Food For Thought: In Cruce Salus et Vita

In Cruce salus et vita

Adalah Thomas A. Kempis. Beliau terkenal sebagai penulis Kristen dengan sebuah karya tangannya yang tetap aktual yakni buku ‘De Imitatione Christi’. Buku ini diterbitkan pada tahun 1418–1427. Buku ini menjadi sebuah buku pegangan untuk kehidupan rohani yang timbul dari gerakan Devotio Moderna. Thomas A. Kempis adalah anggota gerakan Devotio Moderna. Buku ini dibagi atas empat bagian penting yang memberikan instruksi rohani yakni: “Nasihat yang bermanfaat dari Kehidupan rohani”, “Arahan untuk kehidupan batiniah”, “Tentang penghiburan batiniah” dan “Tentang Sakramen Mahakudus”. Di dalam bagian kedua dari buku ini terdapat sebuah ekspresi yang bagus: ‘In cruce salus et vita’ artinya ‘pada salib ada keselamatan dan hidup’ (II, 2, 2)

Pada hari ini kita semua diajak untuk memandang salib, sebab pada salib ada keselamatan dan hidup. Selama masa prapaskah ini mata kita tertuju pada sosok Yesus yang tersalib dan perlahan-lahan mengantar kita kepada Yesus yang bangkit dengan mulia. Sosok Yesus tersalib dapat kita pandang tak jemu-jemu dan merenungkannya dalam jalan salib. Pada setiap perhentian jalan Salib, kita berjumpa dengan sosok Yesus yang menderita karena memanggul salib, mendaki ke bukit Golgota. Di sanalah Dia akan wafat bagi kita semua. Di sana pula kita memandang keselamatan kita. Itu sebabnya, Thomas A. Kempis mengajak kita untuk mengangkat kepala, memandang salib di mana pada salib ada keselamatan dan hidup. In Cruce salus et vita!

Tuhan Yesus mengajak kita untuk memanggul salib kita masing-masing, menyangkal diri dan mengikuti-Nya dari dekat (Luk 9:23). Apakah salib yang harus kita pikul itu? Salib adalah pengalaman penderitaan, pengalaman penolakan, pengalaman disakiti dan dibully supaya orang yang melakukan kejahatan bagi kita dapat berubah secara total dan menjadi orang yang baik serta bahagia dalam hidupnya. Salib Tuhan Yesus bukan hanya sekedar sebatang kayu yang kasar. Salib Tuhan Yesus adalah penderitaan yang membuat-Nya sangat menderita untuk kebahagiaan manusia yang berdosa. Salib orang tua adalah kegigihannya supaya anak-anaknya menjadi sukses dan hidup bahagia. Salib seorang istri adalah kerelaan untuk menderita karena ketidaksetiaan suami, dan buah salib adalah kembalinya sang suami dan berubah menjadi suami yang setia. Demikian juga salib seorang suami adalah ketika dia tidak diterima di dalam keluarga sebagai bapak kepala keluarga.

Pada hari ini Tuhan Yesus mengajak kita untuk memandang salib sebagai keselamatan. Ia berkata: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” (Yoh 8:28-29). Kita mengamini perkataan Yesus ini karena sungguh menyentuh dan dapat mengubah hidup kita.

In Cruce salus et vita. Tuhan mengubah hidup kita dengan salib suci-Nya.

Tuhan memberkati,

P. John Laba, SDB