Homili 24 Desember 2018

Hari Senin, 24 Desember 2018
2Sam. 7:1-5,8b-12,16
Mzm. 89:2-3,4-5,27,29
Luk. 1:67-79

Indahnya kasih setia Tuhan

Saya pernah melihat sebuah ikon yang bagus yang sudah dipajang di dinding rumah. Ikon tentang pemandangan nan indah di pegunungan. Pepohonan yang hijau, sungai yang airnya masih jernih dan puncak gunung yang masih sangat alamiah. Saat mata memandang, aura ketenangan menembus bathin langsung terasa. Ada juga tulisan pada ikon ini: “Indahnya kasih setia Tuhan”. Saya sendiri terpesona dan mengatakan dalam hatiku: “Benar sekali, kasih setia Tuhan itu indah sekali.” Pengalaman sederhana ini mengantar saya untuk membagi permenungan pada hari terakhir dalam masa adventus ini. Semua pikiran kita tertuju pada Natal, kelahiran Tuhan Yesus yang mulai malam ini kita rayakan bersama. Ada banyak saudari dan saudara yang melakukan perjalana untuk merayakan natal di tempat yang jauh. Impian untuk merayakan natal yang putih (White Christmas) dan natal yang hijau (Green Christmas) akan menjadi nyata bagi mereka. Natal Putih dan Natal hijau sama-sama menunjukkan kasih setia Tuhan yang indah selamanya.

Tulisan sederhana pada ikon yang indah sebenarnya tanda kesetiaan Tuhan kepada Raja Daud dalam Kitab Mazmur. Sebagaimana dikatakan dalam nyanyian pengajaran Etan: “Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya” (Mzm 89:2a). Ada keinginan yang luhur untuk merenungkan kasih setia Tuhan. Raja Daud mengalami pasang naik dan psang surut dalam hidupnya, terutama dalam berelasi dengan Tuhan. Ia jatuh ke dalam dosa, namun berusaha untuk bangun kembali dan belajar untuk setia. Namun yang terjadi sebenarnya adalah Tuhanlah yang hendak menunjukkan kasih setia-Nya bagi Daud. Ini adalah kelebihan Tuhan yang sulit untuk kita ikuti. Tuhan menunjukkan kasih setia-Nya kepada kita namun kita kesulitan untuk menunjukkan kasih setia kepada-Nya.

Dalam bacaan pertama, kita berjumpa dengan sosok Raja Daud yang mengalami kasih setia Tuhan. Dikisahkan dalam Kitab kedua Samuel bahwa Raja Daud sudah menetap di rumahnya. Tuhan sendiri mengaruniakan keamanan bagi Raja Daud dan melindunginya dari bahaya yang mengancamnya. Raja Daud sadar diri bahwa rumah yang dihuninya mewah sedangkan Tabut Perjanjian hanya berada di bawah tenda. Raja Daud berniat untuk membangun rumah yang baik untuk meletakan Tabut Perjanjian. Namun Tuhan mengingatkan raja Daud melalui nabi Nathan bahwa Dialah yang akan melakukan segala-galanya. Daud sudah merasakan kasih setia Tuhan dan semuanya akan abadi. Semua sudah diberikan Tuhan dengan cuma-cuma.

Janji Tuhan yang membuka mata iman kita pada hari terakhir masa adventus ini adalah tentang keturunan yang memiliki kuasa yang besar. Inilah janji Tuhan kepada Daud melalui Nathan: “Tuhan akan memberikan keturunan kepadamu. Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.” (2Sam 7:11-12). Janji Tuhan kepada Daud ini menjadi nyata dalam diri Yesus. Ia akan lahir di kota Betlehem sebagaimana dinubuatkan Mikha. Dia juga yang akan dipanggil sebagai anak Daud. Yesus adalah anak Daud, Dialah yang berkuasa untuk menegakkan keadilan di bumi ini. Tanda kasih setia Tuhan yang besar bagi raja Daud adalah keturunannya memiliki kuasa atas segala sesuatu di bumi ini. Dialah Yesus Kristus, Mesias.

Dalam bacaan Injil kita mendengar kisah kasih setia Tuhan yang dialami oleh Zakharias dan Elizabeth. Zakharias juga penuh dengan Roh Kudus dan memuji Allah Israel. Bagi Zakharias, Tuhan menunjukkan kasih setia-Nya dengan mengunjungi umat-Nya dan membebaskan mereka. Tuhan sendiri yang menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi manusia di dalam keturunan Daud. Tuhan sendiri melalui para nabi sudah menubuatkan keselamatan bagi semua orang melalui kedatangan sang Mesias yaitu Yesus Kristus. Zakharias juga merenungkan kasih setia Tuhan Allah dalam diri Yohanes anaknya. Ia akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi. Ia akan berjalan mendahului Tuhan, mempersiapkan jalan bagi-Nya. Yohanes juga mempertobatkan orang-orang yang menantikan kedatangan Tuhan. Mereka yang mengalami pertobatan ini merasakan kasih dan kerahiman Tuhan sendiri. Kata-kata mulia dari Zakharias yang patut kita renungkan sebab ia berbicara tentang Tuhan Yesus adalah: “Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.” (Luk 1:78-79).

Pada hari terakhir masa Adventus ini marilah kita memupuk kasih dan setia kita kepada Tuhan dan sesama. Tuhan sendiri menunjukkan kasih setia-Nya kepada Daud hamba-Nya dan juga kepada Zakharias dan Elizabeth yang sudah memasuki usia senja tetapi mendapat karunia seorang putera yaitu Yohanes Pembaptis. Yohaneslah yang akan menyiapkan umat Allah dengan seruan tobat dan pembaptisan supaya dapat melihat surya pagi dari tempat yang tinggi. Yesus adalah terang yang menerangi hidup kita. Kasih setia Tuhan hendaklah kita nanyikan saat ini juga dan selamanya. Apakah anda sudah sedang mengalami indahnya kasih setia Tuhan?

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply