Homili 3 Desember 2021

Hari Jumat, Pekan I Adventus
St. Fransiskus Xaverius
1Kor 9:16-19; 20-23
Mzm 117: 1.2
Mrk 16: 15-20

Beritakanlah Injil

Kita semua tentu berbangga sebagai orang Katolik di Indonesia. Kita memang tergolong kaum minoritas tetapi tetap berjiwa besar dan siap untuk menjadi garam dan terang di negeri ini. Kebanggaan kita sebagai pengikut Kristus tidak terlepas dari deretan nama-nama orang kudus yang kita kenang di awal bulan Desember ini. Sebut saja nama dua orang martir kudus yakni beato Dionisius dan Redemptus. Darah kedua martir ini telah menjadi benih yang subur bagi tumbuhnya iman Kristiani di Indonesia. Pada hari ini kita mengenang Santo Fransiskus Xaverius. Orang kudus ini juga pernah menginjakkan kakinya di negara kita. Kehadirannya turut menyuburkan benih iman Kristiani di negara kita ini. Jiwa misionernya tetap menggerakan semangat misioner anak bangsa ini untuk ikut serta memberitakan Injil ke seluruh dunia. Di samping ketiga nama ini, ada juga para misionaris yang sudah menjadi martir di daerah-daerah lain yang turut menyuburkan benih iman Kristiani. Kita memohon para kudus ini untuk tetap menyuburkan benih iman kristiani, melalui karya-karya dan kepeduliaan bagi umat manusia di negeri ini.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membawa kita kepada nuansa misioner yang luar biasa. Jiwa misioner sebagai orang yang dibaptis benar-benar ikut bergelora. Dalam bacaan Injil misalnya, Tuhan Yesus yang sudah bangkit dengan mulia menampakkan diri kepada para murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: “Pergilah le seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada semua makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Pesan Tuhan Yesus ini sangat jelas dan ditujukkan kepada kita semua tanpa kecuali. Sebagai orang-orang beriman, kita semua memiliki tugas yakni melakukan pekerjaan Yesus, dalam hal ini ikut memberitakan Injil kepada semua makhluk sesuai amanat Yesus sendiri. Tuhan Yesus sendiri berkeliling dan berbuat baik. Kita pun dipanggil untuk berkeliling dan berbuat baik bagi semua orang. Ini merupakan semangat Injil sebagai warta sukacita kepada semua orang. Injil Yesus memiliki daya menyelamatkan karena Injil adalah Yesus sendiri sebagai Sabda hidup, Sabda yang menjadi daging dan tinggal di tengah-tengah kita.

Untuk meyakinkan para murid-Nya, Yesus memberikan tanda-tanda penting ini. Para murid Yesus akan mengusir setan-setan dalam nama Yesus sendiri, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru, memegang ular, tidak mendapat celaka meskipun ada ancaman berupa racun maut. Mereka memiliki daya untuk menyembuhkan orang-orang sakit, dengan meletakkan tangan atas mereka yang sakit. Para murid merasa dikuatkan dan siap untuk bertekun dalam memberitakan Injil, karena Yesus sendiri hadir di dalam hidup mereka. Yesus hadir secara rohani dan menginspirasi, menguatkan mereka untuk bertekun dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya.

Santo Paulus dalam bacaan pertama menangkap pesan Yesus untuk setia mewartakan Injil. Paulus dikenal sebagai sosok misonaris besar yang berkeliling untuk mewartakan Injil dan tetap memantau perkembangan pertumbuhan Injil di tanah-tanah misi. Kepada jemaat di Korintus, Paulusmengatakan bahwa untuk mewartakan Injil, ia sendiri tidak memiliki alasan untuk memegahkan dirinya. Mewartakan Injil merupakan sebuah keharusan baginya. Ia dengan tegas mengatakan: “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil.” Ia mengakui juga bahwa ia memberitakan Injil tanpa imbalan. Ia bahkan tidak menuntut haknya sebagai pemberita Injil. Ini menjadi kritik bagi para misionaris supaya tetap hidup sederhana sehingga bisa berhasil dalam mewartakan Injil.

Paulus sangat menginspirasi kita sebagai Gereja saat ini. Kita memberitakan Injil bukan untuk mendapatkan upah yang membuat hidup kita dalam kelimpahan. Kita mewartakan Injil karena sebuah keharusan supaya nama Yesus semakin dikenal sampai ke ujung dunia. Kita memandang para misionaris seperti Paulus dalam Gereja perdana, para misionaris asing yang datang ke negeri kita hingga meninggal sebagai misionaris di negara kita. Mereka tidak mencari emas dan perak tetapi mewartakan Injil sebagai khabar sukacita bagi semua orang.

Masa adventus merupakan masa istimewa yang turut memanggil kita untuk menjadi misionaris. Beato Dionisius, Redemptus dan St. Fransiskus Xaverius menginspirasi kita untuk menjadi misionaris sampai tuntas. Menjadi misonaris yang memberi diri di tanah misi sampai tuntas. Masa adventus membuka wawasan kita untuk bersahabat dengan Yesus dalam Injil dan siap untuk mewartakan Injil dengan kesaksian hidup kita yang nyata. Kita dapat menjadi misionaris bagi sesama di sekitar kita dengan berperilaku sebagai orang katolik yang terbaik. St. Fransiskus Xaverius, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB