Homili 16 Mei 2014

Hari Jumat, Pekan Paskah IV
Kis 13:26-33
Mzm 2:6-7.8-9.10-11
Yoh 14:1-6

Tuhan selalu menggenapi janjiNya

Fr. JohnSaya barusan mendapat sebuah pesan singkat dari salah seorang keponakanku, bunyinya: “Uncle, jangan lupa janjimu.” Saya bingung dan bertanya kepadanya perihal janji saya itu. Ternyata enam bulan sebelumnya saya pernah berjanji untuk membelikan sebuah boneka anjing untuknya. Saya jujur mengatakan kepadanya bahwa saya lupa membelinya. Ia menjawabku, “Ya saya maklumi karena uncle juga manusia sehingga bisa lupa janjinya.” Saya menjawabnya: “Tetapi ada Tuhan yang selalu menepati janjiNya bagi manusia.” “Ya saya percaya uncle, Dia tak pernah ingkar janji!” Jawabnya. Setelah membaca dan membalas pesan singkat ini saya membuat kilas balik singkat hidup saya dan menemukan betapa banyak kali saya mengingkari janji-janji. Saya pernah mengingkari janji kepada umat Allah dan kepada Tuhan sendiri tetapi Tuhan selalu menggenapi janjiNya. Dari Dialah saya belajar untuk berkomitmen untuk menepati janji-janji saya.

St. Lukas melaporkan di dalam Kisah Para Rasul bahwa Paulus dan rekan-rekannya sedang berada di Antiokhia yang di Pisidia. Mereka diberi kesempatan untuk bertanya, dan Paulus menggunakan kesempatan untuk menjelaskan sejarah keselamatan. Inti sejarah keselamatan adalah kehendak Tuhan untuk tetap mengasihi manusia selama-lamanya. Janji Tuhan untuk mengasihi manusia selama-lamanya ini terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Ini adalah warta keselamatan yang diketahui oleh semua orang yaitu bahwa Allah sangat mengasihi manusia sehingga mengutus Yesus PuteraNya yang tunggal sehingga barangsiapa percaya kepadaNya akan memperoleh hidup kekal. Sangatlah disayangkan karena penduduk Yerusalem dan para pemimpinnya tidak mengakui Yesus sehingga mereka menjatuhi hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan para nabi. Meskipun Yesus tidak bersalah namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. JenasahNya diturunkan dari atas kayu salib dan dikuburkan. Tuhan Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Ia sudah menampakkan diri kepada para pengikutNya yang sekarang menjadi saksi-saksi kebangkitanNya.

Paulus menceritakan secara singkat sejarah keselamatan. Yesus Kristus adalah Utusan Allah yang menggenapi sejarah keselamatan. Dia telah rela berkorban untuk menyelamatkan manusia dengan menderita, wafat dan bangkit dari alam maut. Para saksi mata memberikan kesaksian dan bahwa kesaksian mereka itu benar yakni Yesus Kristus sungguh bangkit dari kematianNya. Bagi Paulus, berita sukacita yang mereka wartakan kepada segenap jemaat di Antiokhia di Pisidia adalah janji yang diberikan kepada nenek moyang mereka telah digenapi Allah dengan membangkitkan Yesus sebagaimana sudah dikatakan dalam Mazmur kedua: “AnakKu Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini.” (Kis 13:33).

Membaca kembali kisah perjalanan missioner dan karya kerasulannya ini, kita terdorong untuk bersemangat seperti St. Paulus yang tidak kenal lelah mewartakan Injil. Ia memiliki modal yakni pengetahuannya akan Sabda Tuhan dan kemampuannya untuk mewartakannya dengan penuh sukacita sehingga membangkitkan iman dan kepercayaan banyak orang. Sabda Tuhan itu menggerakan hati dan mengubahnya supaya selaras dengan Yesus Kristus. Apakah kita sebagai Gereja memiliki pengetahuan yang cukup tentang Sabda Tuhan dan berani untuk mewartakannya? Apakah Gereja memiliki keberanian untuk terus menerus mewartakan kasih dan kebaikan Tuhan bagi umat manusia?

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil berkata: “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu.” (Yoh 14:1). Kata kunci “kegelisahan” adalah bagian dari hidup manusia. Orang gelisah akan apa yang akan dimakan dan diminum sehingga lupa bahwa Allah selalu memberi yang terbaik baginya. Orang gelisah menghadapi masa depan, kelihatannya semua serba suram. Tuhan mengetahui segalanya maka dalam amanat perpisahanNya ini Ia mengajak para murid untuk percaya kepada Allah dan percaya kepadaNya sebagai Putera. Ini adalah sebuah ajakan sekaligus janji dari Yesus. Untuk menjabarkan janjiNya sehingga bisa dipahami, Yesus melihat kerinduan manusia untuk bersatu denganNya. Ia mengatakan bahwa ada banyak tempat di rumah Bapa. Dialah sang Putera yang pergi untuk menyiapkan tempat. Dia jugalah yang akan kembali untuk menjemput kita supaya di mana Dia berada kita juga berada.

Tentu saja para murid bingung dengan perkataan ini. Yesus mempertegas janjiNya dengan berkata: “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6). Yesus adalah Jalan yang kita lewati untuk bersatui dengan Bapa. Dia memikul beban dosa kita. Dialah Kebenaran yang memerdekakan kita. Dialah yang datang supaya kita memiliki hidup di dalamNya. Ini adalah logika kasih Tuhan. Kasih penuh dengan pengorbanan diri. Ini juga merupakan janji Tuhan yang selalu digenapi dan baru setiap hari.

Tuhan mengajarkan kita pada hari ini sebuah komitmen untuk setia kepadaNya dan setia kepada sesama.Komitmen untuk setia menghayati janji-janji kita di hadirat Tuhan dan sesama. Sebagai imam refleksi saya adalah sekitar janji atau kaul-kaul kebiaraan untuk setia menghayatinya karena merupakan nasihat-nasihat Injil. Bagi para orang tua supaya memiliki komitmen sebagai suami dan istri yang setia satu sama lain. Dengan bantuan Tuhan kita dapat melakukannya sepanjang hidup.

Doa: Tuhan bantulah kami untuk bertumbuh dalam komitmen untuk setia menghayati janji-janji yang sudah kami ucapkan di hadiratMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply