Food For Thought: Cinta yang melupakan

Cinta itu melupakan

Mengakhiri hari ini saya merenung kembali keindahan cinta yang kita alami secara pribadi maupun bersama dalam keluarga atau komunitas. Saya selalu merasa yakin bahwa orang mampu mencintai kalau dia sendiri sudah mengalami cinta itu sendiri. Pengalaman akan Allah adalah pengalaman akan kasih dan kerahiman Allah yang dialami. Demikian juga pengalaman cinta yang dirasakan bersama dalam hidup setiap hari. Tepatlah Santo Bernardus ketika berkata: “Ia yang tidak memiliki rasa kasih sayang terhadap temannya sendiri telah kehilangan rasa takut akan Tuhan.”

Santo Paulus terkenal dengan himne cinta kasihnya dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Saya tertarik dengan salah satu perkataan di dalam himnenya itu: “Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain” ( 1Kor 13:5). Kasih itu berani melupakan kesalahan orang lain bukan selalu mengingat kesalahan yang sudah pernah terjadi. Tuhan tidak mengingat-ingat kesalahan kita, Dia hanya melihat iman kita kepada-Nya. Kita selalu mengingat-ingat kesalahan orang lain sampai tujuh turunan! Dengan demikian kita selalu mengalami kesulitan untuk mengampuni sesama yang bersalah kepada kita. Para suami dan istri kalau hanya mengingat-ingat kesalahan satu sama lain maka pasangan itu berada diambang kehancuran. Kalau saja mereka melupakan kesalahan pasangan maka ada semangat pengampunan, dan kasih akan bertumbuh subur. Kasih menjadi segalanya dalam hidup bersama.

Saya mengakhiri refleksi ini dengan mengutip sebuah kisah di dalam Buku Burung Berkicau karangan Anthony de Mello, SJ:

‘Mengapa engkau selalu mengungkit-ungkit kesalahanku di masa lalu?’ tanya sang suami. ‘Kupikir, kau telah melupakannya!’

‘Memang aku sudah mengampuni dan melupakannya!’ jawab sang isteri. ‘Tetapi aku ingin meyakinkanmu, agar engkau tidak lupa bahwa aku sudah mengampuni dan melupakannya.’

Sebuah wawancara:

Murid: ‘Jangan ingat lagi akan dosa-dosaku, ya Tuhan!’

Tuhan: ‘Dosa? Dosa apa? Engkau harus menyegarkan ingatanku. Aku sudah melupakannya berabad-abad yang lalu.’

Cinta itu tidak mengingat-ingat kesalahan.

Mari kita mewujudkan cinta sejati dengan berani melupakan kesalahan yang sudah berlalu dalam hidup kita. Tuhan bisa melakukannya bagi kita maka kita pun harus demikian.

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB