Homili 2 Mei 2019

Hari Kamis, Pekan Paskah ke-II
Peringatan Wajib St. Atanasius
Kis. 5:27-33
Mzm. 34:2,9,17-18,19-20
Yoh. 3:31-36

Membela mati-matian!

Ada dua sosok yang menginspirasi saya pada hari ini yakni sosok St. Petrus dan St. Athanasius dari Alexandria. Kedua pribadi ini memang hidup di zaman yang berbeda namun memiliki kesamaan dalam semangat. Dalam hal ini, mereka sama-sama bersaksi tentang Yesus dari Nazaret dan membela-Nya ‘mati-matian’.

Lukas dalam Kisah para Rasul menulis bahwa pada saat Petrus dan teman-temannya dihadapkan di depan Mahkamah agama Yahudi, ia minta untuk bersaksi tentang Yesus dan diakhiri dengan sebuah larangan untuk tidak berbicara lagi tentang Yesus dari Nazaret yang mereka yakini sudah bangkit dan membuat revolusi mental bagi banyak orang saat itu. Semakin ditekan dan dilarang, Petrus berkata: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kis 5:29). Ini benar-benar jawaban yang mematikan langkah orang-orang yang mengaku diri lebih beragama saat itu. Petrus dan teman-teman berani membela yang benar.

Pada saat Athanasius dari Alexandria (Ἀθανάσιος Ἀλεξανδρείας) menjadi uskup selama lebih kurang 45 tahun, ia berhadapan dengan bidaah Arianisme. Arianisme adalah suatu konsep kristologi yang diajarkan Arius (250–336M). Ia menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah yang diperanakkan oleh Allah Bapa pada suatu ketika, berbeda dari Sang Bapa, dan oleh karena itu lebih rendah derajatnya daripada Sang Bapa.Tentu saja ajaran-ajaran Arius dan para pendukungnya bertolak belakang dengan ajaran-ajaran teologi yang dianut Gereja berkaitan dengan kodrat Tritunggal dan kodrat Yesus Kristus. Ini benar-benar menyesatkan banyak orang, dan Athanasius muncul sebagai gembala yang berani melawan arus. Ajaran Gereja katolik berhasil ditegakannya. Dia berani dan mati-matian membela yang benar.

Petrus dan Athanasius berani membela yang benar. Pembelaan mereka memang punya dasar dan data yang kuat bukan data abal-abal. Hingga saat ini ajaran-ajaran kedua sosok ini masih aktual berkaitan dengan iman kita sebagai orang Katolik.

Bagaimana dengan kita?

Pada saat ini dalam masyarakat kita ada trend ‘membela mati-matian’ junjungan tertentu secara politis. Saking membela ‘mati-matian’ sehingga tingkat kewarasan makin mengerut bahkan nyaris hilang sama sekali. Akibatnya mereka yang salah dibenarkan dan diklaim sebagai yang benar, sedangkan yang benar diklaim sebagai yang salah dan curang. Orang tidak lagi menyadari dirinya sebagai bagian dari kedunguan politik tetapi mendungukan orang lain. Kita butuh Roh Kudus untuk membuka pikiran banyak orang saat ini untuk mengerti kebenaran.

Mari membela yang benar! Salam waras.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply