Food For Thought: Bersyukur atas panggilan

Bersyukur atas panggilan hidup membiara

Seorang sahabat menulis pesan singkat untukku pagi ini: “Hola Romo John. Apakah anda sudah mengucapkan rasa syukur atas panggilanmu hari ini?” Saya menjawabnya: “Puji Tuhan, saya sudah bersyukur atas panggilanku sebagai biarawan Salesian dan gembala di dalam Gereja Katolik.” Dia menjawabku, “Aleluia, hahahaha”. Dialog ringan di awal hari ini mengantarku hingga ke penghujung hari ini juga. Hati saya penuh syukur atas panggilan hidup bakti yang sudah sedang saya hayati hingga saat ini. Saya bersyukur sebab ada sahabat yang mengingatkan aku untuk selalu bersyukur atas panggilan hidup baktiku.

Mungkin menjadi trending topik hari ini ‘Save Vita Consecrata’ bagi semua saudari dan saudara yang menghayati hidup bakti (Vita Consecrata). Memang sedang ada krisis-krisis tertentu di dalam setiap komunitas hidup bakti. Ada seperti pukulan dari dalam dan dari luar komunitas. Uang, harta dan kuasa ditambah dengan kesombongan adalah tantangan besar dalam hidup bersama di dalam komunitas. Saya mengingat nasihat Paus Fransiskus kepada para biarawan dan biarawati di Meksiko dalam lawatan pastoralnya beberapa tahun lalu. Ia mengatakan bahwa apabila sebuah komunitas terlalu bersifat money oriented maka Tuhan akan mengirim seorang bendahara yang akan menghabiskan semua uang komunitas. Sejak saat itu barulah komunitas sadar untuk membaharui dirinya. Saya merasa bahwa perkataan Paus Fransiskus ini sederhana namun memiliki makna yang sangat mandalam.

Pada saat merayakan tahun hidup bakti (2014-2016), Paus Fransiskus mengajak kaum religius untuk menghayati hidup bakti dengan gembira. Rasa gembira karena sang biarawan dan biarawati itu sadar dan mau berserah dan bersatu dengan Tuhan sang sumber kegembiraan. Kegembiraan merupakan salah satu bentuk pewartaan kepada dunia bahwa biara bukanlah penjara suci tetapi merupakan tempat untuk bergembira dan menjalani hidup kudus. Untuk itu setiap biarawan dan biarawati perlu kembali kepada semangat sang pendiri kongregasi. Saya kembali kepada pendiri saya, Don Bosco sebagai bapa, guru dan sahabat orang muda. Kharisma sang pendiri akan memperteguh panggilan dan perutusan sang biarawan. Paus mengharapkan agar ada rasa optimis sebagai orang yang menghayati hidup bakti. Hidup di dalam biara itu membahagiakan bukan menyusahkan. Sang biarawan dan biarawati meninggalkan segala-galanya namun masih ada masa depan yang Tuhan persiapkan baginya. Akhirnya Paus juga menghimbau agar para biarawan dan biarawati berani bersaksi tentang hidup penuh sukacita kepada sesama manusia.

Pada hari hidup bakti, bertepatan dengan pesta Tuhan Yesus dipersembahkan di dalam Kenisah, kita berdoa semoga semua orang yang sedang menghayati hidup bakti tetap setia selamanya, apapun kesulitan dan tantangan yang sedang dihadapi dalam hidup ini. Semuanya tetap berpegang teguh pada komitmen panggilan dan kekudusan. Semoga para calon mendapatkan peneguhan karena keteladanan yang terbaik dari para biarawan dan biarawati. Terima kasih Tuhan, terima kasih keluarga, terima kasih para konfrater, terima kasih seluruh umat untuk semua dukungan bagi panggilan hidup bakti.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply