Food For Thought: Belajar untuk rendah hati

Belajar untuk rendah hati

Saya barusan menerima sebuah pesan singkat yang dibroadcast seorang sahabat. Inilah kata-kata indah dalam pesan singkatnya itu: “Ingat, tetap rendah hati dan selalu bersyukur atas semua yang kita miliki dan semua yang kita capai hari ini.” Saya merasa bahagia membacanya dan membayangkan bahwa selama seharian ini saya belum belajar menjadi pribadi yang rendah hati. Saya sempat merasa kesal dengan pribadi-pribadi tertentu. Ya, inilah hidup saya seharian ini.

Saya mengingat Thomas A. Kempis dalam bukunya ‘De Imitatione Christi’ menulis: “Anjuran yang baik dan paling berguna ialah: sungguh-sungguh mengenal diri sendiri dan memandang diri sebagai orang hina. Tidak memandang tinggi diri sendiri dan senantiasa beranggapan bahwa orang lain itu baik hati dan ramah, itu merupakan sifat tabiat yang sangat bijaksana dan sempurna. Biarpun kita melihat orang lain berbuat dosa bahkan melakukan kejahatan yang besar janganlah sekali-sekali menganggap bahwa diri kita lebih baik daripada orang lain. Sebab kita sendiri tidak tahu berapa lama kita kita masih akan tetap kuat dalam keadaan yang baik. Kita lemah, tetapi kita tidak boleh menganggap bahwa orang lain lebih lemah dari kita.” (II:4).

Kita perlu belajar untuk tetap rendah hati kapan dan di mana pun kita berada. Kerendahan hati adalah induk dari segala kebajikan kristiani. Kita semua memandang Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Dia adalah anak Allah yang mengosongkan diri, merendahkan diri bahkan sampai wafat di kayu salib. Kita mengikutinya dari dekat dengan belajar rendah hati dalam hidup kita. Tuhan Yesus berharap agar kita rendah hati. Mereka yang terakhir akan menjadi yang terdahulu. Mereka yang rendah akan ditinggikan. Pemimpin adalah pelayan bagi semuanya.

Tuhan memberkati kita semua.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply