Homili Hari Kamis Oktaf Paskah – 2024

HARI KAMIS DLM OKTAF PASKAH
Kis 3:11-26
Mzm 8:2a,5,6-7,8-9
Luk 24:35-48

Damai sejahtera bagi kamu!

Adalah Santo Fransiskus dari Sales. Orang kudus ini pernah berkata: “Jangan pernah kehilangan kedamaian batinmu karena alasan apa pun, bahkan jika seluruh duniamu nampak kacau. Sebab itu, apabila Anda menemukan bahwa Anda telah tersesat dari naungan Tuhan, bawalah hatimu kembali kepada-Nya dengan tenang dan sederhana.” Kedamaian berasal dari dalam hati kita. Tuhan menempatkannya di dalam hati kita. Damai adalah pribadi Tuhan Yesus sendiri. Dialah Pangeran perdamaian (Yes 9:6).

Kisah Tuhan Yesus dan para murid-Nya di dalam Injil hari ini sangat menarik. Suasana para murid Yesus saat itu adalah mereka sedang mengalami ketakutan manusiawi. Dalam situasi seperti ini, Tuhan Yesus yang bangkit menampakkan diri-Nya di tengah-tengah mereka, seraya menyapa mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Luk 24:36). Ada ketakutan manusiawi dan ada tawaran kedamaian batin dari Tuhan sendiri. Tuhan menitip damai-Nya kepada mereka. Ia berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yohanes 14:27). Di atas bukit Sabda Bahagia, Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Tuhan Yesus tidak hanya menyapa ‘שָׁלוֹם עֲלֵיכֶם (šālōm ʿalēḵem) tetapi Ia juga memberikannya kepada kita, dan tugas kita adalah membawanya kepada sesama. Kita sungguh menjadi anak-anak Allah karena membawa Damai yang tidak lain adalah pribadi Tuhan sendiri.

Di samping menyapa para murid dengan perkataan damai, Tuhan Yesus juga menunjukkan diri-Nya sebagai manusia yang hidup. Para murid ditampilkan sangat manusiawi. Mereka begitu rapuh, takut dan tidak mudah percaya. Mereka bahkan pada level manusiawi, melihat Tuhan yang bangkit sebagai hantu. Maka Tuhan tidak hanya berbicara dan menunjukkan diri-Nya di hadapan mereka. Dia juga terang-terangan memakan sepotong ikan goreng di depan mereka. Ia perlahan-lahan membuka pikiran mereka sehingga pada akhirnya mereka mengerti Kitab Suci dan mengenal-Nya. Dia sudah menderita, wafat dan bangkit. Ini menjadi pengalaman yang mendewasakan mereka. Di balik kerapuhan dan kelemahan sebagai murid, Tuhan Yesus memampukan mereka untuk belajar dan terus bersaksi. Ia berkata: “Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Luk 24:48).

Dalam bacaan pertama, kita melihat sosok Petrus dan Yohanes sungguh menjadi saksi kebangkitan Kristus. Tuhan memampukan mereka untuk menarasikan kembali sosok Yesus di dalam Kitab Perjanjian Lama hingga apa yang mereka saksikan dalam Paskah-Nya. Narasi yang sempurna tentang sosok Yesus ini sungguh memikat hati mereka untuk bertobat dan menerima Yesus di dalam hidup mereka. Kita dapat membayangkan jumlah mereka bertambah, melampaui tiga ribu orang di Yerusalem. Ini tentu sangat menggemparkan seluruh daerah itu. Yesus Kristus memang beda dan membawa perbedaan. Para murid sangat dibantu untuk membuat revolusi mental di kota damai.

Kita mengingat Santo Paulus yang menulis: “Kristus adalah damai kita” (Ef 2:14). Kristus mendamaikan kita sebagai orang berdosa dengan Bapa di Surga. Kristus yang satu dan sama yang diwartakan Petrus dan Yohanes kepada orang-orang di Yerusalem sehingga mereka merasakan damai-Nya. Mereka pun sadar dan bertobat sehingga dibaptis. Yerusalem saat itu benar-benar menjadi kota damai bagi semua orang.

Apa yang harus kita lakukan?

Damai adalah pemberian Tuhan kepada kita. Tugas kita adalah membawa damai kepada semua orang. Di satu pihak kita melakukan tugas yang diberkan Tuhan untuk menjadi saksi yang membawa damai, di lain pihak kita sungguh menjadi anak Allah. Kita menjadi saksi kebangkitan Kristus dengan menarasikan Yesus dan hidup-Nya di dalam kata dan tindakan kita kepada sesame yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Kita juga semestinya selalu bersyukur karena Tuhan berkenan memakai kita untuk membawa damai kepada sesama kita di mana pun mereka berada. Tuhan Yesus yang bangkit berkata: “Damai Sejahtera bagi kamu!” Ini adalah perkataan yang menegaskan jati diri Yesus yang bangkit sungguh-sungguh merupakan Pengeran perdamaian, sekaligus menugaskan kita untuk membawa damai kepada sesama. Pada hari ini, mohonlah dan katakanlah šālōm ʿalēḵem kepada orang yang tidak anda sukai secara pribadi dan rasakan manfaatnya.

P. John Laba, SDB