Homili 1 Desember 2021

Renungan: Yes 25: 6-10a

Perjamuan yang menyatukan

Apa yang anda rasakan ketika mendapatkan jamuan makan bersama? Jawaban pastinya adalah perasaan bahagia, diperhatikan, merasa bernilai di hadapan sesama dan Tuhan. Apa yang anda rasakan ketika mengikuti Ekaristi bersama? Ada rasa bahagia, merasa dikasihi oleh Tuhan, merasa berharga di mata Tuhan. Apapun hidup kita, siapakah diri kita tetap bernilai dihadirat Tuhan. Saya yang merayakan Ekaristi sebagai imam juga merasakan hal yang sama. Saya adalah manusia yang tidak sempurna, tetapi merasakan kasih Tuhan hari demi hari. Tuhan sendirilah yang menyempurnakan saya untuk merayakan ekaristi bagi umat-Nya.

Masa adventus merupakan masa yang indah bagi kita karena kita sendiri menyiapkan diri untuk merasakan dan mengalami perjamuan bersama Tuhan. Perjamuan kita saat ini masih bersifat sementara, kita akan mengalami perjamuan abadi pada saat yang tepat di surga. Sebab itu pada masa adventus ini kita melakukan pertobatan, karya amal kasih karena orientasi kita adalah bersekutu dengan Tuhan dan mengalami perjamuan-Nya. Harapan kita adalah menerima Yesus dan merasakan perjamuan-Nya.

Bacaan Kitab Suci yang kita renungkan pagi ini dari tulisan nabi Yesaya. Tuhan menyapa umat-Nya melalui nabi Yesaya untuk meneguhkan umat-Nya yang sedang menderita di Babilonia. Peneguhan ini sekaligus membangkitkan iman umat Israel yang sedang lesu. Umat Israel yang sedang kehilangan harapan karena merasa ditinggalkan Tuhan. Sebab itu Tuhan hadir dan berjanji: Pertama, Menghidangkan perjamuan dengan masakan mewah bagi sekalian bangsa. Kemewahannya perjamuan ditandai dengan anggur yang tua benar yang sudah disaring, makanan dengan lemak dan sumsum. Ini adalah sebuah gambaran perjamuan abadi yang sangat bermakna. Tuhanlah yang menjamu manusia dari berbagai suku bangsa. Tuhan benar-benar penyelamat bagi semua orang. Kedua, Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya dengan mengoyakan kain kabung dan tudung. Kain kabung menunjukkan manusia yang berdosa, tak berdaya di hadapan Tuhan. Manusia berusaha untuk bertobat sehingga layak di hadirat Tuhan. Ketiga, Tuhan meniadakan maut dan air mata. Selagi masih berada di atas dunia ini, kita melihat ke depan bahwa pada saatnya nanti Tuhan juga akan memanggil kita. Maut akan kita alami namun hidup ilahi adalah janji yang pasti dari Tuhan bagi kita. Sakit penyakit, penderitaan dan kemalangan akan berlalu. Kita menjadi sempurna untuk ikut dalam pejamuan-Nya. Keempat, Tuhan tidak menghitung dosa-dosa kita. Aib yang kita sadar atau tidak sadar melakukannya akan dilupakan oleh Tuhan.

Semua gambaran di atas menunjukkan harapan yang begitu besar kepada Tuhan. Tuhan memiliki kuasa untuk melepaskan dan membebaskan kita dari segalanya dan yang ada pada kita hanya kebahagiaan abadi. Tuhan menjadi penyelamat kita. Dialah yang kita nanti-nantikan dan bersorak sorai serta bersukacita karena keselamatan datang dari pada-Nya.

Tuhan Yesus menjamu kita melalui Ekaristi. Dia tidak hanya menggandakan roti dan ikan saat itu, tetapi bahwa Ekaristi yang tetap kita rayakan di dalam Gereja juga merupakan momen yang indah untuk merenung tentang pemberian diri-Nya yang total bagi manusia. Dari satu tubuh yang sama rela dipecah-pecah dan dibagi serta disantap bersama. Ekaristi mempersatukan semua orang untuk merasakan keselamatan yang sama. Betapa Tuhan itu penuh kerahiman.
Tuhan memberkati kita semua.

P. John Laba, SDB