Da Mihi Animas Cetera Tolle

Buah permenungan filsafat, teologi dan psikologi, juga berisi homili harian berdasarkan bacaan harian Liturgi Gereja Katolik

  • Home
  • Renungan
  • Bible
  • Teologi
  • Filsafat
  • Psikologi
  • Don Bosco
  • Spiritualitas Pria Katolik
  • Saint a Day

Archives for April 2017

Homili 29 April 2017

29/04/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Sabtu, Pekan Paskah II
St. Katarina dari Siena.
Kis 6:1-7
Mzm 33:1-2.4-5.18-19
Injil Yoh 6:16-21

Indahnya Bersama Yesus

Ada seorang bapa yang pernah membagi pengalamannya kepada saya. Ia merasa sangat bangga sebagai seorang katolik yang mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Ia sadar dan mengakui bahwa untuk dapat mewujudkan imannya maka ia perlu mengorbankan diri dan berjuang dalam hidupnya. Misalnya saja perjuangannya bersama rekan-rekannya supaya di kantornya boleh diadakan misa Jumat Pertama dan mengadakan persekutuan doa Oikumene bersama setiap hari Jumat yang lainnya dalam bulan. Ia mengatakan bahwa permintaan ini dikabulkan pihak managemen perusahaan setelah duapuluh tahun ia mengabdi di dalam perusahaan ini. Pengalaman ini amat berharga karena Tuhan Yesus sungguh-sungguh menyertainya bersama rekan-rekan di dalam perusahaan yang sama. Baginya, pengalaman ini juga membuktikan bahwa bersama Yesus selalu indah.

Kita mendengar kisah Injil yang menarik perhatian di hari Sabtu pekan kedua ini. Tuhan Yesus barusan meminjam lima roti dan dua ekor ikan dari seorang anak kecil untuk memberi makan kepada lima ribu orang laki-laki, tanpa menghitung perempuan dan anak-anak. Setelah peristiwa menakjubkan ini, Ia menyendiri ke gunung sebelum matahari terbenam untuk bersyukur kepada Bapa atas mukjizat Ekaristi-Nya yang barusan terjadi. Para murid kelihatan tidak menunggu Yesus. Mereka memilih untuk berjalan sendiri saja.

Apa yang terjadi ketika para murid-Nya memilih untuk berjalan sendiri, dalam suasana gelapnya malam karena tanpa Yesus sebagai Terang dunia? Danau Galilea letaknya 315 meter di bawah permukaan laut tengah. Panjangnya 21 km dan lebarnya 11 km. Sebab itu ketika angina kencang dari dataran tinggi Golan atau dari arah Tiberias maka air danau itu akan bergelora dan sangat menakutkan. Orang-orang Yahudi sendiri ketika melihat air mereka memiliki ketakutan-ketakutan tertentu karena berpikir bahwa roh-roh jahat juga ada di dalam air. Dalam suasana takut, Yesus datang mendekati mereka. Mereka mempersilakan Yesus naik ke atas perahu dan seketika itu juga mereka tiba di Kapernaum.

Apa yang indah ketika kita bersama-sama dengan Yesus? Tuhan Yesus berkata: “Terpisah dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Pengalaman para murid ini benar-benar terbukti. Ketika mereka berjalan sendiri tanpa mengandalkan kuasa Tuhan Yesus, mereka mengandalkan pengalaman sendiri sebagai nelayan maka yang ada hanya gelora laut yang menakutkan. Keindahan muncul ketika Yesus ada bersama dengan mereka dalam perahu yang sama maka mereka mudah mencapai tujuan.

Kita sebagai Gereja saat ini haruslah mengandalkan kuasa Tuhan Yesus dalam segala hal. Kita membutuhkan penyertaan Tuhan Yesus dalam setiap langkah hidup kita. Hanya dengan demikian hidup kita menjadi indah adanya. Keindahan bersama Yesus menjadi lebih nyata dalam pelayanan-pelayanan kita di dalam Gereja. St. Lukas dalam bacaan pertama mengisahkan tentang suasana jemaat perdana di Yerusalem. Jumlah murid Yesus makin bertambah sehingga muncul rasa bersungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani kepada orang ibrani karena pelayanan kepada para janda diabaikan. Para rasul Yesus cepat menanggapi situasi ini dengan mengumpulkan para murid untuk menyampaikan situasi yang sedang terjadi dalam jemaat yakni pelayanan Sabda mendapat hambatan karena mereka masih memperhatikan pelayanan meja. Sebab itu mereka berencana untuk memilih para diakonos atau pelayan.

Apa yang terjadi? Para murid diharapkan untuk memilih tujuh orang pelayan. Syaratnya adalah mereka haruslah orang yang terkenal baik, penuh dengan Roh Kudus dan hikmat. Mereka ini akan diangkat menjadi pelayan atau diakonos dalam jemaat, sedangkan para rasul lebih focus kepada pelayana Sabda. Mereka pun memilih tujuh orang terbaik dalam jemaat menjadi daikon yakni Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Permenas, dan Nikolaus. Jumlah murid makin bertamba, Sabda Tuhan semakin luas diwartakan.

Semangat untuk melayani Tuhan dan sesama haruslah selalu dikobarkan dalam hidup. Kita perlu mengandalkan Tuhan supaya melayani-Nya dengan baik terutama dalam mewartakan sabda-Nya. Kita juga mengandalkan Tuhan supaya melayani sesama dengan penuh sukacita.

Pada hari ini St. Katarina dari Siena menjadi inspirator kita. Dia melayani Tuhan dan sesama dengan sukacita. Permusuhan di dalam Gereja terutama para paus berhasil didamaikan oleh St. Katarina. Ini adalah bukti pengabdiannya kepada Tuhan dan sesama yang patut kita ikuti.

PJSDB

Homili 26 April 2017

26/04/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Rabu, Pekan Paskah II
Kis 5:17-26
Mzm 34 2-3.4-5.6-7.8-9
Yoh 3:16-21

Berani bersaksi tentang kebenaran

Ada seorang sahabat yang pernah mengatakan bahwa untuk menguji kesetiaan iman seseorang dapatlah kita bayangkan sebuah situasi seperti ini: “Kita semua sedang mengikuti sebuah perayaan Ekaristi meriah di sebuah gereja. Pada saat konsekrasi secara tiba-tiba ada gempa bumi yang seolah akan menghancurkan bangunan gereja. Pada saat seperti ini kita akan melihat siapa yang berteriak sambil lari keluar dari dalam gedung gereja untuk menyelamatkan dirinya. Kita juga akan menemukan pribadi-pribadi yang tidak takut mati karena mencintai Tuhan Yesus Kristus.” Mungkin contoh seperti ini terlalu ekstrim namun baik untuk kita renungkan sebagai pengikut Kristus.

Pada hari ini kita mendengar kisah para rasul yang berani bersaksi tentang sebuah kebenaran yakni kebangkitan Kristus. Mereka adalah Petrus dan Yohanes yang secara terang-terangan mewartakan kebangkitan Yesus Kristus di hadapan banyak orang. Sebab itu para imam besar Yahudi dan pengikut-pengikutnya yakni kaum Saduki di Yerusalem menaruh rasa bencinya kepada mereka. Mereka menangkap kedua murid Yesus itu dan memenjarakan mereka. Semua orang di Yerusalem menyaksikan tindakan yang tidak adil ini. Namun ada satu hal yang menakjubkan yakni kedua murid ini tidak memberontak. Mereka siap untuk dipenjarakan karena mencintai Tuhan Yesus Kristus.

Dikisahkan bahwa pada malam harinya, secara ajaib, seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara dan mengeluarkan mereka dari dalam penjara. Malaikat itu masih berpesan kepada mereka begini: “Pergilah, berdirilah di Bait Allah, dan beritakanlah seluruh Firman hidup itu kepada orang banyak”. Para murid mentaati kehendak Tuhan melalui malaikat itu sehingga sebelum matahari terbit, mereka sudah berada di dalam Bait Allah untuk mengajar. Kita dapat membayangkan para murid ini benar-benar berani mati. Apapun ancaman yang mereka hadapi, namun mereka tetap berani untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Sikap heroik semacam ini yang masih menjadi warisan istimewa dalam Gereja.

Apa yang dilakukan oleh para imam besar dan para pengikutnya? Mereka tentu tersinggung, marah, kesal. Inilah sikap manusawi yang mengusai mereka saat itu. Sebab itu mereka menyuruh para Mahkamah Agama untuk mengambil rasul-rasul itu untuk dipenjarakan. Namun hal yang mengherankan mereka adalah pintu-pintu penjara tetap terkunci dengan sangat rapi, para pengawal juga tetap ada tetapi rasul-rasul itu tidak berada di dalam kamar tahanan. Hal yang menggemparkan mereka adalah para rasul itu sudah berada di dalam Bait Allah untuk mengajar. Kedua rasul itu diambil kembali tanpa kekerasan karena mereka takut dengan orang-orang yang percaya kepada Tuhan.

Kisah kedua rasul ini membuka wawasan kita untuk mengerti lebih dalam lagi tentang makna kesetiaan kepada Kristus. Orang yang setia kepada Kristus akan melakukan apa saja, bahkan menyerahkan nyawanya untuk Kristus. Ia akan menjadi pribadi yang berani bukan penakut. Kita temukan sendiri dalam diri kedua rasul yakni Petrus dan Yohanes. Petrus sebelumnya menyangkal Yesus tiga kali, Yohanes juga memiliki ambisi untuk memimpin bersama Yakobus saudaranya. Namun, masa lalu adalah kesempatan untuk mengubah mereka menjadi baru dalam Kristus. Mereka memberi diri sampai tuntas karena kasih kepada Kristus.

Kasih mendapat tempat istimewa dalam masa paskah ini. Dalam percakapan dengan Nikodemus, Tuhan Yesus mengungkapkan kasih Allah yang tiada batasnya bagi manusia di dunia ini. Ia berkata: “Sebab begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Tuhan Allah tidak hanya mengatakan tentang kasih tetapi kasih dalam perbuatan nyata. Mengasihi berarti memberi diri secara total. Tuhan Allah Bapa memberi Anak-Nya yang tunggal supaya mereka yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Yesus adalah utusan yang tepat bukan untuk menghakimi melainkan untuk menyelamatkan.

Hal lain yang juga menarik perhatian kita adalah Yesus mengungkapkan diri-Nya sebagai terang dunia. Orang tidak bersama Yesus adalah mereka yang berada dalam kegelapan. Ia mengatakan: “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat” (Yoh 3:19). Hanya orang yang melakukan kebenaran yang dapat menunjukkan terang sejati. Perbuatan-perbuatan mereka benar-benar dilakukan di dalam Allah.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia mengarahkan kita melalui sabda-Nya untuk berani bersaksi tentang kebangkitan Kristus Putera-Nya kepada semua orang. Kristus yang kita wartakan adalah kasih yang menyelamatkan semua orang. Apakah anda juga siap dan berani seperti para murid Yesus yang mewartakan kebangkitan-Nya? Apakah anda siap menderita karena mencintai Kristus?

PJSDB

Homili Pesta St. Markus – 2017

25/04/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Pesta St. Markus, Penginjil
1Ptr 5:6b-14
Mzm 89: 2-3.6-7.16-17
Mrk 16:15-20

Salam dari Markus

Pada pagi hari ini saya dikejutkan oleh pesan dari seorang sahabat: “Romo John yang baik, anda mendapat salam dari seseorang namanya Markus”. Mulanya saya merasa kaget karena pagi-pagi mendapat salam dari Markus. Saya sempat membayangkan wajah para kenalan saya yang bernama Markus. Tetapi saya cepat menyadari bahwa hari ini memang pesta Santu Markus. Ingatan saya juga tertuju kepada St. Petrus. Ia menulis ungkapan yang sama: “Salam dari Markus, anakku” (1Ptr 5:13). Markus begitu mendapat tempat yang istimewa sampai dianggap sebagai anaknya sendiri. Petrus dan Markus saling percaya satu sama lain.

Siapakah St. Markus? Dia dikenal di dalam Gereja sebagai salah seorang pengarang Injil. Injil tulisannya ini dikenal sebagai injil yang paling tua, ditulis dalam waktu 10 tahun setelah kematian dan kenaikan Yesus ke Surga. Injilnya menjadi dasar atau sumber bagi Injil Lukas dan Matius. Para peneliti dokumen-dokumen di Qumran, dekat Laut Mati mengungkapkan bahwa Injil Markus memang Injil yang paling tua. Markus berasal dari kota Yerusalem. Rumahnya sering menjadi markas doa bagi komunitas Kristen perdana. Lebih lagi ketika Petrus dipenjarakan maka orang sering berkumpul di rumahnya untuk berdoa dan memohon supaya Tuhan membebaskan Petrus. Setelah Petrus dinyatakan bebas maka ia pergi ke rumah Markus. Markus memang pernah berjumpa sendiri dengan Yesus namun tidak menjadi murid-Nya.

Markus dikenal dengan nama Yohanes Markus. Ia adalah keponakan dari Barnabas. Ia ditobatkan dan dibaptis oleh Petrus. Ia kemudian menemani Paulus dalam perjalanan missioner pertama ke Antiokhia (Kis 12:25) dan kemudian ke Siprus (Kis 13:4,5). Karena alasan tertentu maka ia kemudian kembali ke Yerusalem (Kis 13:13). Selanjutnya Markus menemani Barnabas ke Siprus (Kis 15:36-41). Markus sempat diminta untuk mengunjungi Paulus di Penjara (2Tim 4:11). Petrus sendiri menganggap Markus seperti anaknya sendiri (1Ptr 5:13). Markus menulis Injil tertua dengan lambang singa. Singa adalah raja gurun pasir.

Petrus dalam bacaan pertama mengingatkan komunitasnya untuk mengembangkan sikap-sikap bathin sebagai berikut: Pertama, supaya mereka semua memiliki kebajikan kerendahan hati. Kerendahan hati terhadap satu dengan yang lainnya sebab Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati. Kedua, mereka belajar berpasrah kepada Tuhan: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan sebab Dialah yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7). Ketiga, berjuang untuk melawan iblis yang selalu mencari mangsanya. Jemaat harus berani melawan iblis dengan iman yang teguh. Sikap-sikap bathin ini sangat penting sebab Allah sumber segala kasih karunia akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita semua.

Pesan Petrus kepada jemaat ini tentu memiliki dasar yang kuat yaitu pengalaman pribadinya dan pengalaman kebersamaan di dalam komunitas di mana terdapat Silwanus, dan Markus. Pengalaman akan Allah benar-benar nyata dalam komunitas, di dalam diri jemaat yang kudus. Markus sendiri pasti menghayatinya sehingga Petrus menulis: “Salam dari Markus, anakku”.

Dalam bacaan Injil yang ditulis oleh Markus, Tuhan Yesus yang bangkit mulia menampakkan diri kepada para murid-Nya. Ini menjadi kesempatan yang baik, di mana Ia mengutus mereka untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil kepada segala makhluk. Konsekuensi dari pemberitaan para rasul adalah bahwa siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan sedangkan yang tidak percaya akan dihukum. Yesus mengenal para murid-Nya maka untuk lebih meyakinkan mereka maka Ia mengatakan tanda-tanda yang kelihatan yakni mereka akan mengusir setan-setan demi nama Yesus, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa baru, mereka akan memegang ular, sekalipun meminum racun maut mereka tidak akan mendapat celaka. Mereka juga memberkati dan menyembuhkan orang lain dalam nama Yesus.

Santu Markus menguatkan kita pada hari ini untuk menjadi pengikut Kristus yang terbaik. Mengapa menjadi pengikut Yesus Kristus yang terbaik? Karena kita diharapkan rendah hati seperti Kristus sendiri, berani untuk menyerahkan segala kekuatiran kepada Tuhan dan berjuang untuk menaklukan iblis yang selalu mencari cela untuk menghancurkan hidup kita.Tugas kita adalah bersatu dengan Injil dan mewartakannya dengan hidup yang nyata. Salam dari Markus untuk anda juga.

