Homili 25 Agustus 2020

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXI
2Tes. 2:1-3a,13b-17
Mzm. 96:10,11-12a,12b-13
Mat. 23:23-26

Yang Tuhan Yesus inginkan dari anda

Saya pernah mengikuti sebuah ibadat Oikumene. Saya diminta untuk membawakan doa safaat, sedangkan firman Tuhan dibawakan oleh seorang pendeta muda. Ia memulai kotbahnya dengan aneka pertanyaan yang menarik karena membantu jemaat untuk berpikir dan merenung bersama. Salah satu pertanyaan yang hingga saat ini saya ingat adalah: “Apa yang Tuhan Yesus inginkan darimu?” Jemaat tertentu mengangkat tangan dan memberi jawabannya. Ada yang menjawab bahwa Tuhan Yesus menghendaki kebahagiaan, sukacita, pertobatan, hidup kekal dan masih banyak lagi. Pendeta mud aitu mengatakan kepada jemaat yang menjawab pertanyaan bahwa Tuhan Yesus sungguh hadir dalam ibadat bersama dan Ia pasti mendengar dan mengabulkan doa dan harapan mereka. Saya kembali ke rumah dengan hati yang penuh sukacita karena merasa yakin bahwa Tuhan sungguh hadir dan membarui hati umat-Nya dalam ibadah Oikumene saat itu.

Pada hari ini kita mendengar Tuhan Yesus mengecam para ahli Taurat dan kaum Farisi. Ada dua kecaman bagi mereka:

Pertama, Ia mengecam mereka dan menganggap mereka sebagai orang-orang munafik sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Tuhan Yesus mengatakan dengan suara yang keras tentang persepuluhan dari hasil-hasil pertanian merupakan kewajiban dari jemaat. Persepuluhan atau perpuluhan adalah kebiasaan dari dunia Perjanjian Lama dengan memberikan 10% dari penghasilan kepada imam atau pemimpin. Pada saat ini persepuluhan dilakukan dengan sukarela. Persepuluhan dapat dibayar dengan uang, cek, atau saham. Berbeda dengan dahulu di mana persepuluhan dibayar dalam bentuk produk pertanian atau sejenisnya seperti selasihadas manis dan jintan. Kaum Yahudi Ortodoks masih aktif melaksanakan ma’aser kesafim, yakni memberikan 10% dari penghasilan bulanannya untuk amal kasih. Orang-orang Yahudi modern yang menghuni kibbutz masih tetap mengikuti hukum persepuluhan pertanian, seperti ma’aser rishon, terumat ma’aser, dan ma’aser sheni, tetapi tidak melaksanakan persepuluhan hewan karena tidak ada Bait Allah yang berdiri.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa yang satu harus di lakukan tetapi yang lain jangan diabaikan. Adalah kewajiban untuk melaksanakan persepuluhan sebab ada dalam hukum Taurat. Namun yang paling penting dalam hukum Taurat adalah keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Tiga hal ini merupakan ajaran Yesus dan karakter Tuhan sendiri. Tuhan itu adil bagi manusia, ketika manusia tidak berlaku adil. Tuhan itu berbelas kasih atau Maharahim, ketika manusia kehilangan rasa belaskasih dan empati kepada sesamanya. Tuhan itu kekal abadi kasih setia-Nya ketika manusia tidak setia kepada Tuhan dan sesamanya. Ketiga hal ini haruslah diutamakan bukan tuntutan untuk membayar persepuluhan. Tuhan Yesus tahu bahwa ada orang yang suka menuntut orang lain supaya melakukan kewajibannya tetapi dia sendiri tidak melakukannya dalam hidup.

Kedua, Tuhan Yesus juga mengecam para Ahli Taurat dan Kaum Farisi dan melabel mereka sebagai orang-orang munafik. Alasannya adalah: “Cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.” (Mat 23:25-26). Kecaman Tuhan Yesus ini memang merupakan hal yang lumrah dalam diri setiap orang. Lebih mudah melihat cashing atau tampilan luar orang dan lupa bahwa yang terpenting adalah bagian dalamnya. Kita mengingat peringatan Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1Raj 16:7). Hal terpenting adalah kesucian interior, kesucian dalam hati manusia. Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8).

Apakah Tuhan Yesus membenci para ahli Taurat? Tentu saja tidak!. Tuhan Yesus justru menghendaki agar mereka bertobat. Mereka harus membarui diri dari dalam hatinya. Pertobatan adalah pembaruan diri dari dalam bukan hanya sekedari niat baik saja. Kalau sekiranya mereka bertobat maka mereka akan mengusahakan keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Ketiga hal ini adalah gambaran manusia baru yang Tuhan Yesus harapkan dari para ahli Taurat dan kita yang membaca dan merenungkan Injil saat ini.

Apa yang harus kita lakukan?

St. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan kita supaya janganlah disesatkan oleh orang. Dia tidak hanya menasihati orang-orang di Tesalonika, tetapi bagi kita saat ini juga yang mudah disesatkan oleh pribadi-pribadi tertentu atau oleh barang-barang duniawi. Hedonisme, konsumerisme dan sejenisnya sedang menguasai dunia dan membuat banyak orang mudah disesatkan dan menyesatkan diri. Pikiran yang benar bagi seorang pengikut Kristus adalah pada keselamatan sebab bagi Paulus, Allah sendiri yang dari semula memilih kita untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kita dan dalam kebenaran yang kita percaya. Maka hal konkret yang dapat dilakukan adalah berdiri dengan teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran para Rasul.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena kasih dan penyertaan-Nya hari demi hari. Mari kita wujudkan hidup kita dengan memperjuangkan keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Ketiga hal ini sungguh menjadikan kita menjadi sesama bagi orang lain.

PJ-SDB