Homili Hari Raya Penampakan Tuhan – 2021

HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Hari Anak Misioner Sedunia
Yes. 60:1-6;
Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13;
Ef. 3:2-3a,5-6;
Mat. 2:1-12

Semangat berbagi di era pandemi

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Natal segala bangsa. Gereja Katolik juga menjadikan hari Minggu ini sebagai Hari Minggu Anak Misioner sedunia yang ke-178 dengan tema: “Anak Misioner Hidup bagi Tuhan dan Sesama”. Tema Hari Minggu Anak Misioner sedunia ini sangatlah aktual karena kondisi konkret dunia saat ini yang masih dilanda pandemi virus covid-19. Maka anak-anak Sekami dari usia dini diingatkan untuk hidup bagi Tuhan dan sesama. Tentu saja semangat 2D2K: Doa, Derma, Kurban, dan Kesaksian tetaplah menjadi pedoman hidup bagi mereka. Semangat berbagi hidup bagi Tuhan dan sesama merupakan tanda kepedulian yang luhur, di mana anak-anak dari usia dini sudah belajar untuk berbagi sebagai tanda kepedulian (sharing is caring). Anak-anak dibantu untuk peka dan bersifat sosial, murah hati kepada sesama yang sangat membutuhkan. Sebab itu kita menggunakan kesempatan ini untuk berdoa bagi anak-anak supaya memiliki kepedulian dan siap berbagi dengan sesamanya. Para orang tua juga berusaha untuk mengedukasi anak-anak supaya berani berbagi sebagai tanda kepedulian di era pandemi ini. Sikap demikian menunjukkan semangat Natal yang benar dan luhur.

Bacaan Injil hari ini mengarahkan pandangan mata kita supaya tertuju kepada sosok para Majus dari negeri-negeri asing yang datang ke ke Bethlehem untuk menyembah bayi Yesus, sang Terang dunia. Para Majus ini dikenal dengan sebutan nama-nama yakni Gaspar, Melkhior dan Baltazar. Penginjil Matius mengisahkan bahwa mereka mendapat tuntunan dari bintang hingga tiba di Yerusalem. Mereka sempat menghadap raja Herodes untuk mencari tahu jati diri raja muda yang baru lahir. Tentu saja pencarian ini menggemparkan seluruh Yerusalem saat itu, mulai dari istana. Raja Herodes saja merasa tersaingi dan siap mengambil tindakan kejam dengan membunuh para bayi laki-laki usia 1-3 tahun. Tindakan Herodes yang kejam ini laksana pandemi yang menggemparkan dunia saat itu. Selanjutnya para Majus meninggalkan Yerusalem menuju ke Betlehem dengan tuntunan bintang untuk menyembah-Nya.

Apa yang terjadi selanjutnya? Para Majus ini menemukan rumah di mana ada bayi Yesus yang tinggal bersama Maria ibu-Nya. Ingat, bayi Yesus dan ibunya tidak lagi berada di dalam kendang sebagaimana dipikirkan banyak orang. Para majus ini bersujud dan menyembah Yesus. Memang tujuan mereka datang ke Bethlehem terungkap dalam perkataan ini: “Kami datang untuk menyembah-Nya”. Mereka membawa aneka persembahan yakni emas, kemenyan dan mur. Emas dipersembahkan oleh bangsa-bangsa di dunia kepada bayi Yesus untuk mengakui-Nya sebagai Raja dari segala raja. Kemenyan merupakan wangi-wangian yang dipakai dalam ibadat suci di dalam rumah ibadat melambangkan ke-Tuhan-an Yesus atau ke-ilahian-Nya. Segala bangsa menyembah Yesus sebagai Tuhan. Mur adalah getah pohon yang rasanya pahit, biasanya dipakai untuk mengawetkan jenazah. Jadi mur melambangkan kematian Yesus untuk menebus semua orang dari segala suku dan bangsa. Semua persembahan dari para majus sekaligus menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menyelamatkan semua orang. Keselamatan universal!

Para Majus dengan aneka persembahan ini mengajarkan kita pada masa pandemi untuk bersikap sosial, murah hati kepada siapa saja, baik orang itu kita kenal ataupun tidak mengenalnya. Pada masa pandemi ini, tidak hanya anak-anak misioner yang dipanggil untuk berbagi kehidupan dengan anak-anak misioner yang lain dengan Gerakan 2D2K (Doa, Derma, Kurban, dan Kesaksian) atau CHC (Children Helping Children). Kita sebagai manusia, sebagai Gereja dipanggil untuk berbagi kehidupan dengan sesama yang sangat membutuhkan. Ada banyak gerakan berbagi sebagai tanda kepedulian dalam Komunitas-komunitas Basis Gerejani (KBG), dan kelompok-kelompok Kategorial seperti memberi sembako, alat-alat Kesehatan, obat-obatan dan lain sebagainya. Bagi saya semua pemberian ini adalah emas, kemenyaan dan mur sebab Yesus sendiri berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40).

Pada hari ini kita juga merayakan pesta Terang. Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya (Epifani) melalui bintang yang menuntun para Majus kepada diri-Nya sebagai Kebenaran. Para Majus itu ibarat bangsa-bangsa asing yang digambarkan nabi Yesaya dalam Bacaan Pertama, di mana mereka berduyun-duyun datang kepada Terang. Yerusalem akan bangkit dan menjadi terang karena kemuliaan Tuhan terbit atasnya. Bangsa-bangsa dan para rajanya menyongsong cahaya yang terbit. Bahkan mereka juga datang dengan membawa persembahan berupa emas dan kemenyan dan mewartakan perbuatan-perbuatan besar dari Tuhan.

Kita sebagai orang yang dibaptis saat ini, juga dipanggil untuk datang dan menyembah Tuhan. Kita adalah orang-orang bukan Yahudi, karena berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus (Ef 3:6). Sebagai ahli waris, kita perlu beruasaha untuk berbagi dan peduli terhadap sesama manusia. Hadiah terbesar adalah kita memberi diri kita untuk melayani dan berbagi dengan sesama manusia. Ini menjadi makna Natal bangsa-bangsa hari ini dan lebih khusus lagi di masa pandemi ini. Mari kita mewujudkan semangat berbagi di masa pandemi ini.

PJ-SDB