Food For Thought: Anak kecil yang murah hati

Anak kecil yang murah hati

Pada sore hari ini saya menemukan sebuah kutipan bagus dari Michael Jackson. Kita semua mengenal penyanyi berkebangsaan Amerika Serikat ini. Ia pernah berkata: “Children are loving, they don’t gossip, they don’t complain, they’re just openhearted. They’re ready for you. They don’t judge. They don’t see things by way of color. They’re very child-like. That’s the problem with adults: they lose that child-like quality.” (Anak-anak itu penyayang, mereka tidak bergosip, mereka tidak mengeluh, mereka hanya berhati terbuka. Mereka siap untuk Anda. Mereka tidak menghakimi. Mereka tidak melihat sesuatu melalui warna. Mereka sangat seperti anak kecil. Itulah masalahnya dengan orang dewasa: mereka kehilangan kualitas seperti anak kecil). Bagi saya perkataan ini sangat mencerahkan bagi para orang dewasa untuk memberikan perhatian kepada anak-anak kecil. Para orang tua memikirkan kembali rasa tanggungg jawabnya kepada anak-anak di rumah. Orang tua adalah educator perdana!

Tuhan Yesus memberi prioritas penting kepada anak-anak. Ia berkata: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Mrk 10:14). Perkataan Yesus ini membuka wawasan kita sebagai orang dewasa untuk menghargai, menghormati hak-hak hidup anak-anak kecil. Banyak kali orang dewasa menghalangi hak hidup mereka, bahkan lebih ekstrim melecehkan mereka. Ada yang baru lahir langsung dibuang oleh ibunya. Banyak anak kecil yang keburu menjadi dewasa karena dipekerjakan sebagai pekerja kasar, menjadi korban pedofilia dari orang-orang dewasa. Orang dewasa menghalang-halangi anak kecil untuk datang kepada Yesus, padahal merekalah yang empunya Kerajaan Allah. Dari merekalah kita belajar tentang kebajikan kerendahan hati, kepolosan. Maka perkataan Michael Jakcson dalam kutipan di atas sungguh nyata dalam hidup setiap hari kalau kita hubungkan dengan perkataan Tuhan Yesus ini.

Pada hari ini saya tertarik untuk mengatakan kepada kita semua, mari kita belajar dari anak kecil. Ketika Tuhan Yesus meminta Filipus untuk memberi makan kepada orang-orang yang datang kepada Yesus, ia masih keberatan karena tidak ada persediaan yang cukup soal pendanaan yang ada dan juga ketersediaan makanan yang ada. St. Lukas menceritakan: “Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (Yoh 6:8-9). Anak kecil ini super sekali! Dia merelakan lima roti dan dua ikannya diambil oleh Yesus untuk memberi makan kepada ribuan orang. Anak kecil itu tidak menduga bahwa dari sedikit yang dia miliki bisa memuaskan banyak orang. Yesus menggunakan anak kecil untuk mengedukasi oranhg dewasa supaya jangan pelit, jangan takut menjadi miskin. Tuhan akan mencukupkan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita sukai.

Ketika masih bertugas di Sumba Barat Daya, saya mendapat tugas untuk merayakan misa di sebuah stasi. Setelah misa ada seorang anak kecil berlari menghampiriku dengan membawa selembar uang bernilai lima ribu rupiah. Uang itu bagi orang sumba disebut uang ‘kodi’ (kotor dan dilipat). Saya menunduk dan membiarkan dia mengisinya di saku baju saya. Sebenarnya uang di dompet saya lebih dari itu, tetapi anak kecil dengan uang kodinya mengajar saya tentang bermurah hati. Dalam situasi apa saja kita harus bermurah hati. Ini sangat kristiani karena Tuhan Yesus mengajar kita untuk berbuat demikian: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk 6:36).

Tuhan memberkati kita semua,

P. John Laba, SDB