Food For Thought: Pakaian Pesta

Berpakaian Pesta

Pada malam menjelang istirahat malam ini, saya kembali membaca perikop Injil hari ini karena kedua kisah yang diceritakan sangat menarik perhatian. Saya lebih tertarik dengan bagian kedua dari kisah Injil, di mana setelah para tamu undangan ke pernikahan sang putera raja itu melakukan tindakan kasar dan membunuh para hamba raja maka sang raja pun murka sehingga membakar kota itu. Raja kemudian menyuruh para hambanya pergi sekali lagi untuk memanggil siapa saja yang mereka jumpai di jalan-jalan dan di pasar, orang-orang baik dan orang-orang jahat untuk datang dan mengikuti perjamuan nikah. Dikisahkah bahwa di antara orang-orang yang hadir, ada seorang yang tidak berpakaian pesta sehingga raja itu murka sekali lagi dengan berkata: “Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” (Mat 22:12-13)

Tentu saja kita yang membaca perikop ini juga bertanya-tanya mengapa raja murka untuk kedua kalinya, dan kali ini hanya untuk seorang yang tidak berpakaian pesta? Bukankah para hamba raja memanggil mereka tanpa kecuali untuk menghadiri perjamuan nikah sang putera raja? Saya menduga bahwa ada banyak di antara kita yang merasa serem dengan sikap raja terhadap orang yang tidak berpakaian pesta itu. Lalu kita yang membaca perikop ini terpancing secara emosional dan memarahi raja yang berlaku kasar kepada orang yang tidak berpakaian pesta. Ini memang sangat manusiawi. Kita tidak harus memahaminya secara harafiah karena penginjil tidak bermaksud demikian. Penginjil sedang mengarahkan kita dalam konteks pengadilan terakhir di mana semua orang di panggil kepada keselamatan namun akan melewati pengadilan berdasarkan perbuatan-perbuatan baiknya.

Sebenarnya para ahli Kitab Suci berpendapat bahwa bagian kedua dari kisah Injil ini, terutama ayat 11-14 adalah tambahan yang diberikan kemudian dalam Injil Matius supaya komunitas atau gereja yang membacanya sadar diri bahwa untuk memperoleh keselamatan orang harus memiliki komitmen pribadi yang jelas. Dalam hal ini, setiap orang ketika menghadapi pengadilan terakhir, akan diadili berdasarkan perbuatan-perbuatannya yang baik. Kita mengingat perkataan Tuhan Yesus ini: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16). Maka dari itu, tidaklah cukup orang berpikir hanya mendengar sabda saja, ia harus mengejawantahkan sabda atau melakukan Sabda Tuhan dalam hidupnya yang nyata. Kita mengingat perkataan Yesus ini: “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” (Mat 7:24).

Para Bapa Gereja memahami pakaian pesta berkaitan dengan perbuatan kasih. St. Agustinus mengatakan bahwa pakaian pesta itu adalah perbuatan cinta kasih. Hal yang sama juga ditegaskan St. Gregorius, St. Ambrosius dan para Bapa Gereja lainnya. St. Yohanes Krisostomus memahami pakaian pesta dalam kaitan dengan kehidupan yang murni, atau kehidupan yang bersinar dengan kebajikan, bebas dari dosa, adalah hampir sama dengan cinta kasih, sebab cinta kasih tidak dapat ada tanpa kehidupan yang baik, demikian juga kemurnian hidup yang baik, tidak dapat ada tanpa cinta kasih. Ia juga mengatakan bahwa pakaian kehidupan adalah perbuatan-perbuatan kita, agar jangan orang menganggap bahwa iman saja cukup untuk keselamatan. Maka ketika kita dipanggil oleh rahmat Tuhan, kita diberi jubah putih, untuk kita jaga dari noda dosa, dari setiap dosa berat, tergantung dari ketekunan (berjaga dan berdoa) dari setiap individu.”

Bagian Injil ini juga mempertegas bahwa Gereja sebagai satu komunitas juga berisikan orang baik dan orang jahat. Pemisahan antara orang baik dan orang jahat akan terjadi pada akhir zaman (Mat 13:36-43). Maka Penginjil bermaksud untuk menjelaskan kepada kita bahwa akan ada penolakan bahkan meniadakan orang-orang yang hanya merasa diri sebagai anggota Gereja untuk memperoleh keselamatan abadi dalam Kerajaan Surga. Mereka harus mengenakan pakaian pesta yang disimbolkan oleh ‘buah-buah yang baik’ atau ‘perbuatan-perbuatan baik’ (Mat 7:24; 21:43; Kis 19:8).

Mari kita berusaha untuk berpakaian pesta dalam perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan supaya Bapa di surga semakin dimuliakan.

Tuhan memberkati,

PJ-SDB