Homili 28 Agustus 2020 – St. Agustinus

Hari Jumat, pekan Biasa ke-XXI/A
Peringatan Wajib St. Agustinus
1Kor. 1:17-25
Mzm. 33:1-2,4-5,10ab,11
Mat. 25:1-13

Transformasi Bodoh dan lemah menjadi Bijak

Pada hari ini kita mengenang Santu Agustinus. Saya membaca kembali buku ‘Pengakuan-Pengakuan’ edisi Bahasa Indonesia dari buku aslinya ‘Confesiones’. Saya menemukan kata-kata yang bagus seperti ini: “Dari sana kami pergi ke tempat ibuku; kami masuk, ia kami beri tahukan: ia bergirang. Ia kami ceritakan bagaimana kejadiannya; ia bersuka ria dan merasa menang. Dan kau dipujinya, Kau yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kami doakan atau pikirkan… Aku memang Kautobatkan kepada-Mu begitu rupa, sehingga aku tidak lagi mencari istri, atau apapun yang diharapkan di dunia ini; aku tegak dalam pedoman iman, sebagaimana Kauungkapkan kepadanya sekian tahun lebih dahulu.” (Hal 241). Kutipan kecil dalam buku Pangakuan-pengakuan ini mengungkapkan iman ibunya yakni Santa Monika kepada Tuhan dan pengakuan iman Agustinus yang begitu polos kepada Tuhan yang mengubah seluruh hidupnya. St. Monika berbahagia karena memuji Tuhan dan bahwa Tuhan melakukan lebi banyak yang dapat dilakukan. Agustinus sendiri percaya bahwa Tuhanlah yang mengubah hidupnya maka dia tidak mencari hal duniawi tetapi tegak dalam iman kepada Tuhan.

Agustinus mengungkapkan pengakuannya-pengakuannya tanpa menyembunyikan suasana masa lalu yang gelap. St. Thersesia dari Kalkua pernah berkata banyak orang kudus tidak merasa malu untuk menceritakan masa lalu mereka yang penuh kekelaman. Perkataan ini sangat tepat. Ketika orang berdosa memiliki kebajikan kerendahan hati maka ia dengan sendirinya akan berjalan dalam kekudusan karena ia menumbuhkan pertobatan radikan di dalam dirinya. Tanpa kebajikan kerendahan hati maka tidak ada pertobatan yang benar. Pertobatan sebagaimana dialami oleh St. Agustinus di dasari pada kemauan untuk berdoa dan melayani seraya memohon kerahiman Allah. Berkaitan dengan doa, Agustinus berkata: “Berdoalah seolah-oleh semuanya bergantung pada Allah. Bekerjalah seolah-oleh segalanya bergantung kepadamu.” Agustinus mengubah kehidupan banyak orang melalui gagasan dan pikiran, terlebih kehidupan pribadinya. Ada perubahan dari pribadi yang bodoh, lemah dan bijak di hadapan Tuhan.

Kehidupan St. Agustinus menginspirasi kita untuk memahami bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini. Di hadirat Tuhan kita patut mengakui diri kita sebagai orang bodoh, lemah dan bijak. St. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan jemaat di Korintus dan kita saat ini bahwa Tuhan Yesus mengutusnya bukan untuk membaptis melainkan untuk memberitakan Injil dan salib Kristus. Paulus mengatakan: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” (1Kor 1:18). Paulus hidup dalam masa dan budayanya maka benarlah ungkapannya ini. Orang memandang salib dengan menganggap remeh Dia yang tersalib. Padalah perkataan ini benar “In Cruce Salus’ (Pada salib ada keselamatan).

Selanjutnya St. Paulus mengatakan: “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” (1Kor 1:22-24). Paulus melihat jemaat di Korintus yang sedang dipengaruhi oleh pemikiran Yahudi dan filsafat Yunani. Ketika itu ia melihat bahwa orang Yahudi menghendaki tanda yang membuktikan, orang Yunani mementingkan hikmat, para murid Kristus seperti Paulus memberitakan Salib. Ini memang melawan arus sebab orang Yahudi melihat salib adalah suatu batu sandungan, orang-orang bukan Yahudi melihat salib sebagai suatu kebodohan. Orang-orang yang dipanggil melihat Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah. Pada akhirnya Paulus mengatakan: “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.” (1Kor 1:25).

Mari kita memandang St. Agustinus. Dia menampilkan kelemahan dan kebodohannya sebagai manusia yang fana. Namun karena kuasa Tuhan melalui pengurabanan mamanya Santa Monika makai a bertobat dan memiliki hikmatg Allah yang luar biasa. Dari kelemahan dan kebodohan menjadi orang berhikmat. Itulah rencana dan kuasa Tuhan bagi manusia. Sambil memandang santu Agustinus kita melihat diri kita. Ternyata kebodohan demi kebodohan adalah bagian hidup kita. Ternyata kelemahan demi kelemahan melilit hidup kita. Tetapi dari kebodohan dan kelemahan kita menjadi bijaksana karena kuasa Tuhan.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil kita kembali ke kata bodoh dan bijak. Kisah lima gadis yang bodoh yang membawa pelita tanpa minyak, lima yang lain membawa pelita dengan minyak. Pada akhirnya mereka yang membawa pelita dan minyak dengan label gadis bijaksana itu bergembira dalam pesta bersama sang pengantin. Gadis-gadis bodoh tidak dikenal oleh pengantin yang sudah menutup pintunya. Kisah Injil ini adalah kisah hidup kita. Mungkin ada orang yang memiliki banyak uang tetapi ketika dia lupa dompet, ATM, Kartu Kredit, HP, paket data dan wifi maka sia-sia saja uang itu. Dia tidak akan makan, minum dan membayar aneka keperluan lannya.

Kita bersyukur karena Tuhan selalu menguatkan kita semua untuk melakukan transformasi dalam hidup kita. Mari kita berubah dari kelemahan, kebodohan menjadi hidup berhikmat dan kudus. St. Agustinus, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB