Homili 2 Agustus 2014

Hari Sabtu, Pekan Biasa XVII
Yer 26:11-16.24
Mzm 69:15-16.30-31.33-34
Mat 14:1-12

Nabi dan Kemartiran

Fr. JohnAda seorang pengurus lingkungan yang datang menemui pastor kepala paroki untuk melepaskan pelayanannya. Ia merasa tidak mampu lagi berhadapan dengan beberapa umat yang dinilainya keras kepala dan tertutup untuk kegiatan-kegiatan kegerejaan. Ia berusaha melayani, mengalah dalam banyak hal tetapi umat di lingkungan itu makin tertutup. Masih banyak hal yang dibagikannya kepada pastor paroki tetapi pastor itu memilih untuk diam dan tenang. Setelah pengurus lingkungan itu puas berbicara, sekarang pastor paroki memiliki kesempatan untuk mengarahkannya. Pastor bertanya: “Apakah anda pengikut Kristus?” Ia menjawab: “Ya saya pengikut Kristus.” Pastor bertanya lagi: “Apakah anda mengasihi Yesus?” Ia menjawab: “Ya saya mengasihiNya.” Pastor berkata: “Kalau anda mengikuti Kristus dan mengasihiNya maka bersiaplah untuk menjadi Nabi dan Martir.” Orang itu pulang ke rumahnya dengan sukacita karena perkataan gembalanya bahwa dia juga menjadi utusan Tuhan dan siap menjadi martir.

Sharing sederhana ini mau membuka pikiran kita untuk memahami bacaan-bacaan Liturgi pada hari ini. Di dalam bacaan pertama kita mendengar pengalaman kegembalaan nabi Yeremia. Ia diutus Tuhan untuk berbicara apa adanya yang sifatnya mengarahkan dan mengoreksi umat Israel untuk hidup sebagai pilihan Allah. Namun sangat disayangkan karena ketika Yeremia melakukan tugas kenabiannya, ia mengalami penolakan bahkan ancaman hukuman mati. Meskipun mengalami perlakuan seperti ini, tidak ada kata menyerah baginya. Ia tetap berpegang pada Sabda Tuhan dan mempercayakan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Seorang nabi memang haruslah demikian. Ia merupakan utusan Tuhan yang siap berbicara atas nama Tuhan.

Penulis surat kepada umat Ibrani menulis: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendiri-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr 4:12). Demikian firman yang sama diwartakan dengan tegas oleh Yeremia tetapi tidak diterima baik oleh umat Israel. Terhadap sikap umat Israel ini, Tuhan merancang segala malapetaka, misalnya menghancurkan kota Silo, ibu kota Israel di mana Tabut Perjanjian pernah ditempatkan di sana. Mendengar nubuat Tuhan ini maka para imam, nabi dan umat melawan dan mengancam Yeremia. Mereka menangkap Yeremia dan berkata: “Orang ini patut mendapat hukuman mati, sebab ia telah bernubuat tentang kota ini, seperti yang kamu dengar dengan telingamu sendiri.” (Yer 26:11).

Reaksi Yeremia adalah ia tetap berpegang pada tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan kepadaNya. Ia mengatakan bahwa Tuhan lah yang mengutusnya untuk bernubuat tentang kota dan rumah Tuhan di Silo, bukan nubuat atas namanya sendiri. Yeremia bahkan masih menasihati mereka untuk selalu mendengar Sabda Tuhan dan mengubah tingkah laku mereka di hadiratNya. Hanya dengan bertobat maka Tuhan akan mencabut segala malapetaka yang sudah dirancangkanNya bagi mereka. Namun sebagai nabi dari Tuhan Yeremia legowo dan mengatakan bahwa dia sekarang berada di tangan mereka sehingga mereka boleh berbuat apa yang baik dan benar menurut mereka. Satu hal yang patut mereka ingat adalah apabila mereka membunuh Yeremia maka mereka harus bertanggung jawab terhadap darah orang yang tak bersalah karena Tuhanlah yang mengutusnya. Para pemuka dan seluruh rakyat mengatakan kepada para imam dan nabi bahwa Yeremia tidak patut mendapat hukuman mati sebab dia berbicara demi nama Tuhan Allah bukan demi dirinya sendiri. Yeremia dilindungi Ahikam bin Safan dari ancaman pembunuhan.

Di dalam bacaan Injil kita berjumpa dengan sosok dua nabi yang membuat hati Herodes tidak tenang. Yohanes Pembaptis adalah nabi yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Ia mengoreksi Herodes karena mengambil istri Filipus saudaranya menjadi istrinya. Tindakan Herodes ini tidak terpuji karena berpengaruh terhadap relasi keluarga Kerajaan dan bahwa Herodes tidaklah menjadi pemimpin yang baik di mana masyarakat. Yohanes tetaplah nabi yang siap menumpahkan darahnya. Kepalanya dipenggal demi sebuah janji Herodes kepada puteri Herodias, sang penari yang menyukakan hati. Orang kedua adalah Yesus yang datang kedunia bukan untuk melakukan pekerjaan sendiri tetapi melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Itulah sebabnya kehadiran Yesus dan namaNya sempat menggoyang hati nurani Herodes (Mat 14:1). Ia membuat banyak mukjizat dan mengajar dengan kuasa dan wibawa sehingga membuat Herodes bertanya-tanya dan mengira bahwa Yohanes sudah bangkit.

Nabi adalah utusan Tuhan yang siap untuk menjadi martir. Yeremia siap menyerahkan nyawanya demi Tuhan yang dilayaninya. Dia tidak merasa takut karena Tuhan menyertainya. Yohanes Pembaptis membiarkan kepalanya dipenggal karena perjuangannya untuk mewujudkan kebenaran, keadilan dan martabat manusia. Yesus Kristus juga utusan Allah yang datang untuk menyelamatkan manusia sebagai martir agung. Pada zaman ini masih banyak orang yang menjadi nabi yang kompeten. Mereka tidak takut untuk bersemangat seperti Yeremia, Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh sebagai pengikutMu yang baik. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply