Homili 28 Februari 2019

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-VII
Sir. 5:1-8
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Mrk. 9:41-50

Orang Katolik rasa garam

Apakah anda pernah mendengar tentang filosofi garam? Nah, marilah kita duduk sejenak dengan tenang sambil membayangkan keuletan seorang pengrajin garam di pinggir pantai. Orang-orang seperti ini mendiami daerah pesisir pantai. Mereka sudah mengetahui seluk beluk air laut dan selalu berusaha untuk menaklukannya siang dan malam. Salah satu cara menaklukannya adalah dengan menyiapkan lahan untuk membuat garam batu. Ladang garam disiapkan dengan baik, memasukan air laut dan membiarkannya menguap hingga menghasilkan butiran garam. Butiran garam merupakan kristal-kristal kecil yang rasanya asin. Keunikan garam adalah garam itu dapat merelakan dirinya larut dalam air, merembes masuk ke dalam makanan dan dari dalam makanan itu ia memberikan rasa terhadap makanan. Garam dapat mengawetkan makanan dengan merembes masuk ke dalam makanan. Garam dapat menyembuhkan penyakit kulit dengan cara merembes masuk ke dalam kulit manusia dan menyembuhkan dari dalam. Maka hal yang luhur pada garam adalah rela kehilangan bentuk dan wujudnya, juga mampu memberi rasa dari dalam.

Pada hari ini Tuhan mengajar kita untuk menjadi garam yang terbaik bagi sesama manusia. Garam terbaik yang dimaksudkan Tuhan Yesus terungkap dalam nasihat-nasihatnya kepada para murid-Nya. Ada beberapa nasihat yang kiranya membuat hidup sebagai umat katolik itu serasa garam:

Pertama, Berani berbagi dengan kaum miskin. Tuhan Yesus menghendaki agar kita berani berbagi dengan saudari dan saudara yang sangat miskin dan membutuhkan. Sebab itu menjadi garam berarti menjadi pribadi yang selalu berbuat baik kepada sesama manusia, terutama mereka yang sangat miskin dan membutuhkan. Maka di sini, butuh kesadaran bahwa semua yang dilakukan itu untuk Tuhan Yesus sendiri bukan untuk kemuliaan nama kita. Tuhan Yesus dengan tepat mengatakan bahwa orang tidak akan kehilangan upahnya di surga.

Kedua, Jangan menjadi batu sandungan. Menjadi garam berarti tidak menjadi batu sandungan bagi sesama manusia dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Orang yang menjadi batu sandungan itu dapat menyesatkan orang lain dan dirinya sendiri. Sebab itu perlu sikap mawas diri terhadap segala situasi hidup kita setiap hari. Semua tindakan yang lahir dari pikiran, perkataan dan perbuatan itu harus membawa kita kepada Kristus bukan kepada kesesatan.

Ketiga, Membangun rasa damai. Menjadi garam berarti membangun rasa damai dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Damai adalah sebuah anugerah Tuhan. Damai yang diberikan-Nya tidak sama dengan yang dunia berikan kepada kita (Yoh 14:27). Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah yang membawa damai sebab mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Bangunlah rasa damai dalam hidupmu setiap hari.

Menjadi orang katolik rasa garam zaman sekarang memang sangatlah dibutuhkan. Artinya butuh kesaksian hidup yang nyata sebagai garam melalui perbuatan-perbuatan baik kita. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Garam itu memang baik! Tetapi jika gambar itu menjadi hambar, dengan apa kalian akan mengasinkannya? Hendaklah kalian mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain.” (Mrk 9:50). Nah, apakah anda adalah garam yang baik? Apakah anda memang memiliki garam dalam hidupmu? Garam adalah hidup dan kesaksian hidup yang terbaik bagi sesama manusia.

Apa yang harus dilakukan oleh para pengikut Kristus?

Bacaan pertama mengajak kita semua supaya jangan menunda-nunda untuk bertobat kepada Tuhan. Tentu saja yang harus menjadi andalan kita adalah Tuhan bukan harta kekayaan. Ini adalah tantangan tersendiri bagi kita semua. Banyak kali kita lalai untuk mengakui dosa dan salah kita.Kelalaian itu terjadi karena perasaan berdosa itu sudah menipis bahkan nyaris tidak ada lagi. Orang katolik yang memiliki garam harus berubah dalam dirinya untuk menjadi yang terbaik di antara yang baik. Pertobatan dapat kita lakukan dengan kembali kepada Sakramen Tobat. Kita memiliki sakramen tobat sebagai tanda yang membantu kita untuk merasakan kerahiman Allah. Jadilah orang katolik rasa garam.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply