Homili 7 Agustus 2019 (Injil untuk Daily Fresh Juice)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XVIII
Bil. 13:1-2a,25 – 14:1,26-29,34-35
Mzm. 106:6-7a,13-14,21-22,23
Mat. 15:21-28

Lectio:

Pada suatu hari Yesus menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Demikianlah Injil Tuhan kita. Terpujilah Kristus.

Renungan:

Aku akan tetap mencari-Mu!

Adalah Dalai Lama XIV. Beliau dikenal sebagai pemimpin spiritual dari Tibet. Ia pernah berkata: “Saya yakin bahwa tujuan paling utama dari hidup kita adalah mencari kebahagiaan. Itu jelas. Apakah seseorang meyakini agama atau tidak, apakah seseorang meyakini agama ini atau agama itu, kita semua sedang mencari sesuatu yang lebih baik dalam hidup. Maka saya pikir, gerakan paling dasar dari hidup kita adalah menuju kebahagiaan.” Saya tertarik dengan sebuah kalimat dalam kutipan ini: “Kita semua sedang mencari sesuatu yang lebih baik dalam hidup”. Kebahagiaan itulah yang sedang kita cari bersama di dalam hidup ini.

Hidup ini adalah sebuah pencarian akan makna hidup. Tuhan Yesus berkeliling dan berbuat baik dengan cara mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Pada hari ini Penginjil Matius melaporkan bahwa Yesus mencari dan menyelamatkan jiwa di daerah Tirus dan Sidon. Kedua tempat ini berada sekitar lima puluh mil di bagian utara Israel. Pada saat ini dikenal dengan negara Libanon modern. Dikisahkan bahwa ada seorang wanita bukan Yahudi, dalam hal ini wanita Kanaan, tanpa nama, datang mendekati Yesus dan memohon bantuan-Nya. Ia berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tuhan Yesus seolah-olah tidak memperhatikan wanita ini sehingga para murid-Nya merasa malu dan meminta Yesus untuk menanggapinya. Sebenarnya Tuhan Yesus sedang menguji sekaligus membangkitkan iman dari sang wanita Kanaan ini.

Reaksi Yesus terungkap dalam perkataan ini: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Wanita Kanaan ini tidak peduli, dia sangat konsisten karena percaya bahwa Yesus akan melakukan yang terbaik bagi anaknya sehingga ia tetap memohon belas kasih Yesus: ‘Tuhan, tolonglah aku!’ Yesus mulai membuka ruang bagi wanita ini untuk melakukan sebuah perjalanan iman. Ia berkata: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Apa makna ungkapan ‘melempar roti kepada anjing?’ Konon orang-orang Israel bersikap stereotip dalam berbicara dengan orang-orang non Israel. Mereka dengan sombongnya mengatakan bahwa orang-orang non Israel atau non Yahudi adalah ‘anjing haram’. Mengapa? Alasan utamanya adalah bangsa-bangsa asing itu dianggap tidak mengikuti hukum Allah sehingga dapat dikeluarkan dari perjanjian Allah. Orang-orang Yunani melihat anjing sebagai simbol penghinaan, sekaligus sebagai gambaran bahwa wanita Kanaan ini tidak tahu malu dan berani dengan Yesus. Sebenarnya Tuhan Yesus sedang menguji iman wanita ini sekaligus melihat apakah wanita ini sungguh-sungguh menerima hal-hal suci dari tangan Tuhan Allah yang kudus. Wanita Kanaan beriman dan sangat cerdas dan memberi jawaban yang pasti kepada Yesus: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Wanita ini lulus ujian iman dari Yesus, sehingga ia memang layak untuk menjadi jembatan keselamatan bagi anaknya. Dalam hal ini, imannya menyembuhkan anaknya.

Apa yang hendak kita pelajari dari wanita Kanaan ini?

Pertama, wanita Kanaan ini menunjukkan dirinya sebagai sosok pemberani dalam mencari dan menemukan Tuhan Yesus dengan imannya. Sikapnya inilah yang membuatnya layak mendapat pujian dari Tuhan Yesus: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Pujian layak baginya karena iman dan cintanya tertuju hanya kepada Tuhan Yesus.

Kedua, wanita Kanaan ini menjadikan penderitaan anaknya sebagai miliknya sendiri. Dia rela menderita penolakan untuk memperoleh kesembuhan bagi anak yang dikasihinya. Dia memiliki kegigihan yang kokoh. Imannya tumbuh dalam kontak dengan pribadi Yesus. Dia memulainya dengan sebuah permintaan dan dia berlutut dalam doa sambil menyembah Allah yang hidup. Tidak seorang pun yang pernah mencari Yesus dengan iman yang tulus seperti wanita Kanaan ini. Ia mencari dan menemukan Yesus. Keselamatan menjadi miliknya dan juga anaknya. Hari ini kita berprinsip: “Aku akan tetap mencari-Mu, Tuhan!” Ia menginspirasikan kita untuk berdoa dengan tekun.

Ketiga, wanita Kanaan ini adalah sosok inspiratif bagi para orang tua untuk berani menjadikan penderitaan dan beban hidup anaknya menjadi miliknya sendiri. Ia tidak membiarkan anaknya menderita atau tertawa di atas penderitaan anaknya. Ia akan mengorbankan diri demi keselamatan anaknya.

Mari kita tetap mencari dan menemukan Tuhan dalam pengalaman hidup harian kita. Kita bersatu dengan-Nya dalam doa tanpa henti seperti wanita Kanaan dalam Injil hari ini. Kita berlutut di hadirat Tuhan sambil memohon belas kasih dan kerahiman-Nya. Di dalam diri orang yang menderita kita melihat wajah Yesus sendiri. Kita menunjukkan wajah belas kasih Allah kepada mereka.

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah melihat dan menumbuhkan iman wanita Kanaan di Tirus dan Sidon sehingga anaknya pun menjadi sembuh. Sudilah Engkau mendorong para orang tua untuk tak kenal lelah berkarya bagi keselamatan jiwanya dan juga anak-anaknya. Nama-Mu kami puji kini dan sepanjang masa. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply