Homili 8 Maret 2019

Hari Jumat, Setelah Rabu Abu
Yes. 58:1-9a
Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19
Mat. 9:14-15

Saya siap berpuasa

Kita berada di hari yang ketiga masa Prapaskah. Saya mengingat Bapa Suci, Paus Fransiskus dalam pesan Prapaskahnya kepada seluruh umat Katolik, mengatakan: “Masa Prapaskah mengundang orang-orang Kristen untuk mewujudkan misteri paskah secara lebih mendalam dan konkret dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan sosial, terutama dengan berpuasa, berdoa, dan memberi sedekah.” Trilogi Prapaskah yakni berpuasa, berdoa dan memberi sedekah, mengantar kita untuk ikut merasakan paskah Yesus Kristus, dalam hal ini misteri Salib dan kebangkitan-Nya, juga pengalaman salib yang selalu dirasakan oleh setiap umat Katolik. Puasa dan pantang adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda umat katolik mempersatukan pengorbanan dirinya bersama pengorbanan Yesus di kayu salib, sebagai tanda silih dosa kita dan demi mendoakan keselamatan dunia. Puasa dan pantang bagi kita tak pernah terlepas dari doa yang kita panjatkan kepada Tuhan. Tentang Puasa, Paus Fransiskus mengatakan: “Puasa menuntun orang-orang Kristen menjauh dari godaan untuk ‘melahap’ segala sesuatu untuk memuaskan ketamakan kita, sementara doa mengajar kita untuk meninggalkan segala bentuk berhala dan ego kita.”

Ada pertanyaan-pertanyaan menarik dari bacaan pertama hari ini untuk kita renungkan bersama di awal masa prapaskah ini: “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?” (Yes 58:3). Saya menampilkan pertanyaan ini karena selama beberapa hari ini banyak umat memiliki pertanyaan yang mirip tentang peraturan puasa dan pantang. Banyak orang berpikir bahwa berpuasa dan pantang itu soal makanan dan minuman yang kita konsumsikan setiap hari. Banyak orang berpikir bahwa berpuasa dan pantang itu untuk mengurangi porsi makan dan minum, mirip dengan melakukan sebuah diet supaya menurunkan berat badan dan mengontrol kadar kolestrol atau gula di dalam tubuh. Ini tentu saja sebuah konsep yang tidak benar. Berpuasa dan pantang itu bukan urusan diet demi kesehatan tetapi urusan transformasi batin supaya orang tidak hanya sehat secara jasmani saja tetapi juga sehat secara rohani. Makanya Paus Fransiskus mengatakan bahwa puasa itu membantu menjauhi kita dari godaan untuk ‘melahap’ segala sesuatu untuk memuaskan ketamakan kita. Orang yang melakukan diet itu tentu hanya untuk jenis makanan tertentu. Orang yang melakukan puasa dan pantang untuk menjauhkan diri dari kebiasaan melahap semua makanan dan minuman yang mengikat bathinnya, sehingga seolah-olah ia menjadi budak makanan dan minuman tersebut.

Tuhan Allah melalui Nabi Yesaya dalam bacaan pertama, memberikan sebuah pemahaman kepada kita tentang berpuasa yang benar di hadapan Tuhan Allah. Tuhan berkata: “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes 58:6-7). Perkataan nabi Yesaya ini nantinya akan dipakai Tuhan Yesus untuk mengajar para murid-Nya tentang karya-karya belas kasih di dalam Gereja yakni: memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus, memberi tumpangan kepada orang asing, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, mengunjungi orang sakit, mengunjungi dan menghibur orang di penjara, dan menguburkan orang yang meninggal dunia. Tuhan Yesus mengatakan: ‘Aku mengatakan yang sebenarnya kepadamu, sebagaimana kamu melakukannya terhadap satu dari saudara-saudara-Ku yang paling kecil ini, kamu melakukannya untuk-Ku.’ (Mat 25:40).

Mengapa Tuhan Yesus mengungkapkan pengajarannya seperti ini? Sebab karya belas kasih yang diungkapkan nabi Yesaya juga termasuk dalam visi dan misi Yesus di dunia, sebagaimana diungkapkan-Nya di dalam Sinagoga: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19). Ini adalah tugas pelayanan Yesus dan masih tetap diteruskan oleh Gereja masa kini. Tugas Gereja adalah melanjutkan karya belas kasih Allah kepada semua orang. Belas kasih Allah menjangkau semua orang sebagai Kristus yang kelihatan. Mereka ini adalah sahabat-sahabat mempelai masa kini. Gereja merasul dan membawa terang serta perubahan kepada banyak orang.

Pertanyaan lain yang mucul selama masa prapaskah adalah pertanyaan para murid Yohanes kepada Yesus dalam bacaan Injil hari ini: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Ini juga menjadi pertanyaan banyak orang di awal masa prapaskah ini. Para uskup di Indonesia menetapkan hal-hal praktis bagi Gereja local, misalnya: Pertama, hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska sampai dengan Jumat Agung. Kedua, Mereka yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Mereka yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas. Ketiga, Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti yuridis) berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya.

Puasa bukanlah hal yang menyusahkan kita. Puasa itu membawa sukacita sebab Tuhan Yesus adalah sang mempelai dan kitalah sahabat-sahabat-Nya. Kebersamaan kita sebagai sahabat dan Yesus sebagai mempelai membawa sukacita tersendiri. Hanya Paskah-Nya yang membuat kita berpuasa, artinya ikut menderita bersama-Nya. Pada hari ini kita berusaha untuk melakukan puasa dan panang yang benar. Prinsip kita seharusnya begini: Saya siap berpuasa saat ini karena saya adalah sahabat sang Mempelai yaitu Yesus Kristus! Selamat hari Jumat, dan selamat berpuasa dan pantang.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply