci setiap hari. Saya justru akan pergi ke Surga serupa dengan pencuri yang ikut disalibkan bersama Yesus dan berkata kepada-Nya: Tuhan, ingatlah aku.”

Mengapa Yesus rela melakukan semuanya ini bagi kita? St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, melihat di dalam diri Yesus kerendahan hati-Nya yang begitu besar. Yesus adalah Anak Allah, tetapi Ia justru tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik-Nya yang harus dipertahankan. Ia justru berkenosis, mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Ia merendahkan diri dan taat sampai wafat di kayu Salib. Sikap Yesus inilah yang membuat-Nya menjadi Mesias yang jaya. Allah juga meninggikan-Nya dan semuanya akan takluk dan mengakui-Nya sebagai Tuhan atas segalanya. (Flp 2:6-11).

Pesta Pemuliaan Salib yang hari ini kita rayakan bersama, menyadarkan kita bahwa Tuhan tetap mengasihi kita apa adanya. Melalui Yesus Kristus Putra-Nya, Ia juga menarik kita kepada-Nya. Mari kita terbuka untuk menerima kasih-Nya, bersedia untuk merasakan kehidupan kekal bersama-Nya. In Cruce Salus et vita! Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip Hans Urs von Balthasar yang berkata: “It is to the Cross that the Christian is challenged to follow his Master: no path of redemption can make a detour around it.”

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply