Homili 21 April 2018

Hari Sabtu Pekan Paskah III

Kis. 9:31-42

Mzm. 116:12-13,14-15,16-17

Yoh. 6:60-69

Roh Kudus turut bekerja

Saya pernah merayakan misa syukur ulang tahun sebuah persekutuan doa. Perayaan Ekaristi penuh syukur berlangsung meriah. Paduan suaranya bagus, para petugas liturgi menjalani pelayanannya dengan baik. Penasihat persekutuan doa memberi sambutannya  begitu singkat tetapi sangat bermakna. Ia berkata: “Pada hari ini kita semua berkumpul untuk berekaristi bersama, sekaligus mensyukuri ulang tahun persekutuan doa kita. Kita memang harus bersyukur sebab hingga saat ini Roh Kudus turut bekerja. Dialah yang mematangkan persekutuan doa kita menjadi sebuah sekolah persekutuan.” Saya mendengar sambutan singkat ini dengan penuh perhatian. Sebuah sambutan singkat tetapi menggambarkan perjuangan mereka bersama dan dalam Tuhan sehingga masih bertahan hingga saat ini. Memang semua pekerjaan dan pelayanan harus selalu dan bersama dengan Tuhan.

St. Paulus sebelumnya dikenal sebagai Saulus. Ia dikenal sebagai pribadi yang kejam, sebab setiap saat ia selalu siap untuk menganiaya para pengikut Yesus dari Nazaret. Suasana ini berubah total ketika ia mengalami panggilan pribadinya dalam perjalanan menuju ke kota Damaskus. Tuhan Yesus memanggilnya sebagai alat pilihan-Nya sendiri. Dia akan memberitakan nama Yesus kepada segala bangsa, kepada raja-raja dan orang-orang Israel. Tuhan Yesus sendiri berjanji untuk menunjukkan jalan kepadanya, sebuah jalan yang penuh dengan penderitaan. Saulus berubah menjadi Paulus, ciptaan baru yang membaktikan diri sepenuhnya bagi T

uhan Yesus Kristus terutama dalam mewartakan Injil kepada segala bangsa. 

Dampak pertobatan Saulus menjadi Paulus ini adalah bertambahnya jumlah pengikut Kristus di Yudea, Galilea dan Samaria. Mereka merasa sebagai saudara dalam nama Yesus Kristus, sehingga hidup dalam damai dan kasih Tuhan. Kasih Tuhan melingkupi mereka semua. Komunitas Gereja perdana merefleksikan perkembangan ini sebagai sebuah pertolongan nyata dan penghiburan dari Roh Kudus. Di samping Paulus dan pelayanannya, Petrus dan para rasul lainnya berkeliling dan berbuat baik. Mereka tiba di Lida dan berhasil menyembuhkan Eneas yang sudah delapan tahun mengalami kelumpuhan. Seperti biasanya, Petrus mengandalkan Yesus untuk menyembuhkan Eneas dari kelumpuhannya. Semua orang yang melihat mukjizat ini bertobat dan kembali kepada Tuhan. Petrus juga membuat mukjizat lain dalam nama Tuhan Yesus di Yope. Di tempat ini terdapat seorang perempuan yang dermawan namanya Tabita alias Dorkas. Ia meninggal dunia dan dibangkitkan dalam nama Yesus oleh Petrus. Sekali lagi banyak orang berbalik kepada Tuhan karena kuasa dan kasih Tuhan dirasakan oleh banyak orang.

Pengalaman komunitas Gereja Perdana ini membantu kita untuk mengerti semua rencana Tuhan di dalam hidup kita. Tuhan mengutus Roh Kudus-Nya untuk menguatkan, menghibur dan membaharui kita semua. Roh Kudus turut bekerja di dalam diri Paulus untuk mewartakan kabar sukacita kepada segala bangsa. Akibatnya banyak orang percaya kepada Tuhan Yesus. Roh Kudus turut bekerja di dalam diri Petrus sehingga dapat menyembuhkan Eneas yang lumpuh di Lida dan membangkitkan Dorkas di Yope. Roh Kudus tetap bekerja di dalam Gereja masa kini untuk melayani dan menyelamatkan umat manusia. Roh Kudus ikut bekerja untuk mempersatukan setiap pribadi di dalam Gereja masa kini. Semua ini bukan semata-mata usaha Paulus dan Petrus, juga para rasul lainnya. Sudah jelas bahwa semua ini terjadi dan nyata karena kasih dan kebaikan Tuhan melalui Roh-Nya yang kudus. 

Roh Kudus yang satu dan sama memampukan Petrus dan teman-temannya untuk tetap bertahan bersama Yesus. Tentu saja Petrus dan teman-temannya ikut mengalami Krisis di Galilea. Yesus mengatakan kepada mereka semua bahwa untuk memperoleh hidup abadi maka mereka harus memakan tubuh dan meminum darah-Nya. Tentu saja perkataan ini bagi mereka sangat keras. Banyak murid yang mundur dan sangat menggoncang bathin Petrus dan teman-teman. Dalam situasi seperti ini Roh Kudus hadir dan memulihkan mereka. Mereka tetap setia kepada Yesus.

Tuhan Yesus melontarkan sebuah pertanyaan sederhana kepada komunitas-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Pertanyaan ini memang sederhana namun memiliki kekuatan yang luar biasa. Sebuah pertanyaan tentang kesetiaan iman kepada Yesus sendiri. Simon Petrus sebagai ketua para Rasul mengatakan imannya seperti ini: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:68-69). Petrus mengatakan bahwa tidak ada yang lain yang dapat diharapkan selain Tuhan Yesus Kristus sendiri. 

Tuhan Yesus bertanya juga kepada kita secara pribadi saat ini: “Apakah engkau tidak mau pergi juga?” Ketika mengalami krisis iman, pertanyaan Tuhan Yesus ini tetaplah aktual. Kita perlu menjawab dengan jujur kepada-Nya. Kita seharusnya merasa tidak berdaya di hadapan Tuhan maka dengan tunduk kita berkata: “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi?” Hanya kepada Tuhan kita berharap dan tetap selama-lamanya bersama Dia. Sekali mengikuti Yesus maka setialah selama-lamanya. Inspirator kita hari ini adalah Petrus dan Paulus yang bekerja bersama Roh Kudus.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply