Homili 20 Januari 2014

Hari Senin Pekan Biasa II

1Sam 15:16-23

Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23

Mrk 2:18-22

 

Mendengar Suara Tuhan itu Baik

 

Fr. JohnPada suatu kesempatan para penatua Israel mengunjungi Samuel di Rama. Tujuan mereka adalah meminta kepada Samuel supaya mengangkat seorang di antara mereka menjadi raja Israel ((1Sam 8:4-5). Mendengar permintaan mereka ini, Samuel menjadi sedih karena bagi Samuel, raja Israel adalah Tuhan sendiri. Pemazmur sendiri berdoa: “Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun temurun” (Mzm 146:10). Namun demikian Tuhan mengatakan kepada Samuel supaya menerima saja permintaan mereka. Tuhan sudah tahu bahwa mereka akan menolakNya suatu saat. Melalui Samuel, Tuhan mengangkat Saul menjadi Raja pertama Israel dan mengurapinya.

Perjalanan hidup saul sebagai raja tidaklah mulus. Ia tidak setia dan membuat banyak kesalahan di hadirat Tuhan. Apakah dosa dan salah yang dibuat oleh Saul di hadirat Tuhan? Sebenarnya Tuhan menghendaki agar Saul pergi dan menumpas orang-orang berdosa yakni orang-orang Amalek bukan untuk menjarah barang-barang mereka dan mempersembahkan sebagai kurban bakaran kepada Tuhan. Dosa yang dibuat oleh Saul adalah ketidaktaatan. Samuel yang diakui sebagai wakil Allah bagi bangsa Israel, telah memerintahkan Saul untuk menunggu sampai dia tiba di Gilgal, dan sambil mengatakan bahwa ia akan tiba dalam waktu tujuh hari. Saul tidak bersedia menunggu sampai akhir hari ketujuh. Ini menunjukkan bahwa saul tidak sabar dan juga tidak taat (1Sam 13:13.14). Tuhan menghendaki agar manusia mentaatiNya secara mutlak. Menurut Samuel, kepatuhan atau ketaatan itu lebih baik dari pada upacara kurban.

Pada hari ini kita mendengar kisah penolakan Saul sebagai raja karena dosa ketidaktaatannya. Samuel mengulangi pesan-pesan Tuhan bahwa Tuhan sudah mempercayakan Saul sebagai raja bagi Bangsa Israel dan mengurapi atau menguduskannya. Tuhan sendiri mengutusnya untuk menumpas bangsa Amalek yang berdosa. Namun Saul tidak taat sehingga tidak mendengar suara Tuhan. Saul sempat membenarkan diri bahwa ia mendengar suara Tuhan sehingga menumpas bangsa Amalek. Rakyatlah yang mengambil jarahan berupa kambing, domba dan lembu-lembu yang baik dan mempersembahkan sebagai korban persembahan kepada Allah di Gilgal. Terhadap usaha membenarkan diri ini, Samuel dengan tegas mengatakan kepada Saul bahwa hal yang terpenting bukan upacara kurban bakaran melainkan mendengar suara Tuhan dan memperhatikannya.

Perilaku Saul adalah lumrah bagi kita semua. Coba pikirkan hidup kita setiap hari, banyak kali kita merasa sudah melakukan kehendak Tuhan padahal itu adalah kehendak diri kita sendiri. Kita mudah berubah menjadi tidak setia, sulit untuk taat kepada Tuhan. Kita juga mudah membenarkan diri kita di hadirat Tuhan. Hampir setiap hari perilaku hidup ini mewarnai kehidupan kita. Mengapa kita memiliki perilaku seperti ini? Karena kita belum mendengar suara Tuhan dan mengikutinya. Hati kita masih tegar!

Yesus patuh kepada Bapa di Surga. Ia senantiasa mendengar dan melakukan kehendakNya. Di dalam bacaan Injil Yesus mengakui diriNya sebagai mempelai sedangkan para rasul adalah sahabat mempelai. Tinggal bersama Yesus, mendengar dan mengasihiNya membawa sukacita yang besar. Tidak ada kesedihan bersama Yesus. Itu sebabnya di dalam Injil Yesus menegaskan bahwa selagi Yesus ada bersama-sama dengan mereka, tidak ada kesedihan, tidak ada puasa. Situasi akan berubah ketika Yesus sang mempelai diambil dari mereka, saat itulah para rasul berpuasa. Mempelai diambil adalah saat di mana Yesus mengalami sengsara dan wafat di kayu salib. Para murid sebagai sahabat akan mengalami kesedihan tetapi sukacita akan tetap ada ketika mereka merasakan kebangkitanNya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini secara sederhana bisa kita tempatkan dalam konteks perayaan Ekaristi di mana ada bagian Sabda dan Ekaristi. Pada bagian Sabda kita merasa di kasih Tuhan karena mendengar sapaanNya. Tugas kita adalah mendengar dan melakukan Sabda Tuhan, melampaui kurban bakaran. Di bagian Ekaristi kita menerima Tubuh dan Darah Kristus. Ekaristi adalah Paskah harian yang kita rayakan, saat di mana kita merasakan persahabatan yang mendalam dengan Kristus. Apakah Sabda dan Ekaristi juga menyatuh di dalam hidup kita?

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk setia mendengar dan mengikutiMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply