Homili 1 Mei 2019 – Injil untuk Daily Fresh Juice

Hari Rabu, Pekan Paskah II
St. Yusuf Pekerja
Kis. 5:17-26
Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9
Yoh. 3:16-21

Lectio:

Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”

Demikianlah Injil Tuhan kita
Terpujilah Kristus.

Renungan:

Cinta tak bersyarat

Pada hari ini kita semua mengenang St. Yusuf, sang pekerja tulen bagi keluarga kudus di Nazaret. Beliau dikenal di dalam Gereja sebagai suami Bunda Maria, Bapa Pemelihara Yesus dan sebagai pelindung para karyawan. Kisah hidupnya memang sangat unik. Ia dikenal dalam Injil sebagai seorang pribadi berdarah bangsawan dari Raja Daud bapa leluhurnya. Hidupnya sederhana, patuh, saleh, jujur dan tulus. Ia jujur dan tulus menerima Maria sebagai istrinya, dan bersama-sama membesarkan Yesus Kristus, Anak Allah yang menjadi manusia. Pekerjaannya sederhana sebagai tukang kayu, namun ia mewarisinya kepada Yesus, Puteranya. Yesus bahkan disapa sebagai Anak tukang kayu (Mt. 13:55; Mrk 6:3). Artinya figur profesionalisme St. Yusuf memang sangat kuat di dalam diri Yesus. Maka tepat sekali Yesus dikenal dengan sebutan ‘Yeshua Bar Yoseph!’

St. Yusuf memang seorang profesionalis karena melalui pekerjaan tangan kita dapat memahami demensi ilahinya. Dengan bekerja manusia terlibat dalam diri Allah sebagai sang pencipta. Dengan bekerja manusia sungguh-sunggu menjadi manusia. Konsili Vatican II dalam dokumen “Gaudium et Spes” menegaskan: “Melalui kerja, manusia mencari nafkah bagi dirinya dan bagi mereka yang menjadi tanggungannya.” (GS,67). Katekismus Gereja Katolik mengajarkan begini: “Pekerjaan itu untuk pria dan wanita bukan kerja paksa (Bdk. Kej 3:17-19), melainkan kerja sama dengan Allah demi penyempurnaan ciptaan yang kelihatan.” (KGK, 378). Dalam sejarah Gereja, Paus Pius XII menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari Raya Santo Yusuf Pekerja, sekaligus menetapkan sebagai Hari Buruh. St. Yusuf menjadi pelindung para karyawan/buruh yang bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sambil memandang St. Yusuf Pekerja, kita menerima nilai-nilai rohani warisannya yakni kita bekerja dengan jujur, tekun dan menggemari dunia industry. Semua ini demi kebaikan manusia.

Sambil memandang St. Yusuf, dengan kasih-Nya yang besar kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus dalam keluarga kudus Nazaret, marilah kita memahami kasih setia Tuhan dalam diri manusia. Kita mendengar kisah percakapan Yesus dan Nikodemus. Yesus menunjukkan jati diri-Nya sebagai kasih Allah Bapa. Kita semua mengingat perkataan ini: “Allah adalah kasih” (1Yoh 4:8.16). Dan benar sekali bahwa Allah adalah kasih. Dialah yang memiliki kemampuan untuk mengasihi tanpa syarat apapun. Maka kasih tanpa syarat menjadi jati diri Tuhan Allah Bapa melalui Yesus Kristus sang kasih Bapa. Sebab itu dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Perjatikanlah hal-hal penting dalam perkataan Yesus tentang kasih Allah Bapa adalah: kasih Allah sangat besar bagi kita semua. Yesus adalah satu-satunya karunia Bapa yang menyelamatkan kita semua. Hidup kekal adalah jaminan bagi kita yang percaya kepada-Nya. Semua ini adalah tanda kasih tak bersyarat yang patut kita syukuri sepanjang hidup ini.

Penginjil Yohanes menunjukkan tugas Yesus di dunia ini yakni membawa kasih Allah yang agung, dengan menyelamatkan semua orang yang dikehendaki Bapa. Maka sebagai jawaban atas kasih yang tak bersyarat dari Tuhan Yesus adalah kita percaya kepada-Nya sebagai satu-satunya Penyelamat kita. Kita percaya kepada Yesus berarti siap menerima Terang sebab Dialah Terang Dunia. Orang yang tidak percaya kepada Yesus berarti mereka menyukai kegelapan. Orang yang menyukai kegelapan, hidupnya diselimuti kejahatan, dengan sendirinya akan membenci terang. Sebab itu bagi setiap pengikut Kristus, perlu semangat untuk selalu berbuat baik dan benar di hadirat Tuhan. Pengikut Kristus yang hebat akan mengalami transformasi, metanoia yang berkelanjutan dalam hidupnya.

Mari memandang St. Yusuf. Dia mengasihi Yesus tanpa syarat. Ia mengasihi Yesus sampai tuntas melalui pekerjaan-pekerkaannya. Kita menjadikan St. Yusuf sebagai model hidup kita supaya bertumbuh sebagai pribadi yang tekun bekerja, jujur, tulus dan sederhana. Kita jangan hanya menjadi orang yang berteriak Mayday saja pada hari ini dan menuntut kenaikan gaji. Hal pertama adalah hilangkanlah kebiasaan ‘makan gaji buta’ karena tidak bekerja sesuai SOP (Standard Operating Procedure), tidak efektif dan efisien. Itu dosa dan butuh pertobatan radikal dalam bekerja.

Doa: Ya Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami supaya bertumbuh dalam kasih dan supaya mengasihi tanpa syarat kepada-Mu dan kepada sesama kami. Semoga kami mampu bekerja dengan baik sebagai tanda nyata cinta kasih kami yang besar kepada-Mu dan kepada sesama kami seperti yang diteladani St. Yusuf ayah-Mu sendiri. St. Yusuf, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply