Homili 21 September 2019 – Pesta St. Matius, Rasul

Pesta St. Matius Rasul dan Penginjil
Ef. 4:1-7,11-13
Mzm. 19:2-3,4-5
Mat. 9:9-13

Tuhan melihat hatimu!

Saya selalu mengingat nasihat dari salah seorang Bapa Pengakuan saya: “Tuhan melihat hati bukan penampilan lahiriahmu”. Saya lalu mengamini perkataan beliau karena memang sudah terbukti di dalam Kitab Suci. Misalnya, kita mengingat kisah Samuel dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Pada suatu saat Tuhan mengutus Samuel ke rumah Isai untuk memilih salah seorang puteranya menjadi pengganti raja Saul yang sudah ditolak Tuhan Allah. Samuel tiba di rumah Isai dan melihat anak-anak Isai seperti Eliab, Abinadab dan Syama yang bertubuh besar dan tinggi. Samuel berpikir bahwa penampilan fisik itu turut menentukan pilihan Tuhan. Tetapi ternyata Tuhan memiliki cara memilih yang sangat berbeda. Tuhan berkata kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1Sam 16:7). Tuhan memilih David, seorang gembala kecil, kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. (1Sam 16:12).

Pengalaman Samuel dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, kiranya mirip dengan pengalaman Yesus di dalam dunia Perjanjian baru dalam hal memilih orang-orang yang akan mengikuti-Nya dari dekat. Kisah panggilan Lewi atau Matius benar-benar menggambarkan bahwa Tuhan Yesus melihat hati manusia bukan penampilan lahiriah atau cashingnya. Dikisahkan oleh Matius sendiri dalam Injil bahwa Tuhan Yesus melihatnya sedang duduk di rumah cukai. Tuhan Yesus memanggilnya dan Ia pun segera berdiri dan mengikuti Yesus. Matius tidak hanya mengikuti tetapi menerima Yesus di rumahnya dan menjamu-Nya bersama para pemungut cukai yang lain. Daerah Galilea adalah sebuah pusat perniagaan yang ramai maka para pemungut cukai bukan hanya Matius. Ada banyak pemungut cukai yang akhirnya duduk dan makan bersama Yesus di rumah Matius. Tuhan Yesus memilih Matius bukan karena kuat dan hebatnya melainkan karena hati Matius terbuka pada kasih dan kerahiman Allah dalam diri Yesus Kristus. Hati Matius terbuka kepada Tuhan Yesus sehingga ia berani meninggalkan lahan basahnya untuk mengikuti Yesus dari dekat.

Tuhan Yesus Kristus sungguh-sungguh mengasihi Matius. Ia melihat Matius berarti Ia mengasihi Matius apa adanya. Matius mengalamik kasih Tuhan Yesus maka ia pun berani menginggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus dari dekat. Matius adalah contoh orang sakit yang membutuhkan dokter. Dia adalah sosok orang berdosa yang mengalami panggilan Tuhan, berani menjawab panggilan dengan meninggalkan segalanya supaya layak mengikuti Tuhan Yesus. Tepatlah perkataan Yesus ini: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat 9:13).

Matius adalah kita. Anda dan saya yang membaca Injil hari ini juga merupakan orang berdosa. Hanya Tuhan yang tidak berdosa dan Bunda Maria yang dikandung tanpa noda dosa. Maka kita hendaknya serupa dengan Matius yang berani membuka diri kepada belas kasih Tuhan Yesus dan meninggalkan segala-galanya supaya ia lebih bebas untuk mengasihi dan mengikuti Yesus. Satu pelajaran hidup bagi kita adalah janganlah kita memandang sesama manusia dari tampilan luarnya saja atau dari cashingnya saja. Kita perlu memandang hati manusia, tempat di mana cinta kasih Tuhan menjadi besar dari saat ke saat. Matius adalah kita yang berdosa tetapi menjadi baru karena jasa Yesus Kristus.

Apa yang harus kita lakukan?

Santu Paulus dalam bacaan pertama mengakui dirinya sebagai seorang yang menderita karena dipenjara demi Tuhan. Pengurbanan Paulus ini bertujuan supaya jemaat hidup sepadan dengan panggilannya yakni untuk menjadi kudus. Hal praktis yang perlu dilakukan adalah menghayati kebajikan-kebajikan yang berasal dari Tuhan seperti: “Selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” (Ef 4:2-6). Semua kebajikan ini berasa dari Tuhan dan patut dilakukan sepanjang hidup gereja dari dahulu hingga saat ini.

Kita perlu bersyukur atas kasih karunia yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan Yesus mengenal kita dan memberikan kasih karunia-Nya yang berlimpah kepada kita semua. Tuhan Yesus memiliki kuasa untuk memberikan kepada para rasul kuasa-Nya. Ada yang bertugas sebagai pemberita Injil, gembala umat dan pengajar. Tujuannya yaitu memperlengkapi orang-orang kudus bagi tugas pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. Semua orang beriman dipanggil kepada kekudusan dan kesempurnaan.

Tuhan melihat hatimu juga. Sebab itu berusahalah untuk bertobat dan kembalilah kepada Jalan Tuhan yang benar. Matius bertobat dan kembali ke jalan Tuhan yang benar. Anda dan saya juga dapat bertobat dan kembali ke jalan Tuhan, mengikuti-Nya dari dekat. Bertobat menjadi tanda sukacita yang besar. Sakramen tobat hendaknya menjadi sarana keselamatan bagi kita semua. Ayo, jangan takut untuk mengakui dosa dan salahamu sebab Tuhan melihat hatimu!

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply