Homili 16 Mei 2020

Hari Sabtu Pekan V Paskah
Kis. 16:1-10
Mzm. 100:1-2,3,5
Yoh. 15:18-21

Masih ada rasa benci!

Ketika masih menjadi mahasiswa di Yerusalem, saya dan teman-teman lain memiliki kebiasaan untuk mengunjungi kota Yerusalem lama, sambil berdoa rosario di Calvari atau tempat lain yang memungkikan untuk berdoa di sana. Sebagai mahasiswa teologi, kami juga menggunakan atribut-atribut tertentu seperti menggunakan salib, pegang rosario dan atribut lainnya. Pada suatu hari Minggu sore, saya bersama beberapa teman berjalan-jalan menuju ke Yerusalam lama melalui gerbang Jaffa. Kami berpapasan dengan beberapa orang Yahudi yang sering disebut golongan ultra ortodoks. Ketika melihat teman yang menggunakan salib, orang itu membuang ludahnya. Pengalaman ini tidak terlupakan. Kami terus melanjutkan perjalanan menuju ke gereja Makam Suci untuk berdoa rosario sambil merenung perkataan Santu Paulus: “Kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan, dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” (1Kor 1:23). Kami menangkap reaksi orang ultra ortodoks Yahudi ketika melihat salib sebagai batu sandungan dan membuang ludahnya, meskipun bukan ke arah kami. Kisah ini mau mengatakan bahwa rasa benci kepada orang-orang lain itu tetap beranak turun-temurun. Saya teringat pada perkataan Nelson Mandela ini: “Tak ada orang yang terlahir untuk membenci orang lain karena warna kulitnya, latar belakangnya, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci. Jika bisa belajar untuk membenci, maka mereka bisa diajar untuk mengasihi karena kasih lebih alamiah bagi hati manusia ketimbang sebaliknya.”

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Yesus dalam perjamuan malam terakhir. Ia mengatakan: “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.” (Yoh 15:18). Ada saja orang yang secara pribadi atau berkelompok membenci Yesus dan Gereja-Nya. Ini memang bukan hal yang baru karena Tuhan Yesus sendiri mengatakannya dalam malam perjamuan terakhir. Perkataan ini menjadi nyata ketika Ia mengalami penderitaan, hingga wafat di atas kayu salib. Perkataan Yesus menjadi nyata juga sepanjang sejarah Gereja, dengan adanya begitu banyak martir, yang mencuci pakaian mereka dengan darah Anak Domba. Perkataan Yesus ini tetap menjadi nyata ketika para pengikut-Nya kesulitan dan dipersulit untuk membangun Gereja, beribadat dan mendapatkan bantuan sosial. Ketika kita mengalami seperti ini, kita tidak perlu berkecil hati sebab Tuhan Yesus sendiri sudah lebih dahulu mengalaminya. Dunia tetap akan membenci Yesus dan para pengikut-Nya.

Tuhan Yesus menguatkan para murid-Nya dengan mengatakan bahwa dunia akan tetap membenci mereka sebab para murid-Nya bukan berasal dari dunia. Tuhan Yesus sendirilah yang memilih para murid-Nya dari dunia untuk memiliki martabat baru sebagai anak-anak Allah. Mereka mengalami penebusan yang berlimpah. Semua ini melalui jalan penderitaan yang dialami Yesus sendiri. Yesus berkata: “Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.” (Yoh 15:20-21). Dunia membenci Yesus, berarti dunia juga membenci Gereja-Nya.

Apa yang mau Tuhan Yesus katakan kepada kita?

Kita memiliki komitmen untuk menjadi pengikut Kristus. Sakramen Pembaptisan telah membuka jalan bagi kita untuk menjadi kudus. Maka semakin kita mengasihi Yesus, berusaha untuk tinggal dan mengalami kasih-Nya, maka penderitaan akan tetap berada di depan mata kita. Ada rasa benci yang mendalam bukan hanya kepada Yesus tetapi kepada kita sebagai Gereja saat ini. Penganiayaan bagi Gereja masih terjadi di mana-mana. Rasa benci terhadap Yesus terjadi karena orang-orang tidak mengenal Allah Bapa yang mengutus Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal.

Gereja sebagai umat Allah tetap mengalami kebencian. Berkaitan dengan ini Yesus mengatakan: “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yoh 15:19). Perkataan Yesus ini mengisyaratkan kepada kita supaya dalam hal apapun, kita tetap setia kepada Yesus. Penderitaan dan kemalangan itu kecil. Covid-19 itu kecil sebab kita memiliki Allah yang Maharahim. Ia tidak akan meninggalkan kita sebagai anak-anak-Nya. Kita adalah milik Kristus (2Kor 10:7) dan lebih dari pemenang.

St. Paulus berkata: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8: 35-39). Kita lebih dari pemenang dan Tuhan tetap akan melindungi kita dari rasa benci yang mendalam.

St. Paulus dan rekan-rekannya berkeliling dan berbuat baik di tanah misi. Mereka juga mengalami kebencian di tempat-tempat di mana mereka bermisi. Hanya karena cinta kasih mereka kepada Tuhan Yesus maka mereka setia, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, seperti Yesus sendiri yang tidak memiliki tempat untuk meletakan kepala-Nya. Kali ini Paulus ditemani Silas mengalami gerakan-gerakan roh Yesus untuk bermisi. Orang Makedonia saja berseru: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” (Kis 16:9). Paulus dan Silas setia mewartakan Injil sampai tuntas. Ada kebencian tentu saja ada, tetapi kasih kepada Kristus mengalahkan segala-galanya.

Apakah anda juga masih membenci Tuhan dan sesamamu? Mengapa?

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply