Food For Thought: Mengandalkan Tuhan

Mengandalkan Tuhan!

Dalam satu pekan terakhir saya merayakan misa dan pemberkatan jenazah untuk dua orang pemudi. Pemudi yang pertama berusia 16 tahun, meninggal dunia karena ada kelainan jantung sejak lahir. Pemudi yang kedua berusia 48 tahun, meninggal dunia karena penyakit kanker darah. Saya memperhatikan kedua keluarga yang berduka, benar-benar merasakan kehilangan anak, saudari yang dikasihi. Kedua-duanya mungkin tidak pernah berharap akan memiliki kelainan jantung dan mengidap penyakit kanker darah dengan stadium tertentu. Tetapi itulah pengalaman penderitaan bagi mereka sepanjang hidup dan pengalaman penderiaan dipihak keluarga di minggu duka ini.

Pengalaman pelayanan ini mengajar saya untuk selalu bersyukur kepada Tuhan atas segala kasih dan kebaikan yang saya rasakan secara pribadi hingga saat ini. Saya melihat perjalanan hidup saya hingga memasuki usia ke-51 ini. Tuhan sungguh baik karena melindungi saya dari sakit penyakit dan kemalangan tertentu dalam tubuh saya. Karena obesitas maka saya divonis memiliki diabetes, dan saya berusaha untuk merawat badan saya yang merupakan pemberian istimewa dari Tuhan. Dan saya pun bersyukur karena hingga saat ini gula darah saya terkontrol dengan baik. Tuhan sungguh baik karena melindungi saya dari covid-19. Saya selalu melayani kegiatan yang berhubungan dengan panggilan imamat saya, bertemu dengan orang-orang dan setiap kali melakukan swab antigen, saya selalu degdegan meskipun hasilnya negatif. Dengan pengalaman-pengalaman ini saya merasa bersyukur dan semakin mengiman Tuhan Allah.

Saya pernah merasa berdosa karena kurang bersyukur kepada Tuhan. Misalnya ketika angka kasus covid begitu tinggi dan kami sekomunitas melakukan swab antigen. Setelah mengetahui hasilnya saya tidak mensyukurinya tetapi hanya berhenti pada membandingkan hasil saya dengan konfrater lainnya. Memang sangat manusiawi tetapi ternodai oleh tidak adanya rasa syukur kepada Tuhan. Mungkin anda menertawakan saya, tetapi saya yakin bahwa kita semua berada di bahtera yang sama dan pasti memiliki kebiasaan yang mirip yakni kurang bersyukur.

Pada hari ini saya merasa dikuatkan oleh nabi Yeremia. Dia mengalami perlawanan bahkan nyawanya nyaris hilang. Dalam situasi seperti ini, Yeremia masih mengandalkan Tuhan. Ia tidak puas dengan dirinya atau berhenti pada penderitaannya. Ia justru mengandalkan Tuhan untuk meluputkan dari serangan musuh. Ia berdoa kepada Tuhan: “Tetapi Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!” (Yer 20:11). Nabi Yeremia mengajar kita supaya tidak mudah menyerah ke tangan musuh tetapi lebih mengandalkan Tuhan. Dia bahkan mensyukuri kasih dan kebaikan Tuhan dengan berkata: “Ya Tuhan semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.” (Yer 20:12).

Nabi Yeremia membaharui saya hari ini. Terima kasih Yeremia, engkau menunjukkan wajah kerahiman Allah kepadaku. Semoga saya tidak lupa untuk bersyukur atas kasih dan kebaikan serta penyertaan Tuhan di dalam hidupku.

Tuhan memberkati kita semua.

P. John Laba, SDB