PJSDB

Food For Thought: Allah Maharahim

23/04/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Allah Maharahim bersama kita

Kita memasuki Hari Minggu Paskah kedua atau dikenal dengan nama hari Minggu Kerahiman Allah. Santa Maria Faustina Kowalska sebagai rasul kerahiman ilahi memberi kesaksian bahwa Tuhan Yesus sendiri mengatakan kepadanya: “Wartakanlah bahwa kerahiman Allah merupakan sifat terbesar dari Allah”. Sepanjang hidupnya ia menyebarkan devosi kerahiman ilahi yang kita kenal hingga saat ini. Sejalan dengan ini, St. Yohanes Paulus kedua pernah mengatakan bahwa terlepas dari kerahiman Allah, tidak ada sumber pengharapan yang lain bagi umat manusia. Kita percaya bahwa kerahiman Allah adalah pribadi Yesus sendiri. Ia telah datang ke dunia untuk menebus dosa kita semua. Misteri Paskah adalah merupakan puncak pewahyuan dan perwujudan kerahiman Allah bagi kita. Paus Fransiskus pernah mengatakan bahwa kita semua perlu merenungkan misteri kerahiman Allah. Kerahiman Allah merupakan sumber sukacita, ketenangan dan kedamaian. Kerahiman merupakan tindakan terakhir dan tertinggi dengan mana Allah sendiri datang untuk menjumpai kita (MV, 2).

Sabda Tuhan pada hari Minggu Kerahiman Allah ini mengarahkan perhatian kita kepada pribadi Tuhan Yesus Kristus. Dia menginspirasikan para rasul untuk membentuk sebuah komunitas yang diselimuti oleh kerahiman Allah. Mereka semua saling berbagi sebagai saudara sejemaat, memiliki semangat sehati dan sejiwa. Semangat komunitas orang percaya dalam tubuh jemaat perdana ini yang masih merasuki gereja masa kini untuk tetap bersatu dalam kasih dan berbagi sebagai saudara seiman. St. Petrus dalam bacaan kedua mengingatkan kita untuk hidup sebagai orang yang memiliki harapan, iman dan kasih kepada Tuhan Yesus Kristus. Kebajikan-kebajikan teologal ini yang membantu kita untuk memandang wajah Allah yang penuh dengan kerahiman. Yohanes dalam bacaan Injil menunjukkan wajah kerahiman Allah yang nyata dalam diri Yesus yang bangkit dari kematian. Ia menampakkan diri kepada para murid dan menganugerahkan Roh Kudus-Nya kepada mereka. Ia menunjukkan luka-luka kudus-Nya kepada para murid sebagai wujud nyata kerahiman Allah bagi manusia.

Apa yang harus kita lakukan untuk menghidupkan kerahiman Allah? Kita mengenal karya-karya kerahiman Allah di dalam Gereja yang bersifat ragawi yakni memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada mereka yang haus, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, menerima orang asing, menyembuhkan mereka yang sakit, mengunjungi mereka yang berada di dalam penjara dan mengubur mereka yang sudah meninggal dunia. Di samping itu kita perlu melakukan karya-karya kerahiman yang bersifat rohani yakni memberi nasihat kepada mereka yang ragu-ragu, mengajar mereka yang tidak tahu, menasihati para pendosa, menghibur mereka yang sedih, mengampuni mereka yang bersalah, menanggung dengan sabar mereka yang menyusahkan kita dan berdoa bagi mereka yang hidup dan yang meninggal. Semua karya kerahiman yang bersifat ragawi dan rohani ini merupakan hal-hal praktis yang dapat kita lakukan bagi sesama. Yesus mengatakan bahwa kita melakukannya bagi orang kecil, sama saja dengan kita melakukannya bagi Dia sendiri (Mat 25:40).

Apakah anda sudah merasakan kerahiman Allah? Apakah anda juga sudah melakukan tujuh karya kerahiman ragawi dan tujuh karya kerahiman rohani dalam hidupmu? Periksalah batinmu di hadirat Tuhan yang maharahim.

PJSDB

Homili Hari Minggu Paskah Kedua/A – 2017

23/04/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Minggu Paskah Kedua
Hari Minggu Kerahiman Allah
Kis 2:42-47
Mzm 118:2-413-15
1Ptr 1:3-9
Yoh 20:19-31

Kerahiman Allah Menjadi Nyata

Kita memasuki Hari Minggu Paskah kedua atau dikenal dengan nama Hari Minggu Kerahiman Allah. Saya terinspirasi oleh perkataan St. Yohanes Paulus II ini: “Yesus Kristus tidak hanya berbicara tentang kerahiman dan menjelaskan artinya melalui perbandingan dan perumpamaan, tetapi terutama Ia sendiri membuat Kerajaan Allah terjelma dan terpersonifikasi. Dalam arti tertentu, Ia adalah sang kerahiman itu sendiri.” (Dives in Misericordia, 2). Perkataan St. Yohanes Paulus kedua ini membantu kita untuk focus memadang Yesus, sang penyelamat kita. Ia datang untuk menunjukkan bahwa Kerahiman Allah itu sungguh nyata dan bahwa kita semua diselamatkan oleh Kerahiman Allah. St. Yohanes Paulus kedua juga mengatakan bahwa Misteri Paskah merupakan puncak pewahyuan dan perwujudan belas kasih. Hari Minggu Paskah kedua ini merupakan kesempatan bagi kita untuk mengalami puncak pewahyuan dan perwujudan belas kasih Allah.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Paskah kedua ini mengorientasikan kita untuk tetap focus memandang Yesus, satu-satunya Penebus kita. Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul menunjukkan kerahiman Allah yang menjiwai seluruh komunitas Gereja Perdana sehingga mereka memiliki semangat “Cor Unum et Anima Una” atau semangat sehati dan sejiwa dari setiap jemaat. Sebagaimana dikisahkan oleh St. Lukas dalam Kisah Para rasul bahwa orang-orang yang menjadi percaya dan memberi diri dibaptis bertekun dalam pengajaran para rasul dan bertekun juga dalam persekutuan.

Apa yang mereka lakukan? Mereka membangun semangat persekutuan, ditunjukkan dengan selalu berkumpul bersama untuk berekaristi (memecahkan roti) dan berdoa. Mereka saling berbagi apa yang mereka miliki. Misalnya selalu ada di antara mereka yang menjual harta miliknya dan membagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluannya masing-masing. Mereka bertekun dan sehati. Mereka membangun kebersamaan di dalam Bait Allah. Mereka berekaristi secara bergilir dari rumah ke rumah jemaat, makan bersama, bergembira dengan tulus hati sambil memuji Allah. Akibatnya adalah jemaat disukai Allah dan jumlah mereka bertambah.

Nilai-nilai kerahiman Allah ditunjukkan bukan dalam hal teoretis melainkan dalam hal-hal praktis. Kerahiman Allah mempersatukan setiap jemaat yang berbeda-beda. Kerahiman Allah memampukan mereka untuk berani berbagi dengan sesama yang lain. Kerahiman Allah menjadi nyata dalam semangat untuk berekaristi, khususnya saat memecahkan roti dan makan bersama. Pengalaman Gereja perdana akan kerahiman Allah ini menjadi warisan yang sangat indah hingga saat ini.

St. Petrus dalam bacaan kedua mengungkapkan tentang pengalaman nyata kerahiman Allah di dalam diri setiap orang yang dibaptis. Pengalaman nyata kerahiman Allah ditandai dengan Paskah Kristus. Ia telah bangkit dari antara orang mati. Kita pun dilahirkan kembali dalam kebangkitan Kristus. Untuk itu setiap orang yang mengalami kerahiman Allah harus hidup dengan penuh harapan, memiliki iman yang tangguh dan mengasihi Kristus yang tidak kelihatan. Kebajikan-kebajikan Teologal yakni harapan, iman dan kasih membantu kita untuk semakin sadar dan berusaha untuk merasakan kerahiman Allah. Artinya orang yang merasakan kerahiman Allah selalu memiliki ketiga kebajikan teologal yakni harapan, iman dan kasih.

Dalam bacaan Injil kita mendengar dua kisah yang membuka wawasan kita tentang keindahan kerahiman Allah. Kisah pertama tentang penampakkan Yesus di hadapan para murid-Nya di dalam rumah. Para murid masih berada dalam suasana ketakutan, dan mereka berkumpul bersamadi rumah yang terkunci rapat. Yesus dengan tubuh-Nya yang mulia mampu menembus pintu rumah dan menunjukkan diri-Nya di tengah-tengah mereka. Ia menyalami mereka dengan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu”. Ia menunjukkan kerahiman Allah dengan memperlihatkan tangan dan lambung yang terluka kepada mereka, sehingga hati mereka penuh dengan sukacita. Kisah pertama ini ditutup dengan penetapan sakramen tobat untuk menunjukkan kerahiman Allah bagi manusia. Yesus berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni orang, dosanya diampuni dan jikalau kamu mengatakan dosa orang tetap ada maka dosanya tetap ada”.

Kisah pertama ini sangat menarik perhatian kita karena Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai Kerahiman Allah yang nyata. Pertama-tama Ia menunjukkan luka-luka kudus-Nya. Memandang luka-luka kudus Yesus berarti kita memandang kasih dan kerahiman Allah yang nyata. Kita juga mendengar tentang penetapan sakramen tobat yang membantu kita untuk merasakan kerahiman Allah secara nyata. Dengan demikian kita patut mendoakan para imam dan Bapa Pengakuan yang dengan caranya masing-masing menghadirkan kerahiman Allah di dalam Gereja. Paus Fransiskus mengatakan bahwa para bapa pengakuan menjadi tanda autentik kerahiman Bapa. Para Bapa pengakuan menjadi Bapa pengakuan yang baik, terutama jika membiarkan dirinya menjadi orang bertobat yang mencari kerahiman-Nya. Bapa pengakuan mengambil bagian dalam perutusan Yesus sendiri (Misericordiae Vultus, 17).

Kisah kedua tentang pengalaman kerahiman Allah dalam diri rasul Thomas. Thomas adalah seorang rasul yang tidak mudah mempercayai perkataan orang kalau tidak disertai bukti yang nyata. Baginya, perkara iman adalah hal yang sangat pribadi. Iman sendiri adalah anugerah Tuhan bagi setiap orang. Sebab itu ia memiliki reaksi yang berbeda dengan teman-temannya yang lain. Namun ketika Yesus menampakkan diri kepadanya maka ia mengalami transformasi diri yang luar biasa. Ia mengalami kerahiman Allah yang nyata sehingga berani berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku”. Thomas tidak sendirian. Pada saat ini ada banyak orang yang melampaui Thomas yakni mereka yang mengakui diri orang katolik tetapi hidupnya jauh dari hidup Kristus sendiri. Kata-kata Yesus ini sangat bermakna: “Berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya.”

Kedua kisah yang disebutkan dalam bacaan Injil ini merupakan pengalaman hidup kita di hadapan Allah. Kita membutuhkan sakramen tobat untuk sungguh merasakan kerahiman Allah yang nyata. Kita juga sering menjadi Thomas yang kurang percaya dan mungkin lebih ekstrim dari Thomas. Di hari Minggu kerahiman Allah ini baiklah kita memohon ampun dari Tuhan karena hidup pribadi kita melampaui Thomas yang kurang percaya.

Saya mengakhiri homili ini dengan meminjam perkataan Paus Fransiskus ini: “Gereja diutus untuk mewartakan kerahiman Allah, hati injil yang berdetak, yang dengan caranya sendiri harus menembus hati dan pikiran setiap orang” (Misericordiae Vultus, 12). Kita semua adalah Gereja masa kini yang siap diutus untuk menjadi duta kerahiman Allah bagi semua orang. Sesudah dirimu diselamatkan, jadilah saksi Kristus!

