Food For Thought: Hidup adalah pilihan

Pilihan yang tepat

Hari ini saya membaca kembali tulisan-tulisan tertentu tentang Steve Jobs (1955-2011). Beliau adalah pendiri Apple Inc. Saya memang seorang pemakai produk Apple maka ada rasa ketertarikan sendiri untuk membaca sesuatu tentang Steve Jobs. Saya menemukan sebuah kutipan perkataan beliau yang indah dan baik sekali untuk direnungkan bersama: “Mengingat-ingat bahwa aku akan segera mati adalah hal terpenting yang aku pernah hadapi untuk membantuku membuat pilihan besar dalam hidup. Karena hampir semua hal semua harapan, semua kebanggaan, semua ketakutan akan kegagalan hal-hal ini akan menghilang seiring kematian, hanya menyisakan apa yang benar-benar penting.”

Bagi saya kutipan perkataan ini adalah cara Steve Jobs mempersiapkan dirinya untuk menyambut sebuah kematian yang bahagia. Dan baginya kematian bukanlah sesuatu pengalaman yang menakutkan, melainkan sebuah pengalaman yang indah yang akan dilewati oleh setiap pribadi. Ia sadar bahwa sebentar lagi ia meninggal dunia. Ini sebuah kepastian. Sebab itu di sisa hidupnya, ia perlu membuat pilihan hidup yang tepat. Adalah hal yang sangat membahagiakan ketika di saat kematian datang menjemput, semua harapan, kebanggaan, ketakutan dan kegagalan akan menghilang. Sehingga yang tertinggal hanya hal-hal yang penting saja. Hal-hal yang penting adalah kehidupan kekal yang dijanjikan Tuhan Yesus. Yesus Kristus sendiri mengalami kematian di atas kayu salib meskipun nantinya mengalahkan kematian dengan kebangkitan-Nya yang mulia.

Hidup adalah pilihan. Setiap pribadi akan memilih sesuai hati nuraninya. Hati Nurani adalah tempat Tuhan bersemayam (shekina). Hati Nurani membantu kita supaya menyambut Tuhan dan besemayam di dalam hati Nurani kita. Dalam hal memilih, orang memilih yang terbaik baginya, tanpa ada suatu paksaan apapun sebab ini adalah haknya dia sebagai individu. Tentu ia memilih yang terbaik baginya akan berbeda dengan yang terbaik bagi orang lain. Musa di dalam Kitab Suci mengatakan kepada umat Israel: “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan” (Ul 30:15). Mungkin saja pilihan-pilihan pribadi sudah terang dan jelas: menjadi berkat atau kutuk bagi sesama lain. Bisa juga pilihan lain seperti keberuntungan, kematian dan kecelakaan. Tentu saja pilihan-pilihan ini memiliki konsekuensi masing-masing bagi setiap pribadi.

Hal yang nyata untuk kita lakukan bersama adalah membangun peradaban kasih. Sebuah peradaban kasih itu ditujukan kepada Allah yang adalah kasih, dan kepada sesama manusia yang mengalami kasih Tuhan. Betapa indahnya, jika saudara-saudara duduk bersama-sama (Mzm 131:1). Dalam kebersamaan ini manusia mewujudkan kasih sejati yang dialaminya dari Tuhan dan sesama manusia.

Saya mengakhiri FFT ini dengan mengutip perkataan penulis dan psikoterapis asal Amerika Serikat bernama Wayne Dyer. Beliau pernah berkata: “Ingatkan diri sendiri bahwa teknik terhebat kedamaian dalam hidup adalah selalu memilih bersikap baik ketika anda memiliki pilihan antara menjadi benar atau bersikap.” Hidup adalah pilihan. Kedepankanlah hati nurani yang murni dan cinta kasih yang rasional.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply