Homili 3 September 2020

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXII
PW. St. Gregorius Agung
1Kor. 3:18-23
Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6
Luk. 5:1-11

Mengenal Yesus lebih dalam lagi

Pada hari ini kita mengenang St. Gregorius Agung. Dari banyak hal yang dilakukan dan diajarkannya, saya mengingat satu perkataannya yang sangat inspiratif. Ia berkata: “Belas kasih Tuhan melakukan keajaiban, sebab ketika Tomas menyentuh tubuh Gurunya yang terluka, Ia menyembuhkan luka kita, orang yang tidak percaya.” Kita percaya bahwa Tuhan Yesus memperkenalkan Allah kita sebagai Bapa yang Maharahim. Ia senantiasa menunujukkan belaskasih-Nya kepada kita semua, tanpa memandang diri pribadi kita, apakah kita layak atau tidak layak di hadirat-Nya. Belas kasih atau kerahiman Allah ini sangatlah kita butuhkan di dalam hidup ini karena dapat menjadi mukjizat yang mengubah kehidupan kita. Thomas adalah sosok inspiratif yang kritis dan mengatakan kebenaran bahwa ia kurang percaya. Namun Tuhan Yesus menyapanya, membiarkan dia memasukkan jarinya ke dalam tubuh-Nya yang terluka. Thomas menjadi sembuh dan pada saat yang sama Tuhan Yesus juga menyembuhkan luka-luka kita sebab kita adalah orang yang tidak percaya. Tuhan Yesus memanggil para murid, dan menjadikan mereka sebagai penjala manusia.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Yesus. Setelah melakukan banyak mukjizat penyembuhan, kali ini penginjil Lukas mengisahkan Yesus yang mengajar dengan kuasa dan wibawa, dan menghendaki para rekan kerja yang dapat menjadi penjala manusia. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus sedang berdiri di pantau Danau Genesaret dan dikerumuni oleh orang banyak yang mengalami mukjizat-mukjizat penyembuhan. Ia tetap menunjukkan belas kasihan-Nya kepada banyak orang yang mengerumuni-Nya sehingga Ia naik ke atas perahu Simon, sang nelayan sederhana untuk mengajar dari atas perahu. Perlu kita ketahui bahwa Yesus tidak membutuhkan pengeras suara sebab ketika dia berbicara, suaranya itu dipantulkan sehingga sangat jelas didengar oleh orang-orang saat itu. Yesus benar-benar menunjukkan diri-Nya sebagai seorang misionaris sejati, yang mewartakan sabda melalui pengajaran-pengajaran-Nya.Tentu saja pengajaran-pengajaran Yesus memiliki daya transformatif yang luar biasa.

Selanjutnya Yesus meminta Simon untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam supaya dapat menebarkan jala supaya menangkap ikan. Tentu saja Simon yang memiliki pengalaman sebagai nelayan menertawakan Yesus, sebab semalam-malaman mereka tidak menangkap apa-apa. Orang professional seperti Simon, sudah mengetahui suasana danau Genesaret. Namun Simon menunjukkan ketaatannya kepada Yesus, sehingga ia berkata kepada Yesus, “Tetapi atas perintah-Mu, aku akan menebarkan jala juga” (Luk 5: 5). Pengalaman manusiawi tidak akan dapat dibandingkan dengan kuasa Tuhan. Simon menyadarinya ketika ia tahu bahwa mereka berhasil menangkap ikan dalam jumlah yang banyak sehingga jala mulai koyak. Simon dan teman-temannya sebagai nelayan professional merasa takjub kepada Yesus dan menyatakan pertobatan kepada-Nya sebab mereka merasa diri sebagai orang berdosa. Tuhan mengubah mereka dari profesi sebagai penjala ikan menjadi penjala manusia. Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes berani meningglkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Kisah injil ini memang menarik perhatian kita dalam konteks panggilan pemuridan dan kesiapan untuk mengalami perutusan tertentu dari Yesus sendiri. Tuhan Yesus sedang menghadirkan Kerajaan Allah dengan tanda dan sabda. Tanda-tanda heran sudah sedang dialami oleh banyak orang yang sakit di mana mereka sembuh total. Yesus juga bersabda melalui pengajaran-pengajaran-Nya. Semua ini tentu bertujuan untuk menggenapi visi dan misi-Nya yang kita dengar sebelumnya yakni: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19).

Dengan demikian, Tuhan Yesus membutuhkan manusia untuk menjadi rekan-rekan kerja yang ikut terlibat aktif dalam melakukan dan meneruskan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Mereka adalah para murid yang siap diutus (Rasul). Di sini juga sangatlah jelas pengajaran Yesus: Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa di atas perahu. Kiranya perahu itu adalah simbol Gereja sendiri. Pemilik perahu adalah Simon yang nantinya menjadi kefas, batu wadas dan ketua para rasul Yesus. Simon mewakili Hirarki Gereja. Ikan adalah simbol Gereja sebagai umat Allah pada masa penganiayaan. Perlu kita ketahui bahwa kata ‘ikan’ dalam Bahasa Yunani (ΙΧΘΥΣ). Kata ini merupakan singkatan dari Iesous KHristos, Theou Uios, Soter, artinya Yesus Kristus, Putra Allah, Sang Penyelamat. Dia menyelamatkan semua orang, mirip dengan ikan-ikan yang ditangkap para rasul dalam jumlah yang banyak. Mukjizat itu terjadi ketika Tuhan Yesus hadir dan menampingi mereka. Maka tepatlah perkataan Yesus ini: “Terlepas dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5).

Hal yang penting di sini adalah para murid itu harus berani untuk meninggalkan segala sesuatu dan hidup hanya bagi Tuhan. Penjala manusia harus melakukan hal ini dengan tulus hati. Dengan meninggalkan segala sesuatu maka mereka akan semakin bebas untuk mengekspresikan diri, lebih fokus pada karya dan pelayanan bersama Yesus. Kemampuan untuk meninggalkan segala sesuatu atau sikap lepas bebas adalah cara Tuhan mengedukasi kita untuk menjadi murid sejati. Kita merasa sebagai orang merdeka dan siap untuk memberikan segalanya bagi Tuhan. Untuk itulah kita secara pribadi harus mengenal Tuhan secara pribadi dan tetap berusaha untuk mengenal-Nya lebih dalam lagi.

Apa yang harus kita lakukan?

St. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan kita supaya jangan menipu diri sendiri. Kadang kita berpikir bahwa kita berhikmat, dalam hal ini mengetahui segala sesuatu. Kalau saja hikmat kita berasal dari dunia, yang penuh hira-hura ini maka merupakan sebuah kebodohan bagi Allah. Kita tak perlu harus memegahkan diri atas sesama manusia yang lain, sebab Tuhan sendiri mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat yang semuanya hanyalah sia-sia belaka. Kita mestinya menyadari bahwa semuanya adalah milik kita, namun kita adalah milik Kristus, dan Kristus adalah milik Allah. Sebab itu kita butuh kebajikan kerendahan hati.

Pada hari ini marilah kita bertolak lebih dalam lagi dalam iman kita. Kita berusaha untuk mengenal Yesus lebih dalam lagi dalam doa dan rajin membaca Kitab Suci. St.Hironimus mengatakan: “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus sendiri”. Kita mentaati perintah Tuhan dan siap menjadi penjala manusia. Bersama Yesus, kita pasti bisa.

PJ-SDB