Food For Thought: Tuhanlah Andalanku

Tuhanlah andalanku

St. Padre Pio dari Pietrelcina pernah berkata: “Janganlah menghabiskan tenagamu hanya untuk hal-hal yang menimbulkan kekhawatiran, kecemasan, dan kesedihan. Hanya satu hal yang diperlukan yakni tingkatkanlah semangatmu dan cintailah Tuhan.” Perkataan orang kudus ini sangat bermakna bagi kita semua selama masa Retret Agung ini. Bisa saja kita semua masih diliputi perasaan khawatir, cemas dan sedih. Kita mungkin lupa bahwa Tuhan tetaplah menjadi andalan kita. Mengapa? Karena Dia jauh lebih agung dan mulia melebihi semua perasaan kita ini. Sebab itu patutlah kita meningkatkan semangat kita dan mencintai Tuhan.

Tuhan menyapa kita hari ini untuk tetap mengandalkan Tuhan dalam berbagai situasi hidup kita. Ia mengingatkan kita melalui nabi Yeremia: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yer 17:7), sebaliknya “Terkutuklah orang yang hanya mengandalkan manusia, kekuatannya sendiri dan menjauhkan Tuhan.” (Yer 17:5). Orang yang mengandalkan Tuhan tidak akan merasa khawatir, cemas dan sedih dalam hidupnya.

Sosok yang menginspirasi kita adalah si miskin Lazarus di dalam Injil hari ini. Makna nama Lazarus (bahasa Ibrani): אלעזר, Elʿāzār, Eleazar, berarti “Allah sudah menolong. Lazarus digambarkan oleh Penginjil Lukas: “Badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya, ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.” (Luk 16:20-21). Sosok Lazarus adalah orang miskin yang sangat ekstrim tetapi ia mengandalkan dan menaruh seluruh harapannya kepada Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya penolong baginya. Akhir hidupnya sungguh membahagiakan karena ia berada di pangkuan Abraham. Sosok si miskin Lazarus sangat berbeda dengan si kaya tanpa nama yang ‘selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.’ (Luk 16:19). Pada akhir hidupnya sangat tragis dan menderita karena selama hidupnya ia hanya mengandalkan diri dan kekayaannya bukan mengandalkan Tuhan.

Masa Prapaskah membuka mata hati kita untuk peka terhadap begitu banyak Lazarus di sekitar kita. Mereka adalah orang Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel (KLMTD) yang berada di sekitar kita atau yang berada di tanah misi. Kita membuang kebiasaan tertawa di atas penderitaan orang lain.

P. John Laba, SDB