Homili 11 November 2020

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXXII
Peringatan wajib St. Martinus dr Tours
Tit. 3:1-7
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6
Luk. 17:11-19

Mantel setengah potong buat Yesus

Masa pandemi covid-19 masih merupakan ancaman yang serius bagi kita semua. Kata waspada tetaplah menjadi kata kunci untuk menjaga keselamatan diri kita dan sesama yang lain. Ada banyak hal positif yang kita alami bersama selama masa pandemi ini yakni sekat-sekat dan tembok pemisah antar pribadi dirubuhkan sebab untuk saat ini, semua orang masih memiliki satu musuh yang sama yaitu virus corona yang merengut banyak nyawa. Dengan demikian bala bantuan yang diberikan atau semangat untuk berbagi pun dilakukan semua orang tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan apapun. Issue-issue seputar bantuan sembako sebagai modus untuk menarik orang yang sudah beragama untuk masuk ke agama lain jarang kedengaran. Alasan kemanusiaan selalu menjadi nomor satu.

Saya selalu mengingat sebuah Gerakan Yesus yang disebut Gerakan 5r2i. Gerakan ini berdasar pada sebuah mukjizat yang dilakukan Yesus dengan menggandakan lima roti dan dua ekor ikan (5r2i) (Yoh 6:9) sehingga dapat memberi makan kepada lima ribu orang laki-laki, belum terhitung ibu-ibu dan anak-anak (Yoh 6:1-14). Hal nyata dilakukan oleh Kelompok Pelayanan Belas Kasih Allah St. Leopold. Ini merupakan sebuah Kelompok Kategorial di Keuskupan Agung Jakarta yang terdorong untuk melakukan Gerakan 5r2i ini secara konkret. Apa yang dilakukan kelompok ini? Selama masa pandemi, para anggota kelompok ini, dengan dibantu para penderma melakukan aksi sosial dengan membagi sembako kepada keluarga yang tidak mampu, memberi makan siang kepada para pemulung di area Jakarta Barat, menolong asrama dan panti asuhan di Soe dan di Sumba. Komunitas pelayanan belas kasih Allah St. Leopold di Citra Garden dan Lippo Utara dengan bahagia dan penuh sukarela berbagi kepada sesama manusia.

Kita melayani, kita berbagi dengan sesama karena kita adalah manusia yang saling membutuhkan. Saya terinspirasi oleh St. Martinus dari Tours yang hari ini kita kenang dalam liturgi Gereja Katolik. Orang kudus ini sangat inspiratif karena ada ceritanya bahwa ia menjumpai seorang pengemis yang kedinginan di jalan pada suatu musim dingin dan mengulurkan tangan untuk memohon bantuan. Martin yang berada di atas punggung kuda kebanggaannya, segera turun, membelah mantelnya dan memberikannya kepada si pengemis yang kedinginan ini. Pada malam harinya ia bermimpi melihat Yesus mengenakan mantel setengah potong yang sama dengan bagian mantel yang diberikan kepada pengemis di jalanan tadi. Kisah ini sangat menyentuh hati karena Yesus juga mengatakan hal seperti ini: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40).

Setengah mantel untuk Yesus. Itulah perbuatan kasih Santo Martinus dari Tours. Bagaimana dengan kita saat ini? Apakah kita masih berani membagikan mantel-mantel kita untuk menghangatkan tubuh saudari dan saudara yang sangat membutuhkan? Banyak kali kita tidak seberani Martinus yang saat itu masih katekumen. Kita orang Katolik, sudah lama dan bangga sebagai pengikut Kristus tetapi tidak berani membuka diri untuk menolong sesama yang sangat membutuhkan. Kalau saja kita bermurah hati untuk berbagi dengan sesama maka Tuhan akan membuka semua pintu dan jendela untuk membahagiakan kita. Saya percaya kita semua tidak akan jatuh miskin dan melarat karena Tuhan akan tetap memberi apa yang kita butuhkan di dalam hidup ini. Jangan takut untuk membagikan setengah mantelmu untuk sesama yang sangat membutuhkan.

Tuhan memberkati kita semua.

PJ-SDB