Homili 1 Agustus 2018 (Dari Bacaan Pertama)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XVII

Bacaan: Yer 15:10.16-21

Orang baik dan benar selalu menderita

Ada sebuah pertanyaan yang lazim dalam masyarakat kita: “Mengapa orang baik dan benar itu selalu dibenci dan mengalami banyak penderitaan?” Ada juga yang bertanya kepadaku: “Mengapa orang jahat usianya lebih panjang dari pada orang baik dan benar?” Saya selalu mengatakan bahwa oleh karena Tuhan Allah kita itu sabar terhadap manusia maka Ia selalu memberi kesempatan kepada orang jahat untuk bertobat. Proses pertobatan membutuhkan waktu yang panjang dan Tuhan selalu menunjukkan kesabaran-Nya bagi manusia berdosa. Orang-orang baik itu tugas perutusannya dianggap cukup oleh Tuhan sehingga Ia memanggilnya supaya hidup dalam keabadian di surga. Orang jahat membenci orang baik karena keduanya memang saling berlawanan. Ibarat gelap dan terang yang saling berlawanan. Ini hanya jawaban sederhana yang membantu orang untuk berpikir dan merenung saja. Hidup kita selalu dihiasi oleh keberadaan orang jahat dan orang baik. Kita sendiri memiliki sisi terang dan gelap. Kadang kita adalah orang yang terbaik tetapi kadang kita juga menjadi orang yang paling jahat. Mungkin ada yang tidak menerima diri seperti ini namun kita harus berjiwa besar untuk mengatakan diri sebagai orang berdosa dan hina di hadapan Tuhan.

Saya mengingat seorang investor Amerika bernama Ziad K. Abdelnour. Ia pernah berkata: “Jangan pernah menyalahkan orang lain dalam kehidupanmu. Orang baik membuatmu bahagia. Orang jahat membuatmu belajar. Orang yang terbaik membuatmu mengingatnya.” Berapa kali dalam sehari kita mempersalahkan orang lain? Mempersalahkan orang lain selalu berhadapan dengan proses membenarkan diri di hadapan Tuhan dan sesama. Seharusnya orang baik itu membahagiakan hidup kita. Orang jahat membuat kita belajar untuk tidak menjadi jahat melainkan menjadi baik. Tetapi itulah kerapuhan hidup kita. Budha pernah berkata: “Kebaikan lebih sering dirusak oleh orang jahat daripada dicintai oleh orang-orang baik.” Pengalaman nyata kita memang demikian. Orang baik dan benar mencintai kebaikan sedangkan orang-orang jahat melawan bahkan menghancurkan kebaikan.

Pada hari ini kita memandang sosok nabi Yeremia. Ia mengalami pengalaman keras dalam hidupnya bersama orang-orang dekatnya. Sebab itu ia berkata: “Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki aku.” (Yer 15:10). Orang jahat akan mengutuki orang baik. Mereka lupa bahwa Yeremia adalah seorang nabi atau utusan Tuhan. Kejahatan sudah menutup mata mereka.

Dalam situasi yang sulit, Yeremia kembali kepada Tuhan. Ia percaya bahwa hanya Tuhan saja yang sanggup melepaskannya dari berbagai kesulitan hidup, aneka penderitaan yang sedang dialaminya. Ia berkata kepada Tuhan: “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya Tuhan, Allah semesta alam.” (Yer 15:16). Selanjutnya Yeremia berkata: “Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.” (Yer 15:18).

Tuhan tidak pernah tidur! Ia mendengar dan memperhatikan jeritan dan penderitaan orang-orang kesayangan-Nya. Sebab itu Tuhan berkata kepada Yeremia: “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka. Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari tembaga; mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan. Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan engkau dari genggaman orang-orang lalim.” (Yer 15:19-21).

Pengalaman Yeremia bersama Tuhan Allah ini membuka wawasan kita bahwa Allah adalah kasih. Tuhan Allah tidak menghitung dosa dan salah kita. Ia memperhatikan iman dan kasih kita kepada-Nya. Kita belajar bahwa tidak semua orang adalah sahabat. Sahabat selalu hadir dalam setiap waktu kehidupan. Ia tidak hanya hadir pada saat untung dan menghindar saat ada kemalangan. Yeremia percaya bahwa Tuhan juga selalu hadir dalam hidupnya, di waktu sehat dan sakit, untung dan malang. Kita juga belajar untuk rendah hati dan mengakui kesalahan kita. Hanya dengan demikian kita dapat menjadi orang baik dan benar.

Apa untungnya anda hidup dan melakukan kejahatan terhadap sesama yang lain. Anda hanya mendapat kepuasaan sesaat ketika berbuat jahat, namun anda tidak bahagia dengan kejahatanmu itu. Menjadi orang baik dan terbaik itu limited edition. Mudah sekali orang jatuh dalam dosa dan sulit untuk berbuat baik dan melihat kebaikan di dalam diri sesama. Mari kita bertobat!

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply