Homili Pemberkatan Gereja St. Yohanes Lateran – 2016

Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran
Yeh 47:1-2.8-9.12
Mzm 46:2-3.5-6.8-9
1Kor 3:9-11.16-17
Yoh 2:13-22

Menjadi Tempat kediaman Allah yang terbaik

imagePada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan pesta pemberkatan Gereja Basilik Lateran di kota Roma. Gereja Basilik ini didirikan oleh kaisar Konstantinus Agung, putra St. Helena. Basilika ini adalah yang pertama yang didirikan Gereja sekaligus melambangkan kemerdekaan dan perdamaian di dalam gereja pasca menderita sengsara karena penganiayaan para Kaisar Romawi yang kafir. Perayaan hari ini merupakan peringatan pemberkatannya, sekaligus membuka wawasan kita untuk bersyukur kepada Tuhan atas kemerdekaan dan perdamaian yang boleh dirasakan oleh umat Kristen sebagai sebuah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.

Banyak orang mengenal Basilik ini dengan sebutan Gereja St. Yohanes Lateran. Gereja ini dipersembahkan kepada St. Yohanes Pembaptis, dan menjadi Gereja Katedral pertama bagi Paus sebaga Uskup kota Roma. Paus Silvester memberkatinya pada tahun 324. Selanjutnya Gereja mengenang hari pemberkatan ini juga sebagai tanda persekutuan dengan Takhta St. Petrus. Paus menduduki cathedra St. Petrus karena Sri Paus merupakan pengganti Petrus. Gereja St. Yohanes Lateran ini menjadi induk dan kepala semua Gereja di Roma dan di seluruh dunia (Omnia urbis et orbis ecclesiarum mater et caput).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari pesta ini mengarahkan kita kepada Tuhan Allah Tritunggal yang Mahakudus, Pencipta segala sesuatu dan hanya kepada Dialah kita menyembah dan memuliakan-Nya.

Yehezkiel dalam bacaan pertama, dalam nama Tuhan bernubuat tentang Tuhan sebagai pusat kehidupan kita. Ia bercerita didampingi oleh seorang malaikat Tuhan menuju ke gerbang Bait Suci. Ia melihat air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci. Air itu mengalir ke Timur, demikian pula di sebelah kanan dari bait Allah, sebelah selatan Mezbah. Air membual di sebelah selatan. Hal yang menarik perhatian adalah ke mana saja air itu mengalir selalu ada kehidupan.

Pengalaman akan Allah dalam diri nabi Yehezkiel menarik perhatian kita. Allah kita berdiam di dalam Bait Suci-Nya. Dari dalam Bait Suci-Nya itu mengalir sungai rahmat yang menghidupkan semua orang. Sungai rahmat itu diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan. Pengalaman Firdaus juga dijelaskan dengan cara baru bahwa Allah kita adalah Pencipta dan pemberi kehidupan. Segala tumbuhan bertumbuh dengan subur dan menghasilkan buah berlimpah karena rahmat Allah sendiri. Air merupakan lambang Roh Kudus. Pribadi ilahi ini mengalirkan rahmat dan berkat bagi semua orang. Roh Kudus adalah penghibur yang datang dari Bapa melalui Yesus sang Putera. Orang yang menerima air yang diberikan Yesus, dalam dirinya akan mengalir aliran air hidup (Yoh 4:13-14).

Dalam bacaan Injil, kita mendengar bagaimana Tuhan Yesus menunjukkan tubuh-Nya sebagai Bait Allah. Ketika itu Ia memasuki ke dalam Bait Allah dan menemukan bagaimana orang tidak menguduskan Bait Allah. Ada pedagang lembu, kambing, domba, merpati dan para penukar uang di dalamnya. Kita dapat membayangkan sendiri, sebuah rumah doa yang dikuduskan bagi Tuhan tiba-tiba berubah menjadi pasar yang kotor dan bau. Bait Allah sebagai tempat munculnya sungai rahmat, kini berubah menjadi tempat berdagang. Ini baru namanya sebuah penistaan terhadap rumah Tuhan karena bait Allah adalah sebuah simbol persekutuan umat.

Yesus mengusir semua orang dari dalam Bait Allah dengan menggunakan cambuk dari tali.Ia mengusir mereka sambil mengingatkan mereka bahwa Rumah Bapa-Nya bukanlah sebagai tempat untuk berjualan. Banyak orang bereaksi kepada Yesus. Mereka meminta sebuah tanda yang membuktikan jati diri-Nya dan segala tindakan-Nya saat itu. Ia menyuruh mereka untuk merombak Bait Allah dan dalam waktu tiga hari Ia akan membangunnya kembali. Perkataan ini menghebokan semua orang Yahudi. Namun yang dimaksudkan Yesus dengan bait Allah adalah Tubuh-Nya sendiri. Ia akan menderita, wafat dan bangkit pada hari ketiga. Tubuh-Nya adalah tubuh yang mulia, yang mengalirkan sungai rahmat yang baru bagi kita semua.

Apa yang harus kita lakukan untuk mengaktualisasikan perayaan ini?

St. Paulus dalam bacaan kedua mengingatan Gereja yakni semua orang yang dibaptis untuk sadar diri sebagai tempat kediaman Allah di dunia saat ini. Allah hadir dan berkarya di dalam Gereja, di dalam diri setiap orang beriman. St. Paulus mengatakan bahwa setiap umat beriman adalah bait Allah, dan Roh Kudus bersemayam di dalam dirinya. Semua ini karena jasa Yesus Kristus bukan karena kemauan manusiawi kita. Dia telah menjadi batu penjuru Gereja dan dasar bagi gereja. Maka biar badai menggoncang Gereja, namun Gereja tidak akan hancur berantakan karena Yesus adalah batu penjurunya.

Paulus benar! Anda dan saya adalah Bait Allah masa kini. Di dalam diri kita Allah sudah memilih dan menetapkan kita untuk menjadi kudus selamanya. Apakah kita menguduskan tubuh kita? Apakah kita menghargai nilai-nilai kehidupan sesama kita?

Mari kita keluar dari diri sendiri dan memusatkan perhatian kita kepada Gereja sebagai tempat kita beribadah. Apakah kita menguduskan Gereja sebagai tempat kita beribadah? Pikirkanlah cara kita berpikir tentang orang lain ketika berada di dalam ruangan gereja. Pikirkanlah pakaian yang kita kenakan di dalam Gereja, apakah sudah pantas mengikuti perjamuan Tuhan di dalam Gereja? Pikirkanlah berkali-kali anda dengan sadar menggunakan gadget selama berada di dalam Gereja. Anda membaca pesan yang baik dan jelek, anda on line dengan medsos yang ada atau bermain game on line selama misa berlangsung. Ingat, mungkin orang-orang Yahudi tempo doeloe lebih baik dari dirimu dan diriku saat ini. Mari kita belajar malu untuk tidak menistakan rumah ibadat kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply