Bersama Maria: Hari Keduapuluh Lima

Perawan yang murah hati

Ketika kita mendoakan Litani Santa Perawan Maria, ada sebuah kalimat doa yang sangat inspiratif bagi kita semua yakni: “Perawan yang murah hati, Doakanlah kami”. Fokus pikiran kita langsung terarah kepada sosok Santa perawan Maria yang dikandung tanpa noda dosa atau Maria Imaculata. Dialah Maria yang diyakini Gereja sebagai sosok yang murah hati atau dermawan kepada Tuhan dan manusia. Mungkin ada satu pertanyaan muncul seperti ini: “Dari mana Maria mendapat inspirasi untuk menjadi sosok yang murah hati?” Tentu jawabannya adalah Maria belajar murah hati pertama dan terutama di dalam keluarganya sendiri. Orang tuanya yakni St. Ana dan Yoakim orang Yahudi yang saleh. Mereka memiliki pola asuh yang sangat menentukan bagi masa depan Maria, terutama karakternya. Salah satunya adalah kebajikan kemurahan hati yang dimilikinya.

Selain Maria belajar kebajikan kemurahan hati dari kedua orang tuanya yang saleh, ia juga hidup dalam rahmat Tuhan. Hatinya yang suci dan murni atau hatinya yang tidak bercacat selalu terarah kepada Tuhan sumber kekudusan. Dari Tuhanlah ia belajar untuk bertumbuh menjadi pribadi yang murah hati. Kita mengingat saat-saat ia harus mengambil keputusan untuk menerima tawaran dari Tuhan melalui malaikat untuk menjadi Bunda Yesus. Ini adalah saat yang kritis dalam salah satu sisi hidup Maria di masa mudanya. Namun Maria menunjukkan kemurahan hatinya dengan mengambil keputusan yang tepat sebagai Bunda Yesus. Semua perkara disimpannya dalam hatinya yang suci dan tak bernoda.

Kemurahan hati Maria merupakan cerminan Yesus yang murah hati bagi manusia khususnya yang berdosa. Ia mempersembahkan diri-Nya secara total bagi keselamatan manusia. Hal yang sama dilakukan oleh Bunda Maria, ketika ia menerima dan mengikuti kehendak Tuhan sampai tuntas sebagai Bunda Yesus Kristus. Yesus sendiri dalam Injil mengingatkan para murid-Nya: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk 6:36). Para murid tidak hanya mengikuti Yesus dalam pikiran dan perkataan, tetapi nyata dalam perbuatan. Semua perbuatan ‘murah hati’ mencerminkan bahwa para pengikut Yesus sungguh-sungguh Kristiani. Dan semua yang dilakukan itu mengantar orang untuk memuji dan memuliakan Bapa di surga yang murah hati adanya. Yesus juga menyapa orang yang murah hati sebagai sosok yang bahagia: “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” (Mt 5:7). Semua perkataan Yesus tentang kemurahan hati dialami-Nya sendiri di dalam keluarga kudus di Nazaret. Yesus bersatu dengan Yusuf yang murah hati dan tulus, Maria ibunya yang murah hati dan tulus juga.

Mari kita memandang Maria. Ia sosok inspiratif bagi kita untuk bermurah hati. William Shakespeare pernah berkata: “Kemurahan hati adalah lambang kepahlawanan sejati.” Saya sepakat dengan beliau. Benar bahwa ketika seorang murah hati, ia pasti rela berkorban. Ketika ia boleh rela berkorban maka ia menjadi seorang pahlawan sejati. Bagi saya semangat rela berkorban juga nyata dalam hidup Bunda Maria. Andai Maria tidak murah hati maka tidak ada keselamatan bagi kita semua. Memang sebagaimana dikatakan Khalil Gibran: “Kemurahan hati berarti memberikan sesuatu lebih dari yang kamu bisa, dan kebanggaan adalah mengambil lebih sedikit dari yang kamu perlukan.” Kalau begitu mengapa masih banyak di antara kita yang kesulitan untuk bermurah hati?

Tuhan saja bermurah hati. Bunda Maria yang kita kagumi dan kasihi juga bermurah hati. Mengapa kita begitu sulit untuk bermurah hati kepada Tuhan dan sesama kita? Berapa di antara kita yang suka mengitung-hitung apa yang sudah diberikan atau dibagikannya kepada sesama yang lain? Orang yang murah hati tidak menghitung-hitung apa dan berapa yang sudah ia sumbangkan kepada sesamanya, tetapi bahwa ada kebahagiaan yang dirasakannya karena ia suka menyumbang. Bermurah hatilah seperti Bunda Maria. Perawan Maria yang murah hati, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply