Food For Thought: Emang kamu masih punya suara hati?

Emang kamu masih punya suara hati?

Pada suatu sore hari saya mendengar dua orang remaja sedang berdiskusi di sebuah kafetaria. Mereka berdiskusi sambil menikmati hidangan makanan dan minuman di kafetaria, termasuk free wifi-nya. Saya menduga mereka sedang mengerjakan tugas mandiri mata pelajaran Agama tentang suara hati. Salah seorang di antaranya berbicara dengan suara agak keras: “Suara hati atau hati nurani itu apa ya?” Remaja yang lainnya diam sambil memegang gadgetnya. Mungkin dia sedang menanyakan Mba Google pengertian suara hati atau hati nurani. Beberapa saat kemudian dia berkata: “Aku temukan jawabannya, tapi singkat banget. Suara hati itu inti manusia yang paling rahasia di mana Tuhan sendiri bersemayam di sana”. Remaja yang satu hanya mengangguk, lalu berkata: “Ah susah amat definisinya. Cari yang lain yang lebih mudah untuk kita ingat”. Mereka melanjutkan diskusinya. Saya bersama teman-teman meninggalkan kafetaria. Saya sendiri merasa bersyukur karena sempat mendengar dua anak remaja mendiskusikan hal yang “aneh” bagi mereka tetapi cukup serius demi mendapatkan nilai yang bagus.

Apa itu suara hati atau hati nurani? Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa suara hati adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara moral. Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi. (KGK 1778). Sedangkan Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa suara hati adalah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya (Gaudium et Spes 16).

Mari kita mendalami definisi suara hati ini. Kesan kita adalah betapa luhurnya suara hati itu karena di mana ada suara hati, di situ Tuhan ada bersamanya. Setiap pribadi pasti merasakan keputusan akal budi, baik atau buruknya secara moral dalam hati nuraninya. Suara hati adalah sanggar suci dalam hidup manusia. Suara hati adalah sapaan Tuhan yang dapat menggema dalam batin orang tersebut. Definisi ini membuka wawasan kita bahwa kita memiliki suara hati berarti kita selalu bersatu dengan Tuhan. Maka kalau ada orang bertanya: “Emang kamu masih punya suara hati?” Kita akan akan menjawabnya dengan tepat kalau kita memiliki iman kepada Tuhan.

Pada hari ini fokus perhatian kita tertuju pada Herodes Antipas. Penginjil Lukas mengisahkan bahwa Herodes Antipas adalah raja wilayah Galilea. Ia mendengar tentang Yesus dan pamor-Nya. Ia merasa cemas hatinya sebab ada orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah Yohanes yang telah bangkit dari antara orang mati, Elia telah muncul kembali atau seorang nabi zaman dahulu telah bangkit. Dalam kecemasannya ia berkata: “Yohanes kan telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang khabarnya melakukan hal-hal besar itu? Ia berusaha untuk bertemu dengan Yesus” (Luk 9:9).

Apa yang terjadi pada Herodes? Ia masih memiliki suara hati. Ia merasa bersalah ketika mengingat kembali tindakan jahatnya kepada Yohanes Pembaptis. Sebab itu ia cemas, tidak nyaman ketika mengingat-ingat kesalahannya. Kecemasan ini selalu menghantuinya bahkan jauh setelah kasus pembunuhan Yohanes. Suara hati Herodes benar-benar mengganggunya sebab suara hati adalah suara Tuhan sendiri. Dosa yang dibuat tetap berteriak dan menunjukkan dirinya dalam pikiran Herodes.

Bagaimana dengan kita? Pikirkanlah saat kita jatuh dalam dosa karena melawan suara hati. Ada kecemasan, perasaan tidak nyaman karena dosa dan salah yang sudah kita buat. Hanya orang-orang yang tumpul suara hatinya tidak lagi memiliki perasaan berdosa. Orang-orang seperti ini tidak akan merasa bersalah, berdosa dan tidak mau memohon pengampunan dari Tuhan. Para koruptor berada dalam dunia seperti ini. Suara hati mereka mati! Maka mereka mati rasa, mati rasa berdosanya. Itulah manusia. Mungkinkah anda dan saya termasuk yang sudah mati rasa bersalahnya? Emang kamu masih punya suara hati?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply