Homili 30 November 2021 – St. Andreas, Rasul

Pesta Santo Andreas, Rasul
Rom 10:9-18
MT Mzm 19:2-3.4-5
Mat 4:18-22

Berani meninggalkan segalanya!

Pada hari ini kita mengenang Santo Andreas. Penginjil Matius mengisahkan saudara Santo Petrus ini dengan menarik. Pada suatu hari Tuhan Yesus menyusur pantai Danau Galilea. Ia melihat dua orang bersaudara yang berprofesi sebagai nelayan. Kedua bersaudara itu bernama Simon Petrus dan Andreas. Sesungguhnya ini merupakan sebuah perjumpaan yang benar-benar mengubah kehidupan mereka. Setelah berbincang sejenak, Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan kujadikan Penjala Manusia.” Perkataan Yesus ini mengagetkan mereka dan mengagetkan kita semua yang membaca dan mendengarkan Injil hari ini. Kedua bersaudara sudah berada di zona nyaman, memiliki pekerjaan tetap dan memiliki segalanya. Kini datang ‘orang yang baru mereka kenal’ mengajak mereka untuk mengikuti Dia. Ini berarti mereka meninggalkan segalanya, pekerjaan, harta dan keluarga untuk mengikuti Yesus. Pofesi mereka beralih dari penjala ikan menjadi penjala manusia.

Apa artinya menjadi penjala manusia? Tuhan Yesus mengenal hati mereka maka Ia memanggil mereka. Sikap yang ditunjukkan oleh kedua bersaudara itu adalah diam, percaya, berani meninggalkan segala pekerjaan dan harta yang mereka miliki lalu mengikuti Yesus supaya terlibat dalam menjala manusia. Menjala manusia bararti melakukan pekerjaan Yesus bagi semua orang, membawa mereka untuk akrab dan bersahabat dengan Yesus sehingga mereka sejahtera secara jasmani dan rohani. Orang-orang yang mengikuti Yesus benar-benar menyatu dengan-Nya, mereka tahu berdoa dan menyembah. Mereka di saat yang sama sejahtera secara jasmani, terpenuhi kebutuhan hidup mereka. Gereja masa kini tetap mengusahakan pemberdayaan umat supaya sejahtera jasmani dan rohani.

Andreas dan Simon Petrus, juga anak-anak Zebedeus mendapat panggilan yang sama dari Yesus untuk mengikuti Yesus. Mereka berhasil menunjukkan satu sikap yang luar biasa yakni meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus dan tinggal bersama-Nya. Tentu saja hal ini benar-benar luar biasa. Butuh iman, keberanian dan ketaatan kepada Tuhan Yesus yang memanggil. Kita mengetahui kisah-kisah lain di dalam Kitab Perjanjian Lama seperti Abraham dan keturunannya selalu mengalami panggilan Tuhan dan berani meninggalkan segalanya. Ketika kita berani meninggalkan segalanya maka kita pun akan menjadi pribadi yang bebas dan mudah untuk bersatu dengan Tuhan sendiri. Tuhan Yesus berkata: “Di mana hartamu berada, hatimu juga berada.” (Mat 6:21). Sikap para murid yakni segera meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan hidup pribadinya dan mengikuti Yesus sampai tuntas.

Bagaimana mengejawantah panggilan Andreas dalam hidup kita?

Bacaan pertama, dari tulisan santo Paulus kepada jemaat di Roma sangat menguatkan kita. Paulus mengatakan bahwa jika kita mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya di dalam hatu bahwa Allah sudah membangkitkan-Nya dari antara orang mati maka kita akan diselamatkan. Andreas dan para rasul sudah mendengar dan menghayatinya. Mereka meninggalkan segalanya, tinggal bersama Yesus bahkan setelah Yesus wafat pun mereka tetap membertakan Injil-Nya. Tentu saja alasan utamanya adalah iman kepada Yesus. Tanpa iman kepada Yesus, mereka juga tentu sulit untuk meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus.

Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Orang yang beriman itu memiliki hati. Hati adalah simbol totalitas hidup manusia di hadirat Tuhan. Hati adalah pusat intelek dari setiap pribadi, semua ekspresi kebaikan dan kejahatan muncul dari sana. Dari hatilah orang dapat mengekspresikan dan mengalami kasih. Allah adalah kasih maka kita pun mengasihi Allah dengan total. Dari hatilah orang berani berseru kepada Tuhan sehingga mereka pun diselamatkan.

Paulus pada akhirnya menegaskan bahwa iman itu muncul dari pendengaran dan pendengaran dari Firman Tuhan. Orang yang mendengar dengan baik dapat bertumbuh dalam iman. Mengapa? Sebab orang itu akan mematuhi apa yang didengarnya. Semakin dia mematuhinya maka dia akan semakin mengasihi. Semakin orang mengasihi maka ia akan semakin serupa dengan Tuhan yang adalah kasih. Allah adalah kasih maka kasih itulah yang membuka jalan kepada keselamatan.

Pada hari ini mata kita tertuju pada Santo Andreas. Dia sudah mendengar mematuhi dan mengasihi Tuhan Yesus. Dia menunjukkan imannya pada apa yang sudah didengarnya pertama kali yakni: “Ikutlah Aku dan kamu Kujadikan penjala manusia.” Iman itulah yang menuntun Andreas hingga wafat sebagai martir seperti Yesus sang Gurunya. Masa adventus merupakan masa di mana kita meletakkan seluruh harapan kita kepada Tuhan. Santo Andreas tidak pernah lupa pada Tuhan Yesus. Kehendak Tuhan Yesus adalah segalanya, dan Dia adalah pribadi yang setia sampai tuntas. Terima kasih santo Andreas, rasul. Doakankah kami untuk memiliki sikap lepas bebas supaya hanya bersatu dengan-Mu saja. Solo Dios basta! Santo Andreas, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB