Food For Thought: Kebiasaan Buruk

Kebiasaan buruk!

Saya tertarik dengan Abigail van Buren. Kolumnis Amerika Serikat bernama asli Pauline Esther Philips (1918-2013) ini pernah berkata: “Kebiasaan buruk itu tidak pernah hilang secara ajaib, ini adalah proyek yang tidak dapat diselesaikan sendiri.” Saya memang yakin pada transformasi, artinya saya merasa yakin bahwa manusia itu dapat berubah. Namun transformasi itu butuh proses yang cukup lama, bahkan ada yang tidak sempat berubah sebelum saudara maut menjemputnya. Transformasi bergantung pada sisi pribadi subjek, apakah dia mau menerima transformasi dalam dirinya atau tidak sama sekali.

Apakah anda pernah mempunyai waktu sebentar saja untuk memeriksa bathinmu? Setelah memeriksa bathinmu, apakah anda pernah menyadari bahwa anda juga memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bagi anda itu adalah kebiasaan baik tetapi sebenarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan buruk? Orang yang terbiasa mengulangi kebiasaan buruknya akan tetap merasa bahwa semua perbuatannya itu baik-baik saja, padahal sebenarnya jelek dan buruk. Saya pernah memberi retret kepada sekolompok orang muda. Dalam perbincangan pribadi saya menemukan anak-anak muda tertentu yang hidup dalam dosa tetapi tidak menyadari bahwa ia sedang hidup dalam dosa. Ada kebiasaan-kebiaaan tertentu untuk memuaskan keinginan manusiawinya yang sebenarnya adalah dosa melawan kesucian hidup sebagai orang muda namun ia tetap mengulanginya sampai merasa bahwa kepuasan dan kenikmatan itu tidak dosa, biasa-biasa saja. Saya mengatakan kepadanya dengan suara yang cukup keras bahwa itu adalah dosa, titik! Dia harus menata dirinya untuk melakukan transformasi radikal dalam dirinya.

Ini hanya sebuah contoh dari banyak contoh dalam kehidupan kita. Apakah anda pernah sadar diri bahwa berpikir negatif terhadap sesama itu dosa? Ketika berpikir negatif ini menjadi habitus maka orang akan merasa biasa-biasa saja padahal itu dosa. Masih banyak kebiasaan-kebiasaan yang tidak kita sadari bahwa itu hal biasa, tetapi sebenarnya itu dosa. Perasaan akan adanya dosa ini memang harus kita miliki, kalau tidak maka kita akan kehilangan perasaan berdosa. Kebiasaan buruk masih menguasai hidup banyak orang karena mereka sudah kehilangan rasa berdosa.

Saya tertarik dengan kisah Injil Markus 3:1-6. Penginjil Markus menampilkan sosok orang-orang Farisi di hadapan Yesus. Pada suatu hari Sabat mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. (Mrk 3:2). Pikirkanlah bagaimana manusia berpikiran negatif terhadap Tuhan. Kalau kepada Tuhan Yesus saja orang berlaku demikian, apalagi kepada manusia biasa yang kelihatan setiap hari? Tuhan Yesus mengetahui kehidupan mereka. Ia jengkel karena kedegilan hati mereka (Mrk 3: 5). Kita juga melakukan hal yang sama. Berapa kali kita mengamat-amati dan memandang rendah orang lain? Kepada Tuhan saja kita berani melakukan karena kita bermental Farisi, apalagi kepada manusia yang kelihatan, kita menjadi serigala buas bagi mereka. Mari kita bermetanoia dan memiliki pikiran positif dalam hidup kita.

Selanjutnya mari kita berubah! Lakukan transformasi radikal dalam hidup pribadi kita masing-masing dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Tuhan memberkati kita semua,

P. John Laba, SDB