Homili 23 September 2017

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXIV
1Tim 6:13-16
Mzm100: 2-5
Luk 8:4-15

Mentaati Sabda Tuhan!

Saya pernah merayakan misa harian di kapel sebuah biara. Saya melihat beberapa bingkai yang dipajang di dinding sakristi. Salah satu bingkainya terdapat gambar buku Alkitab terbuka dan di bawahnya terdapat tulisan ini: “Aku datang untuk mentaati Sabda Tuhan”. Setiap imam yang merayakan misa harian pasti membaca tulisan ini karena letaknya sangat strategis, yakni dekat dengan pintu untuk masuk ke dalam kapel. Setiap imam juga akan merenungkan kalimat ini sebelum merayakan misa hariannya, dalam hal ini apakah imam itu sudah membaca, merenungkan dan taat melaksanakan Sabda Tuhan atau belum. Namun demikian, kalimat ini tetap menjadi milik kepunyaan imam dan umat yang berada di hadirat Tuhan. Dalam bulan Kitab Suci Nasional ini, kalimat yang sama menjadi permenungan istimewa bagi kita semua. Apakah kita sudah mulai akrab dengan Kitab Suci atau belum? Apakah pertemuan tematis di setiap lingkungan, homili dari para romo membantu kita untuk mentaati sabda Tuhan?

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan surat St. Paulus kepada Timotius. Ia mengatakan: “Saudara terkasih, di hadapan Allah yang menghidupkan segala sesuatu dan di hadapan Yesus Kristus, yang memberikan kesaksian yang benar di hadapan Ponsius Pilatus, aku memperingatkan engkau, ‘Taatilah perintah ini tanpa cacat dan tanpa cela hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya'”. (1Tim 6: 13-14). Seorang gembala umat bertugas untuk memelihara Sabda Tuhan dan menghayatinya dalam hidup setiap hari. Dengan berpedoman pada Sabda Tuhan maka sang gembala dapat hidup tanpa cacat dan cela hingga kedatangan Tuhan. Sang gembala menjadi kudus karena Sabda Tuhan.

St. Paulus juga menekankan bahwa tugas utama seorang gembala umat adalah memperkenalkan Yesus Kristus sebagai segalanya bagi jemaat. Yesuslah satu-satunya Penguasa yang penuh bahagia. Dialah Raja di atas segala raja. Dialah Tuan di atas segala tuan. Yesus yang kita imani ini adalah satu-satunya yang tidak takluk kepada kematian. Dia bahkan mengalahkan kematian dengan hidup kekal. Dia sendiri bersemayam dalam cahaya yang tak terhampiri. Hanya bagi Dia segala hormat dan kuasa abadi.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus, sang Sabda hidup memberikan perumpamaan kepada banyak orang yang datang untuk mendengar-Nya. Ia memberikan perumpamaan tentang penabur. Dikisahkan bahwa ada seorang penabur yang keluar dari rumahnya untuk menabur. Daerah Galilea memang subur dan cocok sebagai daerah pertanian sepanjang masa. Sang Penabur menabur sesuka hatinya. Akibatnya ada benih yang jatuh di pinggir jalan, di atas batu, di antara semak duri dan di tanah yang subur. Mediumnya memang berbeda-beda dan tentu hasilnya juga beda. Benih yang jatuh di pinggir jalan, akan mudah diinjak orang, dan dimakan oleh burung-burung di udara. Ini adalah tipe orang yang mendengar Sabda tetapi iblis datang dan mengambil sabda dari dalam hati mereka supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.

Ada benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu. Benih itu hanya tumbuh sebentar, lalu layu dan tidak mendapat air. Ini adalah tipe orang yang setelah mendengar sabda memang menerimanya dengan gembira, namun sabda itu tidak berakar. Orang seperti ini hanya percaya sebentar saja. Apabila ada penganiayaan atau pencobaan tertentu maka mereka ini yang pertama murtad. Ada benih yang jatih di tengah-tengah semak duri. Benih ini bertumbuh namun terhimpit sampai mati. Ini adalah tipe orang yang mendengar Sabda, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekhawatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup sehingga tidak menghasilkan buah yang matang. Ada juga benih yang jatuh di tanah yang baik, lalu bertumbuh dan berbuah seratus kali lipat. Ini adalah tipe orang yang mendengar Sabda, menyimpan Sabda itu dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa benih adalah Sabda Tuhan. Sabda adalah setiap perkataan yang keluar dari mulut Tuhan dan memiliki daya untuk menyelamatkan. Makanya mereka yang bertelinga haruslah mendengar. Mereka yang memiliki mata haruslah melihat. Benih Sabda Tuhan yang ditaburkan itu jatuh dalam medium yang tidak lain adalah hati kita masing-masing. Mari kita memeriksa bathin kita, apakah batin kita adalah medium yang tepat bagi Sabda Tuhan? Apakah kita sungguh-sungguh mentaati Sabda Tuhan?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply