Food For Thought: membuat perkawinan jadi indah

Membuat pernikahan jadi indah

Adalah Putu Felisia. Dalam ‘Perfect Wedding: Hadiah Terindah untuk Cinta’, beliau menulis tentang pernikahan begini: “Pernikahan adalah sebuah ikatan indah yang terbentuk dalam hubungan saling mengasihi. Menerima kelebihan dan kekurangan. Saling mengisi. Saling membutuhkan. Saling bekerjasama melewati cobaan kehidupan. Berbagi senang, atau bersama-sama menanggung duka. Itulah pernikahan. Pernikahan, adalah hadiah terbaik bagi sebuah cinta.” Kata-kata sederhana ini meringkas makna terdalam dari sebuah pernikahan yaitu kasih. Sebuah kasih yang tidak berkesudahan, kasih yang tidak ada ujung dan pangkalnya seperti sebuah cincin perkawinan yang dikenakan oleh masing-masing pasangan suami dan istri.

St. Paulus menulis kepada jemaat di Efesus, menjelaskan sebuah relasi intim antara Gereja dan Yesus Kristus dengan mengambil sebuah pola relasi antara istri dan suami. Pernikahan suami dan istri menjadi indah karena menunjukkan relasi nyata dan kelihatan antara Gereja dan Kristus. St. Paulus meminta para istri untuk tunduk kepada suami. Ketundukan atau kepatuhan. Orang yang patuh itu suka mendengar dengan baik. Dengan mendengar, ia akan mampu mengasihi sampai tuntas. Gereja perlu mendengar Kristus. Gereja harus taat kepada Kristus karena mendengar-Nya dan dengan demikian akan mengasihi-Nya. Para suami diminta untuk mengasihi istrinya.

Mengapa ia mengasihi istrinya? Sebab istrinya adalah bagian dari hidupnya sendiri: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” (Kej 2:23). Dengan demikian suami mengasihi istrinya sama seperti ia mengasihi dirinya sendiri. Suami merasa bahwa istri adalah bagian dari hidupnya maka ia tidak akan membenci atau memisahkannya dari hidupnya sendiri. Hanya orang yang sungguh-sungguh beriman dapat melakukannya dengan sempurna. Inilah keindahan sebuah perkawainan yakni menunduk dan mengasihi. Keindahan sebuah perkawinan menjadi penunjuk yang tepat bagi relasi penuh keindahan antara Gereja dan Kristus, Manusia dan Tuhan sang penciptanya.

Saya mengakhiri FFT ini dengan mengutip perkataan Robert Alexander, dalam bukunya ‘Resputin’s daughter’ menulis kata-kata indah ini kepada orang-orang yang belum menikah: “Suatu hari kalian akan menikah. Dan dalam pernikahan itu, kalian harus menemukan kebenaran dan kejujuran. Jangan sekali-kali melupakan, meskipun ada pria dan wanita dalam pernikahan, keberhasilan dari pernyataan itu tergantung pada satu hal bahwa hanya satu jantung yang berdegup di situ, bukan dua.” Kata-kata ini sederhana namun dapat memperindah pernikahan suami dan istri.

Tuhan memberkati semua keluarga yang membaca tulisanku ini.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply