Homili 3 Maret 2021 – Injil untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu, Pekan II Prapaskah
Yer. 18:18-20;
Mzm. 31:5-6,14,15-16;
Mat. 20:17-28

Lectio:

Pada waktu itu Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Demikianlah Injil Tuhan kita,

Terpujilah Kristus.

Renungan:

Jangan ambisi untuk berkuasa bro!

Kita berada di hari Rabu pekan kedua dalam masa Prapaskah dan tentu saja kita merasa bahwa waktu mengalir begitu cepat. Artinya mulai sekarang kita juga boleh menghitung hari untuk memasuki pekan suci dan merayakan Hari Raya Paskah meskipun masih sebulan lagi pada tanggal 4 April mendatang. Menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah kita secara pribadi, sebagai satu keluarga atau komunitas sudah sedang mempersiapkan Hari Raya Paskah tahun ini? Apakah kehidupan doa, derma dan puasa kita sudah sedang menjalaninya dengan baik? Apakah kita terlibat dalam pertemuan daring untuk pendalaman iman khususnya memperdalam materi Aksi Puasa Pembangunan berdasarkan tema khusus di keuskupan masing-masing? Sangatlah disayangkan apabila kita membenarkan diri dengan alasan pandemi sehingga tidak terlibat aktif dalam hidup menggeraja pada masa Prapaskah ini.

Sambil kita merenung tentang persiapan-persiapan rohani kita untuk merayakan Hari Raya Paskah di masa pandemi ini, dalam masyarakat kita juga sedang terjadi gejolak tertentu seputar kekuasaan. Ada diskusi-diskusi hangat tentang pilkada serentak tahun 2024 maka para Kepala Daerah yang tuntas masa jabatannya sebelum tahun 2024 akan turun takhta, tidak berkuasa lagi dan tentu ini akan sulit untuk ikut meramaikan bursa RI-01 di tahun 2024 mendatang. Konflik internal di dalam partai politik tertentu sedang berlangsung sehingga terjadi saling tidak percaya yang berujung pada pemecatan kader partai. Semua hal ini menunjukkan salah satu kekhasan dalam hidup berpolitik yakni suatu ambisi untuk berkuasa yang berlebihan atau dengan bahasa yang lebih sederhana nafsu berkuasa yang sedang menyelimuti hati banyak orang. Kalau saja orang menggunakan kekuasaan untuk memajukan kebaikan bersama maka sangatlah disyukuri. Namun banyak juga para politikus yang menyalahgunakan kuasanya. Ujung-ujungnya adalah duit dan OTT dari KPK.

Bacaan Injil hari ini sangat Inspiratif. Saya menyebutnya dalam satu kata yakni kata ambisi untuk berkuasa. Ambisi semacam ini memang sangat manusiawi. Kita semua adalah manusia normal bukan setengah dewa maka kita juga memiliki ambisi tertentu, misalnya ambisi untuk berkuasa. Tentu saja ini sangat berbeda dengan semangat Yesus sendiri. Ketika itu Ia memanggil para murid-Nya tersendiri dan berkata: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Mat 20:18-19). Pemberitahuan ketiga tentang penderitaan Yesus ini semakin jelas dibandingkan dengan pemberitahuan pertama (Mat 16:21) dan kedua (Mat 17:22-23) sebab Yesus berbicara tentang diri-Nya yang akan ‘diserahkan kepada bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olok, disesah dan disalibkan. Yesus tidak sedang berbicara tentang ambisi-Nya untuk berkuasa, tetapi tentang semangat sebagai hamba yang siap untuk melayani. Yesus menghamba dan melayani manusia pendosa sampai wafat di kayu salib.

Pengalaman Yesus melalui pemberitahuan-Nya yang ketiga tentang penderitaan-Nya sangatlah berbeda dengan manusia. Para murid keliru dalam menyimak perkataan Yesus tentang penderitaan-Nya. Mereka malah berpikir tentang kekuasaan. Ini berarti di dalam komunitas Yesus juga ada ambisi-ambisi tertentu untuk berkuasa secara manusiawi di pihak para murid pilihan-Nya. Maka pada bagian kedua dari Injil ini, penginjil Matius mencoba untuk menjaga reputasi anak-anak Zebedeus yakni Yakobus dan Yohanes dengan menyuruh ibu mereka yakni Salome untuk meminta kepada Yesus: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Yesus menangkap permintan Salome untuk kedua anaknya yang sebenarnya juga menjadi murid inti Yesus selain Simon Petrus.

Tuhan Yesus membuka wawasan mereka dengan mengatakan bahwa yang terpenting bukan ambisi untuk berkuasa terhadap orang lain. Seorang pemimpin harus rela meminum cawan penderitaan seperti Yesus sang Mesias pemimpin kita (Mat 23:10) dan berani untuk menghamba supaya dapat melayani dengan baik. Setiap murid Kristus harus memiliki mindset yang sama dengan Yesus Kristus yakni terlibat dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya, kerelaan untuk menderita dan kesiapan untuk melayani. Yesus sendiri berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Maka jangan ambisi untuk berkuasa bro! Ambisilah untuk menjadi hamba dan tekun melayani.

Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip James Stephens (1880-1950). Penulis dan penyair dari Irlandia pernah berkata: “Ambisi tanpa pengetahuan yang cukup layaknya kapal di lautan yang kering.” Masa Prapaskah menjadi kesempatan kita berambisi untuk menghamba dan melayani. Kesempatan bagi kita untuk sharing is caring, berbagi dan peduli kepada sesama di masa pandemi ini.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk menghilangkan ambisi-ambisi manusiawi kami, tetapi menumbuhkan ambisi ilahi untuk menghamba dan melayani seperti Engkau sendiri di masa pandemi ini. Amen.

PJ-SDB