Homili 12 November 2018

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXXII
Peringatan Wajib St Yosafat
Tit. 1:1-9
Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6
Luk. 17:1-6

Jadilah Pribadi yang bertanggung jawab!

Pada hari ini kita mengenang St. Yosafat, Martir. Beliau dilahirkan di Ukraina. Pada tahun 1580, beliau dibaptis dengan nama Yohanes. Selanjutnya ia menjadi seorang biarawan dalam Ordo St Basilus dan memilih nama Basilus. Yosafat memiliki kepribadian yang gagah berani dan selalu rela berkorban. Ia juga memiliki potensi berupa bakat dan kemampuan sehingga dipilih menjadi pemimpin hingga wafat sebagai martir. Dala sejarah Gereja, Yosafat dikenal sebagai seorang rasul ekumene sebab dialah yang menyerukan persatuan di kalangan gereja-gereja Kristen di Ukraina. Ada tiga Gereja di Ukrainia yaitu Gereja Latin yang bersatu dengan paus, Gereja Yunani Orthodox dan Gereja Katolik Yunani.

Yosafat dipilih menjadi uskup dan memimpin Keuskupan Polotsk pada tahun 1617. Selama sepuluh tahun ia berusaha meyakinkan umat supaya mengenal dan mencintai iman Katolik dengan lebih baik. Ia mengorganisir perayaan-perayaan doa dan kelas-kelas agama, mengadakan pertemuan-pertemuan para klerus dan bekerjasama dengan para imam untuk memberlakukan peraturan-peraturan yang dapat membantu mendekatkan umat dengan Yesus Kristus. Ia seorang pemimpin yang dinamis. Oleh karena itu, sebagian orang mulai was-was terhadapnya dan membangkitkan suatu persekongkolan untuk melawannya. Beliau dibunuh dan tubuhnya dibuang ke dalam sebuah sungai pada tanggal 12 November 1623. Ia kanonisasi sebagai seorang santo oleh Paus Pius IX pada tahun 1867.

Dari kisah singkat ini, kita melihat bahwa Yosafat adalah seorang pribadi yang bertanggung jawab. Dia menerima mandat untuk menjadi gembala yang berjuang untuk mempersatukan para pengikut Kristus di dalam Gereja yang berbeda-beda. Kisah hidupnya turut menginspirasikan kita untuk mengerti Sabda Tuhan pada hari ini.

Dalam bacaan pertama, kita mendengar nasihat-nasihat St. Paulus kepada Titus. Mula-mula Paulus mengakui dan mempertegas jati dirinya sebagai hamba Allah dan rasul Yesus Kristus. Ia memiliki tugas untuk memelihara iman para pilihan Allah, serta pengetahuan akan kebenaran (Tit 1:1). Semua ini sudah nampak dalam ibadah, harapan akan hidup kekal sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan Yesus sendiri kepadanya. Ia juga menyapa Titus sebagai anaknya yang sejati dalam iman. Harapannya adalah supaya kasih karunia dan damai sejahtera dan damai dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat tetap menyertainya (Tit 1: 4). Paulus adalah pribadi yang bertanggung jawab sebagai pewarta injil dan juga bapa rohani bagi Titus. Ia senantiasa hadir dan mendampingi serta menyadarkan Titus dan Gereja akan kasih dan damai Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus. Ia tidak membiarkan Titus dan Gereja berjalan sendiri.

Selanjutnya Paulus mengingatkan Titus tentang tugas dan kewajiban yang harus diembannya ketika ia masih berada di Kreta. Sebagai gembala umat, Titus membutuhkan rekan-rekan kerja, dalam hal ini para penatua. Sebab itu Titus diharapkan menjadi pribadi yang bertanggung jawab untuk memilih dan mengangkat penatua-penatua di setiap kota. Para penatua haruslah pribadi yang bertanggung jawab, dengan menunjukkan kapasitasnya seperti ini: “Orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.” (Tit 1:6-9).

Kita melihat bagaimana Paulus memiliki perhatian yang besar kepada jemaat yang dipimpin oleh Titus. Para penatua yang akan ikut mendampingi jemaat memang harus memiliki aura kekudusan. Boleh dikatakan tanggung jawab pribadi untuk menjadi kudus dan mengantar sesama jemaat kepada kekudusan. Apa yang dikehendaki Paulus kepada Titus dan para penatua, juga merupakan kehendak Tuhan untuk menguduskan umat-Nya melalui para kudus seperti St. Yosafat yang kita kenang pada hari ini. Pribadi yang bertanggung jawab akan menguduskan dirinya melalui kesetiaan untuk melayani Tuhan dan sesama dan mengantar umat Tuhan kepada kekudusan.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus meminta para murid dan kita yang membaca dan mendengar Injil hari ini untuk bertanggung jawab terhadap kehidupan pribadi sesama lain. Misalnya, kita diharapkan untuk tidak membuat skandal atau batu sandungan bagi orang lain dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan kita. Penyesatan-penyesatan yang terjadi dan di dilakukan dengan sadar atau tidak sadar tidaklah elok sebagai pengikut Kristus. Masalah-masalah yang dihadapi Gereja masa kini seperti pedofilia, korupsi dan penyalahgunaan kuasa di dalam Gereja sangatlah tidak elok. Yesus mengatakan: “Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini.” (Luk 17:2). Sebab itu para murid Tuhan harus menjaga dirinya dari skandal-skandal atau batu sandungan. Tugas kita adalah membawa sesama kepada Tuhan bukan kepada dosa.

Yesus juga meningatkan para murid-Nya untuk menegur saudara-saudara yang menyukai dosa. Mereja yang sudah tidak sadar akan dosa dan yang tidak memiliki rasa bersalah atau rasa berdosa dalam hidupnya. Kita menegur berarti kita memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan saudara kita. Di samping menegur atau memberi koreksi persaudaraan, kita juga dipanggil untuk siap mengampuni tanpa batas kepada saudara yang bersalah, menyesal dan memohon pengampunan. Ini berarti ia masih memiliki iman kepada Tuhan sehingga memohon pengampunan. Tuhan mengajar kita untuk mengampuni tanpa batas sebagaimana Ia juga melakukannya kepada kita. Hanya orang beriman yang dapat memaafkan dan mengampuni tanpa batas.

Kita berbahagia karena pengampunan berlimpah yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Mari kita menunjukkan tanggung jawab kita sebagai pribadi dan bertanggung jawab terhadap sesama kita. Hanya dengan demikian kita juga menjadi angkatan yang ikut mencari wajah Tuhan (Mzm 24:6). St. Yosafat, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply