Homili Hari Rabu Oktaf Paskah -2024

HARI RABU DLM OKTAF PASKAH
Kis 3:1-10
Mzm 105:1-2,3-4,6-7,8-9
Luk 24:13-35

Mendampingi dan melayani

Saya memulai renungan ini dengan mengutip perkataan paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium: “Gereja harus memprakarsai semua anggotanya – imam, biarawan/biarawati, kaum awam– masuk ke dalam “seni pendampingan” yang mengajari kita melepaskan alas kaki kita di depan tanah kudus orang lain (bdk. Kel. 3:5). Langkah pendampingan ini hendaknya mantap dan meyakinkan, yang mencerminkan kedekatan kita dan tatapan penuh bela rasa kita yang juga menyembuhkan, membebaskan dan mendorong pertumbuhan dalam hidup Kristiani.” (EG, 169). Bagi saya, perkataan Paus Fransiskus ini turut membantu kita untuk memahami bacaan liturgi kita pada hari Rabu Oktaf Paskah ini.

Para murid merasa putus asa dan kecewa setelah mereka menyaksikan Yesus menderita, wafat dengan tragis di atas kayu Salib dan sudah ada berita bahwa Dia hidup kembali. Kleopas dan temannya memilih pulang kampung yakni ke Emaus. Dalam suasana putus asa dan kecewa, Tuhan Yesus hadir sebagai seorang pendamping dan pelayan. Ia menjelaskan seluruh isi Kitab Suci tentang diri-Nya sehingga hati mereka berkobar-kobar. Ia diminta untuk tinggal bersama mereka karena hari sudah malam. Mane nobiscum Domine! Tinggallah bersama kami, ya Tuhan. Yesus berekaristi bersama mereka. Sebagai seorang tamu di rumah itu, Ia malah yang menyiapkan makanan dengan mengambil roti, mengucap syukur dan membagikan kepada tuan rumah. Buah dari pendampingan dan pelayanan Yesus adalah bahwa Kleopas dan temannya kembali ke Yerusalem. Di sana mereka turut mewartakan kebangkitan Kristus.

Anda dan saya bangga sebagai pengikut Kristus. Boleh dikatakan bahwa kita adalah Christóphoros (Χριστόφορος) artinya pembawa Kristus. Dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah Petrus dan Yohanes yang membawa Kristus kepada orang yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Misalnya, di hadapan seorang difabel (lumpuh) Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (Kis 3:6). Orang itu mengalami kesembuhan bukan karena hebatnya Petrus dan Yohanes, melainkan karena Yesuslah yang hebat. Dia turut memuji Allah karena kasih dan kebaikan dari Tuhan sendiri melalui Petrus dan Yohanes.

Bagaimana dengan kita?

Kita berusaha untuk turut mendampingi dan melayani lintas batas. Kita adalah Christóphoros masa kini yang siap melakukan perutusan untuk mendampingi dan melayani sesame lintas batas. Berbanggalah, berbahagialah karena bisa ikut mendampingi dan melayani seperti Yesus sendiri.

P. John Laba, SDB