Homili 13 Maret 2023

Hari Senin Pekan III Prapaskah
2Raj. 5:1-15a
Mzm. 42:2,3; Mzm. 43:3,4
Luk. 4:24-30

Keselamatan untuk semua orang

Pada hari ini kita bergembira bersama Paus Fransiskus yang boleh merayakan 10 tahun masa pontificatnya sebagai kepala Gereja katolik di seluruh dunia. Beliau terpilih untuk menggantikan Paus Benediktus XVI pada tanggal 13 Maret 2013. Sehari setelah terpilih menjadi Paus, beliau memberi sebuah sambutan yang hangat. Saya mengutip perkataannya: “Dan sekarang, kita memulai perjalanan bersama: Uskup dan Umat. Perjalanan Gereja Roma yang memimpin dalam cinta kasih atas semua Gereja. Sebuah perjalanan persaudaraan, cinta kasih, kepercayaan di antara kita. Marilah kita saling mendoakan satu sama lain. Marilah kita berdoa untuk seluruh dunia, agar ada semangat persaudaraan yang besar. Harapan saya kepada kalian, semoga perjalanan Gereja yang kita mulai hari ini, dan yang akan dibantu oleh Vikaris Kardinal saya, yang hadir di sini, akan berbuah bagi penginjilan di kota yang indah ini.” (Paus Fransiskus: Sambutan perdana sebagai Paus). Sambutan perdana Paus Fransiskus ini sangat menginspirasi kita untuk mengerti dengan baik tugas perutusan Gereja di dunia ini yakni keselamatan untuk semua orang.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil Lukas hari ini juga mulai tampil di depan umum. Setelah memenangkan pencobaan di padang gurun, Roh Kudus membawa-Nya ke Galilea. Di sana Ia mulai mengajar dan banyak orang merasa takjub kepada-Nya. Selanjutnya, Ia pergi ke kampung halaman-Nya yaitu di Nazaret dan mula-mula Ia menyampaikan visi dan misi-Nya kepada mereka (Luk 4:18-19) di dalam Rumah ibadat. Mata semua orang sekampung halaman itu memang tertuju kepada-Nya, namun ada di antara mereka yang memiliki wajah penolakan dan penuh tanda tanya tentang Yesus yang bagi mereka sudah berubah ini. Bagi mereka, Yesus adalah anak Yusuf, seorang tukang kayu. Dengan hanya melihat masa lalu Yesus maka mereka menolak-Nya di Nazaret, tempat asal-Nya sendiri. Penolakan ini akan menjadi lebih nyata lagi dalam peristiwa sengsara, dan wafat-Nya. Orang-orang yang sudah mengenal-Nya akan berteriak: Salibkanlah Dia!

Meskipun mendapat penolakan dari orang sekampung-Nya namun Yesus tidak baperan dan menyerah. Ia tetap berkeliling dan berbuat baik dalam kata dan karya-Nya. Bahkan melalui perkataan-Nya, Ia mengambil contoh-contoh dalam dunia Perjanjian Lama terutama dalam Kisah nabi Elia dan seorang janda di Sarfaat (1Raj 17:7dst) dan Kisah penyembuhan Naaman orang Siria (2Raj 5:1 dst) yang menunjukkan bahwa keselamatan dari Tuhan untuk semua orang. Janda di sarfaat dan anaknya dapat bertahan hidup selama tiga tahun enam bulan saat kemarau panjang menerpa Israel. Naaman orang Siria saja akhirnya mengakui Tuhan: “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel.” (2Raj 5:15). Keselamatan dalam nama Yesus adalah keselamatan universal. Tentu saja pengakuannya ini tidak terlepas dari abdi Allah yakni Elisa.

Tuhan selalu bekerja untuk meyelamatkan manusia melalui orang-orang tertentu, terkadang orang kecil yang sebenarnya tidak diandalkan. Ketika Naaman kena penyakit kusta, mereka mencari tabib ke mana-mana. Untung ada seorang anak perempuan dari negeri Israel, seorang bekas tawanan yang memberi saran supaya Naaman sang panglima itu menjumpai Abdi Allah yakni Elisa dan mendapat kesembuhan. Naaman mengakui Allah Israel dengan kuasa penyembuhan-Nya.

Masa Prapaskah menjadi kesempatan bagi kita untuk menata persaudaraan kita sebagaimana diharapkan Paus Fransiskus, dengan menghilangkan berbagai bentuk penolakan terhadap sesama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Pada merekalah kita melihat wajah Kristus yang nyata di dunia ini. Pada merekalah kita mengerti bahwa keselamatan dalam nama Yesus adalah keselamatan universal. Kita bersyukur dan belajar pada Yesus. Meskipun mengalami penolakan namun Ia tetap melakukan perbuatan baik yakni menyelamatkan semua orang. Tentu berbeda dengan kita yang mungkin ketika ditolak, kita juga berhenti berbuat baik. Mari kita bertobat.

P. John Laba, SDB