Food For Thought: Tetap dalam Firman

Tetap dalam Firman Tuhan

Adalah Santo Hironimus (347-419/420). Salah satu perkataannya yang tetap dikenang dalam hubungan dengan Sabda Tuhan adalah: “Ignoratio Scripturarum, Ignoratio Christi Est” yang berarti tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus. Perkataan sang Pujangga Gereja ini sangat menginspirasi Gereja sepanjang zaman. Gereja adalah umat Allah memiliki sebuah keharusan untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci sebagai sabda Tuhan. Kitab Suci harus dibuka lebar-lebar kepada umat beriman supaya dapat mengenal Kristus sendiri. Mengapa demikian? Sebab melalui Kitab Suci, kita dapat mengimani bahwa Allah sendirilah yang berbicara kepada umat-Nya dan bahwa Tuhan Yesus Kristus sendiri yang mewartakan Injil sebagai khabar sukacita.

Konsili Vatikan II menegaskan bahwa Kitab Suci merupakan dasar dan sumber iman kita. Maka senada dengan Santo Hironimus, kalau kita tidak membaca, merenungkan dan melakukan Sabda di dalam Kitab Suci maka dengan sendirinya kita juga tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus. Mari kita perhatikan sebuah kutipan dari Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi atau Dei Verbum berikut: “Konsili suci mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang beriman, terutama para religius, supaya dengan sering kali membaca kitab-kitab ilahi memperoleh “pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (Flp3:8). “Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus”. Maka hendaklah mereka dengan suka hati menghadapi nas yang suci sendiri, entah melalui liturgi suci yang sarat dengan sabda-sabda ilahi, entah melalui bacaan yang saleh, entah melalui lembaga-lembaga yang cocok untuk itu serta bantuan-bantuan lain, yang berkat persetujuan dan usaha para Gembala Gereja dewasa ini tersebar dimana-mana dengan amat baik. Namun hendaklah mereka ingat, bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab suci, supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab “kita berbicara dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi” (DV, 25). Maka hal yang penting di sini adalah kesediaan untuk membaca, merenungkan dan melakukan sabda Tuhan.

Pada hari ini Tuhan Yesus mengingatkan kita semua dengan perkataan-Nya ini: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:31-32). Fokus perhatian kita adalah pada perkataan Yesus bahwa jikalau kita tetap dalam firman atau sabda-Nya maka kita benar-benar menjadi murid-Nya. Kita semua menjadi murid Yesus melalui sakramen pembaptisan. Namun satu hal yang penting di sini adalah supaya sebagai orang yang dibaptis kita tinggal tetap di dalam Firman atau di dalam Sabda. Logikanya adalah bahwa Yesus adalah Logos atau Sabda. Dia adalah Sabda yang menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Maka tinggal di dalam Firman atau Sabda berarti tinggal dan bersatu di dalam Kristus dan pada gilirannya kita menjadi Sabda yang mengubah hidup sesama supaya menjadi lebih baik lagi.

Masa prapaskah menjadi masa penuh berkat di mana kita membaca, merenung dan melakukan Sabda Tuhan. Ini adalah cara kita tinggal tetap di dalam Firman. Sayang sekali kalau kita mengaku sebagai pengikut Kristus tetapi tidak membaca, merenungkan dan melakukan sabda Tuhan. Hanya dengan demikian kita menjadi serupa dengan harapan St. Yohanes dalam suratnya: “Kami mewartakan kepadamu hidup kekal, yang ada pada Bapa dan telah nampak kepada kami: Yang kami lihat dan kami dengar, itulah yang kami wartakan kepadamu, supaya kamupun beroleh persekutuan kita bersama Bapa dan Putera-Nya Yesus kristus” (1Yoh 1:2-3). Kita mewartakan Tuhan Yesus kalau kita tinggal tetap di dalam sabda-Nya.

Tuhan memberkati kita semua,

P. John Laba, SDB