PJSDB

Next Page »

Tentang Saya

Saya seorang hamba Tuhan yang melayaniNya siang dan malam, anggota Serikat Salesian Don Bosco yang bergabung sejak tahun 1989. Kini saya dipanggil Pater John dan melayani di Jakarta

Artikel Terbaru

  • Food For Thought: Kultur kehidupan bukan kematian 10/12/2019
  • Food For Thought: Menghibur dan Membahagiakan 10/12/2019
  • Food For Thought: Dari Kekosongan menuju Kepenuhan 09/12/2019
  • Homili Hari Minggu Adventus ke-II/A – 2019 08/12/2019
  • Food For Thought: Dari Maria Kita Belajar 07/12/2019

Situs Lainnya

  • Salesian Don Bosco
  • Vatican
  • Renungan Audio – Daily Fresh Juice
  • Renungan Pria Katolik

Arsip

  • December 2019 (10)
  • November 2019 (33)
  • October 2019 (28)
  • September 2019 (14)
  • August 2019 (23)
  • July 2019 (25)
  • June 2019 (22)
  • May 2019 (40)
  • April 2019 (24)
  • March 2019 (21)
  • February 2019 (24)
  • January 2019 (34)
  • December 2018 (32)
  • November 2018 (40)
  • October 2018 (26)
  • September 2018 (22)
  • August 2018 (41)
  • July 2018 (28)
  • June 2018 (17)
  • May 2018 (13)
  • April 2018 (17)
  • March 2018 (14)
  • February 2018 (8)
  • January 2018 (17)
  • December 2017 (23)
  • November 2017 (31)
  • October 2017 (29)
  • September 2017 (38)
  • August 2017 (28)
  • July 2017 (18)
  • June 2017 (24)
  • May 2017 (33)
  • April 2017 (18)
  • March 2017 (40)
  • February 2017 (23)
  • January 2017 (22)
  • December 2016 (23)
  • November 2016 (31)
  • October 2016 (24)
  • September 2016 (36)
  • August 2016 (36)
  • July 2016 (32)
  • June 2016 (27)
  • May 2016 (42)
  • April 2016 (25)
  • March 2016 (41)
  • February 2016 (45)
  • January 2016 (31)
  • December 2015 (26)
  • November 2015 (24)
  • October 2015 (60)
  • September 2015 (44)
  • August 2015 (49)
  • July 2015 (56)
  • June 2015 (56)
  • May 2015 (57)
  • April 2015 (46)
  • March 2015 (52)
  • February 2015 (51)
  • January 2015 (58)
  • December 2014 (46)
  • November 2014 (43)
  • October 2014 (49)
  • September 2014 (46)
  • August 2014 (42)
  • July 2014 (39)
  • June 2014 (39)
  • May 2014 (38)
  • April 2014 (44)
  • March 2014 (41)
  • February 2014 (46)
  • January 2014 (55)
  • December 2013 (43)
  • November 2013 (42)
  • October 2013 (46)
  • September 2013 (31)
  • August 2013 (33)
  • July 2013 (32)
  • June 2013 (36)
  • May 2013 (33)
  • April 2013 (34)
  • March 2013 (40)
  • February 2013 (33)
  • January 2013 (33)
  • December 2012 (36)
  • November 2012 (33)
  • October 2012 (50)
  • September 2012 (40)
  • August 2012 (41)
  • July 2012 (35)
  • June 2012 (30)
  • May 2012 (33)
  • April 2012 (36)
  • March 2012 (47)
  • February 2012 (42)
  • January 2012 (38)
  • December 2011 (35)
  • November 2011 (31)
  • October 2011 (2)

Bulan

  • December 2019
  • November 2019
  • October 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019
  • April 2019
  • March 2019
  • February 2019
  • January 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • October 2018
  • September 2018
  • August 2018
  • July 2018
  • June 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018
  • February 2018
  • January 2018
  • December 2017
  • November 2017
  • October 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • July 2016
  • June 2016
  • May 2016
  • April 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • August 2015
  • July 2015
  • June 2015
  • May 2015
  • April 2015
  • March 2015
  • February 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • November 2014
  • October 2014
  • September 2014
  • August 2014
  • July 2014
  • June 2014
  • May 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • February 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • November 2013
  • October 2013
  • September 2013
  • August 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • April 2013
  • March 2013
  • February 2013
  • January 2013
  • December 2012
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • May 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012
  • December 2011
  • November 2011
  • October 2011

Copyright © 2019 · Beautiful Pro Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in