Food For Thought: EKBB?

EKBB: Emang Kamu Berpuasa – Berpantang?

Saudari dan saudara terkasih. Selamat merayakan hari Jumat Pertama. Hari Jumat Pertama membantu kita untuk mengenang Tuhan Yesus yang mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan kita. Ia rela wafat di kayu salib, dan ketika masih berada di atas kayu salib, seorang algojo menikam lambungnya sehingga keluar darah dan air. Darah dan air adalah simbol sakramen-sakramen di dalam Gereja. Darah dan air menyucikan kita semua. Hari Jumat pertama adalah hari kasih Tuhan Yesus yang tiada batasnya. Hari Jumat juga merupakan hari dan waktu tobat bagi Gereja sepanjang tahun (Kitab Hukum Kanonik, 1250).

Hari Jumat ini juga menjadi Jumat pertama untuk melakukan Jalan Salib. Dalam Jalam Salib, kita semua mengenang kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus. In Cruce Salus! Pada salib ada keselamatan kita. Merenungkan Jalan Salib berarti kita mau mengatakan kepada Tuhan Yesus, kesiapan kita untuk menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Salib adalah semua penderitaan pribadi supaya orang lain menjadi bahagia.

Hari Jumat dapat juga menjadi hari pantang makan daging dan makanan lain sepanjang tahun, kecuali hari Jumat adalah Hari Raya (KHK, 1251). Pantang apa saja yang dapat kita lakukan pada setiap hari Jumat? Kita bisa saja pantang daging, pantang rokok, pantang garam dan gula, pantang kopi, pantang sambal pokoknya makanan dan minuman yang paling menyukakan hati kita. Pantang tidak hanya makanan tetapi hal lain yang sangat mengikat batin kita. Misalnya, pantang nonton TV dan bioskop, pantang shopping, pantang membuat gosip, pantang menggunakan gadget, pantang media sosial.

KWI telah menetapkan bahwa hari puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari pantang dilangsungkan pada Hari Rabu Abu dan Tujuh Jumat selama masa Prapaskah. Berpuasa berarti makan kenyang hanya satu kali.

Pada hari Jumat ini, Tuhan menghendaki kita semua supaya melakukan puasa dan pantang yang benar. Puasa dan pantang yang benar adalah melakukan perbuatan-perbuatan baik kepada sesama. Puasa nyata dalam perbuatan baik yang dimaksud adalah perbuatan-perbuatan kerahiman jasmani, yakni memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus, memberi perlindungan kepada orang asing, memberi pakaian kepada orang telanjang, melawat orang sakit, mengunjungi orang yang ada di dalam penjara dan menguburkan orang mati (Katekismus Gereja Katolik, 2447).

Puasa yang benar adalah setia melakukan perbuatan baik kepada sesama, berani untuk tidak mengulangi dosa-dosa yang sama. Puasa yang benar adalah sukacita bersama Yesus sang mempelai.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply