Homili 19 Mei 2015

Hari Selasa, Pekan Paskah VII
Kis. 20:17-27
Mzm. 68:10-11,20-21
Yoh. 17:1-11a

Melayani Tuhan dengan rendah hati

Fr. JohnPada pagi hari ini saya mendengar sebuah lagu rohani yang bagus. Inilah lirik lagu tersebut: “Aku mengasihi Engkau Yesus, Dengan segenap hatiku, Aku mengasihi Engkau Yesus, Dengan segenap jiwaku. Kurenungkan firmanMu siang dan malam, Kupegang printahMu dan kulakukan, Engkau tahu ya Tuhan tujuan hidupku, Hanyalah untuk menyenangkan hatiMu.” Saya mengatakan lagu rohani yang bagus karena memberi inspirasi kepadaku bahwa untuk melayani Tuhan dengan rendah hati maka saya lebih dahulu harus mengasihi-Nya dengan segenap hati dan jiwa dan mendengar setiap Sabda yang keluar dari mulut-Nya. Dengan mendengar dan melakukan Sabda saya juga bisa menjadi saudara Yesus Kristus sendiri.

Permenungan saya lebih lanjut adalah dengan memadang figur St. Paulus, sang misionaris agung di dalam Gereja. Dia mengasihi Tuhan Yesus dengan sepenuh hati, dengan semangat rela berkorban. Konteks perikop kita adalah Paulus sedang melakukan perjalanan misionernya yang ketiga. Kali ini ia meninggalkan Efesus dan kembali ke Yerusalem. Ia berkata kepada para penatua suka dan duka pelayanannya. Ia mengingatkan mereka akan pelayanannya di Efesus sejak hari pertama. Ia mengakui bahwa ia melayani Tuhan dengan rendah hati. Dia juga banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi dan yang mau membunuhnya. Paulus mengakui bahwa meskipun banyak penderitaan yang dihadapinya namun ia tidak pernah melalaikan tugas pokoknya sebagai pewarta injil. Ia setia mewartakan Injil di hadapan umum maupun dalam perkumpulan kecil. Ia memberi kesaksian supaya baik orang Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi yakni Yunani dan bangsa asing lainnya bisa bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus.

Dia mengakhiri pesan dan kesannya kepada para penatua Efesus dengan mengatakan bahwa sebagai tawanan Roh ia kembali ke Yerusalem dan ia pun belum tahu apa yang akan terjadi di sana. Roh Kudus sendiri menyampaikan kepadanya bahwa penjara dan sengsara menunggunya. Meskipun Roh Kudus mengatakan demikian kepadanya namun ia tidak menghiraukannya. Prinsipnya adalah “Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” (Kis 20:24). Ia juga bersaksi bahwa ia bersih, tidak bersalah terhadap siapapun yang akan binasa. Ia tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah.

Saya memilih beberapa ungkapan rasul Paulus yang indah bagi kita: Pertama, “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor 9:16). Kedua, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24). Ketiga, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2Tim 4:7). Masih banyak ungkapan hati St. Paulus yang sebenarnya mengatakan satu hal yakni cintanya kepada Kristus.

Pengalaman Paulus ini mengatakan banyak hal kepada kita semua. Pertama, Paulus bisa mewartakan Injil karena Ia bersatu dengan Tuhan. Dia mewartakan Injil bukan hanya dengan berkata-kata tetapi dengan hidupnya yang nyata. Kerelaan untuk menderita, kesetiaan dalam mengasihi Tuhan Yesus adalah bagian dari hidupnya. Kedua, Paulus menunjukkan keteladanan yang luar biasa kepada para gembala di dalam Gereja. Para gembala jangan putus harapan, pesimis tetapi optimis karena Tuhan menyertai pelayanannya. Ketiga, Gereja bertumbuh sementara penderitaan mencoba menghalangi pertumbuhannya. Namun Tuhan tetap menyertainya sampai akhir zaman.

Mengapa Gereja tetap bertumbuh dalam berbagai kesulitan yang sedang dihadapinya? Karena Tuhan Yesus tidak hanya menyertai Gereja tetapi, Ia juga mendoakan Gereja-Nya. Dialah Imam Agung Gereja dan mendoakan supaya Gereja tetap bersatu. Ia menengadah ke langit dan memohon supaya Bapa bisa mempermuliakan-Nya sama seperti Ia sendiri sudah mempermuliakan Bapa. Yesus memohon supaya hidup kekal bisa dianugerahkan kepada semua orang yang telah Bapa berikan kepada-Nya. Hidup kekal bagi Yesus berarti semua orang mengenal Allah Bapa sebagai sebagai satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus sebagai utusan Bapa.

Bagaimana cara Yesus mempermuliakan Allah Bapa di bumi? Ia melakukan semua pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepada-Nya. Yesus memohon supaya Bapa mempermuliakan Yesus melalui pekerjaan-pekerjaan yang sudah dilakukan-Nya. Sabda Bapa di surga sudah diajarkan oleh Yesus sendiri. Dari Sabda itu kita juga bisa mengenal Bapa dan memperoleh kehidupan kekal. Doa Yesus sebagai Imam Agung merupakan bentuk penyertaan Tuhan bagi Gereja hingga akhir zaman.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini luar biasa. Kita semua diingatkan untuk setia sebagai orang beriman kepada Tuhan. Banyak penderitaan dan kemalangan tetapi sifatnya mendewasakan dan membuat kita setia sebagai pengikut Kristus. Paulus adalah inspirator kita. Tuhan Yesus juga mendoakan kita sebagai Gereja untuk tabah dan setia melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Dia memuliakan semua pekerjaan Bapa dengan kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya yang mulia.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply