Homili 17 Maret 2023

Hari Jumat, Pekan Prapaskah III
Hos. 14:2-10
Mzm. 81:6c-8a,8b-9,10-11b,14,17
Mrk. 12:28b-34

Bertobatlah kepada Tuhan!

Banyak di antara kita yang mungkin mengenal dan membaca buku-buku karya Clive Staples Lewis atau dikenal C.S. Lewis. Penulis dan teolog ini pernah berkata: “Kita semua menginginkan kemajuan, tetapi jika Anda berada di jalan yang salah, kemajuan berarti berbalik arah dan berjalan kembali ke jalan yang benar; dalam hal ini, orang yang paling cepat berbalik arah adalah orang yang paling progresif.” Perkataan ini membuka wawasan kita untuk memahami makna sebuah pertobatan. Baginya bertobat berarti kita menghendaki sebuah progress atau kemajuan, dan kemajuan berarti berbalik arah, kembali ke jalan yang benar. Hal senanda pernah diucapkan oleh Pewarta dan apologet John Blanchard. Ia mengatakan: “Pertobatan adalah perubahan hati dan pikiran yang dalam dan perubahan hidup yang lahiriah.”

Kita sedang menikmati perjalanan rohani dalam Retret Agung ini. Dan salah satu bagian penting dalam perjalanan rohani kita adalah dengan melakukan pertobatan. Dalam bahasanya Lewis kita berbalik ke jalan yang benar. Ini juga merupakan usaha kuat kita selama tiga pekan terakhir ini. Kita mengingat nubuat Nabi Hosea dalam bacaan pertama: “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.” (Hos 14:3). Nubuat Hosea bukan hanya untuk orang-orang Samaria tetapi untuk kita semua saat ini.

Bagi Hosea, Tuhan sendiri selalu menunjukkan belas kasih-Nya kepada manusia yang berdosa. Melalui Hosea, Tuhan berkata: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.”(Hos 14:5). Tuhan memenangkan jiwa-jiwa orang berdosa karena kerahiman-Nya. Dia tidak menghukum kaum pendosa. Dia memulihkan dengan pengampunan berlimpah atas segala penyelewengan mereka, mengasihi mereka dengan rela hati. Tuhan seperti ini memang sungguh luar biasa. Dia selalu panjang sabar dan besar kasih dan kesetian-Nya.

Wujud nyata pertobatan kita adalah kiranya kita semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi. Kita semakin mengasihi Tuhan dengan totalitas hidup kita dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Mengasihi Allah dengan totalitas menjadi nyata dalam aspek doa dan puasa kita. Mengasihi sesama menjadi nyata dalam puasa dan amal kasih kita kepada mereka. Maka bertobat adalah sebuah pengalaman dikasihi Allah tanpa batas. Bertobat menjadi sebuah jawaban akan kasih kepada Tuhan Allah dan kasih kepada sesama kita.

Dalam bacaan Injil kita mendengar kisah kehadiran seorang ahli Taurat, tanpa nama. Dia datang untuk bersoal jawab dengan Yesus. Ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus tentang hukum yang pertama dan utama. Tuhan Yesus memandangnya dengan penuh kasih dan berkata: “Hukum yang terutama ialah: “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Mrk 12: 29-31). Tuhan Yesus tentu tidak mengatakan suatu hal yang baru. Orang Yahudi menyadari bahwa perkataan Yesus ini sudah ada di dalam Kitab Perjanjian Lama. Hukum yang pertama ada di dalam Kitab Ulangan (Ul 6:4-5) dan Hukum kedua ada di dalam Kitab Imamat (Im 19:18).

Reaksi dari Ahli Taurat ini adalah pengakuannya akan kebenaran yang diungkapkan Yesus. Ia berkata: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” (Mrk 12:32-33). Tuhan Yesus juga memberi jempol kepadanya dengan berkata: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” (Mrk 12:34).

Mari kita bertobat mulai saat ini. Jangan pernah menunda-nunda pertobatanmu. Santo Agustinus: “Tuhan telah menjanjikan pengampunan untuk pertobatanmu, tetapi Dia tidak menjanjikan hari esok karena anda yang menundanya.” Maka bertobatlah kepada Tuhan (Hos 14:3).

P. John Laba, SDB