Food For Thought: Ekaristi itu penting

Ekaristi itu penting!

Seorang sahabat pernah memberikan observasinya tentang sesama umat yang datang untuk mengikuti perayaan Ekaristi Mingguan. Ada umat yang datang lebih cepat dan kembali ke rumah lebih lambat. Mereka umumnya merasa bahwa hadir di Gereja adalah sebuah kebutuan. Sebab itu mereka datang lebih cepat, mendapat tempat parkir, masuk dan berdoa di dalam Gereja sebelum perayaan Ekaristi. Mereka kembali lebih lambat bukan hanya terjebak di tempat parkiran tetapi mereka juga memanfaatkan kesempatan untuk berdoa, berjumpa dengan pastor atau mengunjungi sekretariat paroki. Gereja menjadi tempat nyaman bagi mereka. Ada umat yang datang lambat dan pulang lebih cepat. Mereka biasanya memiliki seribu satu alasan untuk membenarkan diri. Mereka datang lambat, kadang-kadang setelah bacaan dan homili dan kembali tepat setelah menerima komuni kudus. Mereka ini membenarkan diri dengan mengatakan ada kemacetan, lambat bangun sehingga lambat ke Gereja. Mereka kembali cepat karena tak mau berlama-lama di parkiran, ada urusan lain yang sangat penting, terkesan lebih penting dari Tuhan. Maka orang-orang ini hanya datang ke Gereja sebagai sebuah kegiatan bukan sebagai sebuah kebutuhan. Saya memberi jempol kepada sahabat ini karena observasinya memang sesuai kenyataan saat ini.

Saya pernah ditanya oleh umat: “Romo, apakah kami bisa lambat datang ke Gereja dan kembali ke rumah lebih cepat?” Saya tidak menjawab pertanyaannya tetapi balik bertanya: “Mengapa anda bertanya kepada saya demikian?” Ia menjawab: “Sebab saya melihat fenomena datang lambat dan kembali cepat menjadi sebuah habitus baru”. Saya mengatakan: “Sebaiknya datanglah lebih cepat dan kembalilah lebih lambat”. Dia hanya tersenyum dan mengatakan: “Saya akan berusaha ya Romo”. Sekali lagi ini adalah sebuah kenyataan yang sedang kita hadapi bersama di setiap stasi dan paroki. Umat katolik tidak malu-malu untuk datang lambat dan kembali cepat.

Kita sangat dianjurkan untuk datang lebih cepat supaya kita memiliki waktu yang cukup untuk berdoa secara pribadi sebelum perayaan Ekaristi dimulai. Ini adalah hal yang sangat baik, lebih lagi kalau ada anak-anak yang ikut serta dalam misa bersama. Mereka akan belajar banyak hal baik dari orang tuanya di dalam Gereja. Umat juga dapat lambat kembali ke rumah karena merasa memiliki Gereja. Ia boleh berjumpa dengan gembala dan bertukar pikiran. Ia juga boleh mengunjungi sekretariat atau tempat lain di dalam Gereja atau mengikuti kegiatan yang membangun imannya.

Satu hal yang penting di sini adalah bagaimana Gereja dapat menjadi tempat untuk mempersatukan setiap pribadi. Para gembala tidak hanya mementingkan diri dan kesukaannya tetapi benar-benar memiliki semangat gembala berbau domba. Ini yang sangat diharapkan oleh Paus Fransiskus terhadap para gembala di dalam Gereja Katolik. Gereja benar-benar menjadi tempat untuk bersatu dengan Tuhan dan bersatu dengan semua saudara. Tempat bersatu dengan Tuhan karena dalam perayaan Ekaristi kita mendengar Sabda dan menerima Tubuh dan Darah Yesus Kristus Penebus kita. Tempat di mana setiap pribadi mengalami Allah yang berbelas kasih.

Pada hari Minggu ini kita memandang Yesus sebagai Roti Hidup yang turun dari Surga. Ia hadir dalam Ekaristi yang kita rayakan bersama. Sebab itu datanglah lebih cepat untuk berdoa, siapkanlah dirimu dengan baik untuk mengikuti Ekaristi dan terimalah Ekaristi dengan penuh devosi. Pulanglah dengan lambat sambil membawa damai Tuhan. Bawalah semangat Ekaristi yang anda terima dari Sabda dan Santapan Tubuh dan Darah Kristus. Hanya dengan demikian anda dapat menjadi pribadi yang Ekaristis.

Tuhan memberkati,

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply