Homili 8 April 2019

Hari Senin, Pekan Prapaskah ke-V
T.Dan 13: 41-62
Mzm 23:1-3.3-4.5,6
Yoh 8:12-20

Dalam terang-Mu kami melihat terang

Pada pagi hari ini ada seorang sahabat mengirim sebuah meme, tanda kekesalannya kepada PLN (Perusahan Listrik Negara) yang padam selama beberapa jam. Ia menulis: “PLN: Perusahan Lilin Negara, dengan ini mengumumkan bahwa pemadaman listrik bergilir sudah ditiadakan dan diganti dengan penyalaan lilin serentak”. Saya tersenyum sendiri sambil mengingat meme lain tentang PLN dengan tulisan “Saat hidup tidak pernah dipuji, saat mati malah dimaki-maki”. Memang kita tidak dapat menyangkal bahwa PLN sering membuat surprise kepada para pelanggan. Akibatnya Perusahaan Listrik Negara ini mendapat label yang tidak elok di mata pelanggan. Para pegawainya juga mendapatkan kekerasan verbal dan kadang kekerasan fisik. Memang, pelanggan selalu menjadi raja, tetapi butuh pengertian juga. Mungkin ada pemadaman berkala karena alasan-alasan tertentu untuk kebaikan banyak orang. Kita membicarakan PLN sebagai salah satu sumber penerangan bagi para konsumen. Orang boleh berbicara banyak tentang PLN namun, tanpa energinya maka banyak kegiatan tidak dapat berjalan secara efektif dan efisien. Hal yang paling praktis adalah kita membutuhkan terang karena ada gelap. Pada malam hari kita tidak dapat beraktivitas secara maksimal tanpa listrik. Artinya kita butuh listrik sebagai sumber penerangan, dan dapat mempermudah kegiatan-kegiatan kita yang lainnya. Kegelapan itu menakutkan, apalagi bagi mereka yang tergolong phobia kegelapan.

Saya tertarik dengan sebuah doa dari Raja Daud dalam Kitab Mazmur. Ia berdoa begini: “Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang” (Mzm 36:9). Raja Daud menyadari bahwa Tuhan adalah sumber terang sejati. Sejak lahir ke dunia, Ia menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Bintang adalah simbol kehadiran Yesus di dunia ini. Dia adalah terang yang membawa segala bangsa untuk melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bintang adalah simbol terang Yesus yang mengantar bangsa-bangsa asing untuk datang dan menyembah-Nya. Lilin paskah adalah lambang kehadiran Yesus yang menerangi semua orang yang hidup dalam kegelapan. Nabi Yesaya bernubuat: “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” (Yes 9:2).

Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes menyebut diri-Nya sebagai Terang dunia: “Akulah Terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, Ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12). Pengakuan diri ini penting bagi kita untuk semakin percaya kepada-Nya bahwa Dia adalah Terang dunia. Dia juga mengajak kita semua untuk menjadi terang bagi dunia: “Kamu adalah terang dunia. Maka hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5: 14.16). Kita menyadari persekutuan luhur antara Yesus dan kita sebagai manusia. Dia menjadi terang maka kita pun menjadi terang. Dia menyinari dunia, kita pun menyinari dunia sehingga orang dapat memuliakan Bapa di dalam surga.

Terang adalah perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan demi kebaikan dan keselamatan sesama manusia. Dalam bacaan pertama, kita berjumpa dengan sosok nabi Daniel. Kita mengingat bagaimana kegigihannya untuk membela kebenaran dan keadilan sekaligus menjaga martabat Susana. Nama baik Susana sudah hancur akibat nafsu birahi dua orang yang sudah tua. Mereka mencari jalan untuk menghancurkan kehidupan pribadi Susana. Namun doa itu dapat mengubah segala sesuatu. Hati yang jahat dapat berubah karena kuasa doa. Inilah doa Susana yang mengubah segala sesuatu: “Allah yang kekal, yang mengetahui apa yang tersembunyi, dan mengenal segala sesuatu sebelum terjadi, Engkau pun tahu bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati, meskipun aku tidak melakukan sesuatu pun dari mereka yang didustakan tentang aku.” (T.Dan 13: 42-2). Tuhan mendengar doa Susana, maka Tuhan juga mengutus Daniel untuk menyelamatkan Susana.

Apa yang hendak Tuhan katakan kepada kita pada hari ini?

Pertama, Tuhan menghendaki agar kita membangun sebuah budaya kejujuran di antara kita. Kisah yang kita dengar dalam bacaan pertama mengarahkan kita untuk berlaku jujur dan adil. Kadang-kadang orang menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan, padahal itu adalah dosa.

Kedua, Membela yang benar adalah bagian dari hidup kita. Masih banyak orang di dunia ini yang tidak mampu membela kebenaran dan keadilan. Mereka tersandra dalam hidupnya sendiri.

Ketiga, Kita berusaha untuk menyerupai Yesus Kristus, terang dunia. Kita juga merupakan terang bagi sesama melalui perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan di hadapan mereka. Hanya ada satu harapan yakni tunjukkanlah dirimu sebagai orang kristen yang terbaik.

Marilah kita berjalan dalam Terang Tuhan, dan membawa sinar-Nya bagi semua orang.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply